Liga Australia Dianggap Alami Kemunduran, Tim Cahill Kritik Federasi

Berita

by redaksi

Liga Australia Dianggap Alami Kemunduran, Tim Cahill Kritik Federasi

Liga Amerika Serikat dan Liga Tiongkok kini menjadi perbincangan orang banyak. Soalnya, sejumlah bintang mendarat ke liga yang dianggap sebagai tempatnya para pensiunan tersebut. Perlahan, label tersebut tak tepat lagi karena Liga Tiongkok mendatangkan sejumlah pemain berusia matang seperti Edinson Cavani (Ralat: Ezequiel Lavezzi), Ramires, sampai Gervinho. Pun halnya dengan MLS yang menjadi magnet buat Sebastian Giovinco sampai Antonio Nocerino.

Hal ini membuat gusar bintang timnas Australia, Tim Cahill. Pemain yang telah mencatatkan 88 penampilan dan mencetak 45 gol di semua ajang bagi timnas Australia tersebut, mengkritisi Federasi Sepakbola Australia, FFA, atas kinerjanya dalam mengelola sepakbola Australia. Cahill mengatakan bahwa FFA seolah tidak memanfaatkan kehadiran pemain bintang di A-League dalam beberapa tahun ke belakang untuk menaikkan pamor A-League di mata dunia, seperti halnya yang dilakukan oleh MLS-nya Amerika Serikat.

Memang, semenjak tahun 2005, bintang-bintang sepakbola dunia semisal mantan striker Manchester United, Dwight Yorke, dan mantan bintang Juventus, Alessandro Del Piero sempat mencicipi kompetisi yang tidak mengenal sistem degradasi ini. Namun, Cahill menyayangkan sikap FFA yang tidak menjadikan pemain-pemain ini sebagai maskot untuk memancing kedatangan pemain bintang lain ke A-League.

"Saat Del Piero bermain di sini, itu adalah sesuatu yang besar di A-League. Sayang, itu hanya berlalu begitu saja karena FFA tidak mengapitalisasi sosok Del Piero untuk A-League," ujarnya seperti dikutip ESPN FC.

Bukan hanya itu, Cahill juga mengkritisi FFA yang tidak becus dalam menangani timnas Australia bahkan sampai Australia tidak memiliki sponsor utama selama tiga tahun. Selain itu, Cahill juga mempertanyakan sistem pembinaan pemain muda di Australia yang belum jelas dan juga belum dijadikan prioritas oleh FFA.

"Bayangkan, kami bermain di Piala Dunia dan tidak memiliki sesuatu apapun untuk ditunjukkan di sana (sponsor). Kau tak akan mengerti apa yang saya rasakan saat itu. Selain itu, saya juga heran kenapa mereka (FFA) tidak berinvestasi kepada pemain muda dengan mengembangkan sebuah sistem pembinaan yang baik dan terstruktur," tambahnya.

Sayangnya, gagasan-gagasan Cahill di atas sepertinya tidak diterima oleh FFA. Ketua eksekutif FFA, David Gallop, mengatakan gagasan-gagasan Cahill di atas tidak bisa diterima karena FFA sudah memiliki programnya sendiri.

"Sayang, gagasan Cahill itu tidak bisa kami penuhi. Kami memiliki program kami sendiri, yaitu strategi empat tahun. Strategi ini berfokus pada pengembangan kualitas liga, fokus pada stabilitas keuangan federasi, dan menginvestasikan dana yang kami miliki untuk hal yang berkaitan dengan kemajuan sepakbola,"

Memang, FFA sekarang masih berusaha untuk membangun sepakbola di negaranya sendiri. FFA masih berusaha untuk mengajak masyarakat Australia untuk memasyarakatkan sepakbola, mengacu pada prestasi mereka yang pernah meraih Piala Asia 2015. Namun, jika meniliki strategi empat tahun yang diujarkan FFA tadi, sebenarnya ada keterkaitan yang bisa dilihat, di mana sebenarnya gagasan-gagasan Cahill ini pun diutarakan sebagai bentuk kekhawatiran dia akan sepakbola Australia yang sudah mulai kehilangan visinya, utamanya A-League yang semakin tidak jelas mau dibawa kemana.

"Saya hanya membutuhkan sebuah visi dari kalian, tidak lebih. Jadi, mau dibawa kemana A-League ini? Mau dibawa kemana sepakbola Australia ini?" ujar Cahill seperti yang dikutip oleh FourFourTwo.

Mungkin, ada baiknya Australia mengkaji ulang perencanaan mereka untuk memajukan sepakbola di negara mereka sendiri. Mungkin saja, ada hal yang terlewat yang belum dilaksanakan atau dimasukkan ke dalam bagian dari rencana jangka panjang sepakbola Australia.

foto:  ESPN FC

Komentar