Empat Faktor Penyebab AS Roma Dipermalukan Real Madrid di Kandang Sendiri

Analisis

by Randy Aprialdi

Randy Aprialdi

Pemerhati kultur dan subkultur tribun sepakbola. Italian football enthusiast. Punk and madness from @Panditfootball. Wanna mad with me? please contact Randynteng@gmail.com or follow @Randynteng!

Empat Faktor Penyebab AS Roma Dipermalukan Real Madrid di Kandang Sendiri

AS Roma gagal menaklukan Real Madrid di kandangnya sendiri, Stadion Olimpico, dalam partai leg pertama 16 besar Liga Champions 2015/2016 Kamis (18/2) dini hari WIB. Roma ditaklukan oleh Madrid dengan skor 0-2 atas gol Cristiano Ronaldo pada menit ke-57 dan Jese Rodriguez pada menit ke-86. Keduanya akan bertemu kembali pada leg kedua di kandang Madrid, Stadion Bernabeu, 9 Maret mendatang. Sementara itu, inilah empat kunci pertandingan ini yang membuat Madrid memenangi laga tersebut.

Responsif Zinedine Zidane Hentikan Ancaman Serangan AS Roma

Zinedine Zidane sangat jeli pada pertandingan tersebut. Dirinya sadar jika Roma bermain bertahan dengan garis rendah, kemudian melancarkan serangan balik melalui umpan panjang kepada Mohamed Salah.  Pola serangan itu bertujuan untuk mengekploitasi pertahanan sisi kiri Madrid yang diemban Marcelo.

Mengandalkan serangan balik melalui Salah diharapkan bisa memanfaatkan jarak yang lebar antara Sergio Ramos dengan Marcelo. Wajar, jarak itu disebabkan karena Marcelo cukup aktif membantu serangan.

Sadar akan jarak yang lebar, Marcelo pun ditugaskan bergerak lebih ke depan untuk membangun serangan bersama Cristiano Ronaldo. Sementara posisi full-back yang ditingalkan Marcelo diserahkan kepada Ramos.

Bukan tanpa alasan Zidane memilih Ramos untuk tugas itu karena ia memiliki kemampuan bertahan lebih baik. Kemampuan bertahan yang bisa membuatnya disiplin posisi sebagai defensive full-back, untuk meredam agresivitas serangan Salah. Praktiknya, Ramos memang sama sekali tidak meninggalkan daerah pertahanannya di sisi kiri.

Alhasil, Salah tidak selincah sebelumnya dan jarak antara full-back kiri Madrid lebih rapat dengan bek tengahnya. Sementara posisi bek tengah disokong Toni Kroos yang bermain lebih ke belakang di antara Raphael Varane dan Daniel Carvajal.

Tidak Ada Teman untuk Mohamed Salah di Lini Depan

Salah tidak hanya dibuat mati kutu oleh Ramos, namun ia seolah bekerja sendirian di sepertiga akhir pertahanan Madrid. Dukungan kepadanya hanya diberikan melalui umpan-umpan jauh dari belakang.

Dirinya pun tampak kebingungan ketika menerima umpan dan pilihannya hanya berlari ke kotak penalti Madrid. Tapi untuk melakukan itu ia harus mati-matian melewati Ramos atau Varane terlebih dahulu. Sehingga Salah untuk menciptakan peluang selalu kandas akibat bayang-bayang para bek Madrid.

Stephan El Shaarawy pun jarang melakukan improvisasi untuk membantu serangan. Dirinya hanya bergerak di luar kotak penalti untuk membuka ruang di kotak penalti Madrid. Sayangnya, pertahanan Madrid tidak terpancing pergerakan Shaarawy.

Pergerakan Diego Perrotti yang cukup menonjol pada awal pertandingan pun diredam Luka Modric. Padahal, Perotti adalah pemain yang menjadi andalan memberikan umpan terobosan kepada Salah saat pertandingan baru dimulai.

Akibatnya, Salah lebih sering turun ke bawah untuk menjemput bola dan hal inilah yang membuat Florenzi sedikit terpancing naik ke depan. Sementara itu, William Vainqueur dan Radja Ninggolan lebih fokus menjaga area luar kotak penalti Roma, sehingga Miralem Pjanic harus bekerja sendirian untuk mengalirkan bola ke depan dan kreativitas lini tengah Roma menjadi padam.

Real Madrid yang Bertumpu Kepada Dua Poros Serangan ini

Kroos tidak hanya didorong membantu bek tengah pada pertandingan kali ini, namun ia seolah menjadi pengatur serangan sejak lini pertahanan.. Kroos menjadi sumber utama pengontrol aliran bola Madrid yang sering dilakukan dari lini belakang.

Aliran bola yang dilakukan Kroos dibantu oleh Varane dan Modric. Kroos dan Varane melakukan kombinasi di lini belakang, untuk mengukur umpan kepada Modric, atau dikirim langsung ke depan. Kombinasi itu juga memancing Salah atau El Shaarawy melakukan gerakan merebut bola. .

Total, Kroos dengan Varane melakukan kombinasi operan sebanyak 39 kali. Sementara Kroos dengan Modric melakukannya 40 kali. Pada intinya, Kroos-lah yang menentukan apakah bola diberikan kepada Modric sebagai jembatan antara lini belakang dan depan, atau diumpan langsung menuju sepertiga akhir lawan.

Hal terakhir pasti lebih diarahkan ke sebelah kiri. Sebab di sanalah terciptanya kombinasi antara Marcelo dengan Ronaldo. Kedua pemain ini menjadi kecenderungan serangan Madrid pada pertandingan tersebut.

Marcelo yang ditugaskan lebih ke depan sejak pertengahan babak pertama, berhasil menajadi sokongan yang baik bagi Ronaldo. Marcelo sampai mengirim 13 operan tepat sasaran kepada Ronaldo. Bahkan, Marcelo menciptakan satu umpan sukses dan satu asist untuk Ronaldo.

Alessandro Florenzi Tidak Maksimal Imbangi Cristiano Ronaldo

Luciano Spalletti, Pelatih Roma, seolah tidak punya pilihan selain Alessandro Florenzi untuk posisi full-back kanan pertandingan ini. Mengingat Maicon akan sulit mengimbangi permainan dan kecepatan Ronaldo sekarang ini, sementara Vasilis Torosidis serang berkutat dengan cedera.

Awalnya, Florenzi bisa mengimbangi Ronaldo ketika melakukan aksi-aksi bertahannya. Namun, Salah yang mulai buntu di depan karena kawalan Ramos dan Varane, membuat Florenzi gatal naik ke depan. Sehingga ketika giliran Madrid yang melakukan serangan balik, Florenzi salah melakukan penjagaan kepada Ronaldo.

Florenzi tampak tidak siap ketika mengantisipasi serangan balik Madrid saat itu. Dirinya terlambat berbalik badan karena berada dalam posisi yang tanggung menjaga Ronaldo. Hal itu karena Florenzi sempat berniat naik ke depan dan sedikit meninggalkan kewaspadaannya kepada Ronaldo. Hasilnya, gol pertama Ronaldo tercipta akibat kelengahannya.

Komentar