Analisis Leverkusen-Dortmund: Imbang Hingga Satu Kesalahan Mengubah Segalanya

Analisis

by Redaksi 43

Redaksi 43

Pandit Football Indonesia mengkhususkan pada analisis pertandingan sepakbola, statistik dan liga, juga sejarah perkembangan sepakbola dan evolusi taktiknya

Analisis Leverkusen-Dortmund: Imbang Hingga Satu Kesalahan Mengubah Segalanya

Jika menurut Anda indikasi pertandingan berkualitas adalah akurasi umpan yang sangat tinggi, kecilnya kemungkinan terjadi kesalahan, banyaknya jumlah gol, dan kepatuhan yang sangat kepada wasit, maka pertandingan ini bukan untuk Anda. Namun jika Anda merasa terhibur oleh sepakbola yang terbuka dan jual beli serangan serta menerima drama sebagai bagian tak terpisahkan dari sepakbola dan tidak melihat gol sebagai satu-satunya hiburan dalam pertandingan, maka segeralah temukan rekaman pertandingan antara Bayer Leverkusen dan Borussia Dortmund yang berakhir dengan kedudukan 0-1 untuk keunggulan kesebelasan tamu.

Susunan Pemain

Borussia Dortmund akan menjalani jadwal pertandingan yang amat padat dalam tiga pekan ke depan sehingga Thomas Tuchel mengistirahatkan beberapa pemain utama dalam pertandingan melawan Bayer Leverkusen. ?ukasz Piszczek dan Erik Durm bermain sebagai starter menggantikan Matthias Ginter dan Marcel Schmelzer di posisi bek sayap kanan dan kiri. Lini tengah yang biasanya berisi Julian Weigl, ?lkay Gündo?an, dan Shinji Kagawa dipercayakan kepada Ginter, Sven Bender, dan Moritz Leitner. Bahkan Marco Reus pun memulai pertandingan dari bangku cadangan karena posisinya diberikan kepada Christian Pulisic yang sebelumnya tak pernah sekali pun menjadi starter di Bundesliga. Bayer Leverkusen, sementara itu, tetap bermain dengan kekuatan penuh.

Formasi

Analisis Pertandingan

Borussia Dortmund tampil di luar perkiraan. Keputusan Thomas Tuchel untuk mengistirahatkan beberapa pemain utama – terutama para gelandang – membuat Dortmund tidak tampil seperti biasanya. Dortmund era Tuchel, yang identik dengan penguasaan bola, tampil seperti Dortmund era Jürgen Klopp: bermain menekan dan terbuka, menyerang lewat umpan-umpan langsung, dan banyak melakukan sprint. Karenanya Bayer Leverkusen tidak terlalu kewalahan walau tidak bertahan di kedalaman; cara yang lebih masuk akal untuk melawan Dortmund yang mengandalkan penguasaan bola.

Gaya main kedua kesebelasan yang nyaris sama menghasilkan permainan yang sangat terbuka dan jual beli serangan walau seringnya, ancaman-ancaman terhenti di kaki para pemain belakang. Leverkusen dan Dortmund tampil dalam pertandingan yang penuh dengan kegagalan umpan namun bukan karena kualitas para pemainnya yang rendah, melainkan karena memang seperti itulah sifat pertandingan yang melibatkan dua kesebelasan yang bermain menekan.

Para pemain (terutama pemain depan) dari kesebelasan yang memiliki bola tidak memiliki banyak peluang dan kebebasan karena para pemain dari kesebelasan yang tidak memiliki bola selalu siap memotong umpan dan melakukan tackle. Pierre-Emerick Aubameyang yang sepanjang babak pertama hanya satu kali menyentuh bola di dalam kotak penalti Leverkusen.

Statistik

Tidak memainkan penguasaan bola tidak berarti bahwa kedua kesebelasan mengabaikan penempatan posisi. Di-mana siapa berdiri saat situasi seperti-apa tetap menjadi bagian penting dari permainan kedua kesebelasan. Leverkusen dan Dortmund sepakat dalam hal ini: ketika bek tengah menguasai bola dan lawan menekan untuk menutup jalan umpan, bukan full-back yang turun untuk memberi bantuan agar mereka lepas dari tekanan. Full-back bermain tinggi dan sedekat mungkin dengan garis tepi untuk menciptakan keunggulan ruang.

Karenanya yang turun membantu para bek tengah adalah para gelandang. Bagi Jonathan Tah dan Ömer Toprak, ini berarti Christoph Kramer dan Kevin Kampl. Terutama Kampl yang tugasnya adalah berada di mana saja untuk memastikan aliran bola Leverkusen tetap berjalan lancar. Karena itulah ketika Kampl ditarik keluar dan digantikan André Ramalho pada babak pergantian babak, aliran bola Leverkusen di babak kedua tidak selancar babak pertama.

Yang juga menjadi petaka taktik bagi Leverkusen adalah masuknya Roberto Hilbert menggantikan Tin Jedvaj pada menit ke-57. Hilbert yang lebih berpengalaman ketimbang Jedvaj tidak menjamin rasa aman yang lebih baik karena melawan kesebelasan yang bermain direct ia selalu menjadi titik lemah Leverkusen. Dalam pertandingan melawan Bayern München pada Spieltag ketiga, misalnya. Leverkusen kalah tiga gol tanpa balas dan ketiga gol Bayern pada pertandingan tersebut berasal dari kesalahan-kesalahan Hilbert.

Dalam pertandingan melawan Dortmund semalam, gol tunggal dalam pertandingan ini tercipta karena Hilbert tidak berada di posisi yang cukup baik untuk memotong umpan yang mengarah kepada Erik Durm atau sekedar mengganggu pergerakan pemain muda tersebut. Dalam kesebelasan yang bermain menekan, penting untuk berada di posisi yang baik dan memberi tekanan agar lawan tidak memiliki kebebasan; Hilbert tidak melakukan keduanya sehingga Durm leluasa melepas umpan yang diubah menjadi gol oleh Aubameyang.

Di menit ke-86, Hilbert kembali melakukan kesalahan ketika berusaha menempatkan Marco Reus, yang berada paling dekat dengannya ketimbang pemain Leverkusen lain, dalam posisi offside. Satu-satunya yang membuat Reus gagal menceta gol adalah kesigapan Bernd Leno.

Kesimpulan

Dortmund era Thomas Tuchel identik dengan penguasaan bola walau tidak meninggalkan permainan menekan yang ditanamkan oleh Jürgen Klopp. Dalam pertandingan melawan Leverkusen semalam, Dortmund Tuchel benar-benar tampil seperti Dortmund Klopp: menekan dan direct. Satu elemen permainan Dortmund Tuchel yang tetap dipertahankan dalam penampilan a la Dortmund Klopp adalah positioning fullback. Kedua fullback Dortmund tetap bermain melebar dan tinggi untuk menciptakan keunggulan penguasaan ruang walau tidak memainkan penguasaan bola.

Sederhananya: semalam Dortmund bermain persis seperti Bayer Leverkusen. Ketika dua kesebelasan bermain dengan cara yang sama, satu-satunya yang menjadi pembeda adalah kualitas pemain per pemain di hari H. Dortmund dan Leverkusen bermain dengan level yang sama sehingga pertandingan berjalan imbang ... hingga Kevin Kampl digantikan André Ramalho dan (ini yang lebih fatal) Tin Jedvaj digantikan Roberto Hilbert.

Komentar