Analisis PSG vs Chelsea: Ditentukan oleh Insting Membunuh Cavani

Analisis

by Ardy Nurhadi Shufi

Ardy Nurhadi Shufi

Juru Taktik Amatir
ardynshufi@gmail.com

Analisis PSG vs Chelsea: Ditentukan oleh Insting Membunuh Cavani

Melihat performa Paris Saint-Germain dan Chelsea di masing-masing kompetisi domestik, PSG jelas diunggulkan kala menghadapi tamu dari Inggris tersebut. Apalagi Chelsea datang ke Stadion Parc des Princes dengan sejumlah pemain yang cedera.

Hasil pertandingan pun berakhir sesuai dugaan, PSG menang. Hanya saja kemenangan dengan skor 2-1 ini menunjukkan bahwa skuat besutan Laurent Blanc ini tak sesuperior kala mereka berlaga di Ligue 1. Bahkan mereka cukup kerepotan menghadapi serangan dan membongkar pertahanan Chelsea.

Serangan Balik Chelsea yang Merepotkan PSG

Chelsea tanpa sejumlah pemain andalan seperti Kurt Zouma, John Terry, dan Nemanja Matic. Susunan pemain pun cukup berbeda dari biasanya. Baba Rahman yang jarang dimainkan mendapatkan kesempatan bermain untuk mengisi pos bek kiri, pos yang ditinggalkan Cesar Azpilicueta ke bek kanan.

Manajer Chelsea, Guus Hiddink, sadar betul bahwa lawan yang dihadapi bukan lawan sembarangan. Sebelumnya, PSG berhasil mengemas 20 kemenangan dari 22 laga mereka. Apalagi selama di Liga Champions musim ini PSG belum sekalipun kebobolan. [Ralat: kebobolan satu gol]

Karenanya Chelsea bermain aman pada laga ini. Mereka bahkan bisa dibilang lebih difokuskan untuk memperkuat tembok pertahanan. Ketika tak menguasai bola, para pemain Chelsea membentuk garis pertahanan rendah dengan merapatkan jarak antar pemainnya di tengah.

Formasi dasar Chelsea menggunakan 4-2-3-1. Namun ketika bertahan, skuat berjuluk The Blues tersebut mengubah formasinya menjadi 4-4-1-1. Empat pemain paling belakang berdiri sejajar, di depannya empat pemain yang juga berdiri sejajar. Dua pemain terdepan menjadi pemain yang mengganggu pemain PSG ketika memasuki wilayah bermain Chelsea.

Dua terdepan diisi oleh Diego Costa dan Willian. Sementara dua pemain sayap, Eden Hazard dan Pedro Rodriguez, turun lebih dalam, tak jauh berada di depan full-back Chelsea, Baba Rahman dan Azpilicueta. Skema ini terbukti berhasil membuat PSG kesulitan menembus lini pertahanan Chelsea.

Lini pertahanan Chelsea menjadi lebih kokoh karena pergerakan trio lini depan PSG, Zlatan Ibrahimovic, Lucas Moura dan Angel Di Maria, begitu kaku. Apalagi serangan PSG mudah terbaca, di mana mereka menyerang melalui tengah lapangan.

Karenanya tak heran Obi Mikel dan Cesc Fabregas cukup sibuk pada laga ini. Hanya saja keduanya bermain tak cukup maksimal. Fabregas misalnya, meski mencatatkan tekel terbanyak pada laga ini (12 kali) ia hanya dua kali berhasil merebut bola. Sementara Mikel juga kerap kedodoran mengantisipasi serangan tengah PSG.

Hanya saja dengan jarak yang rapat berhasil mengurung skema serangan PSG. Jikapun PSG bisa melewat para gelandang Chelsea, tak mudah buat mereka mengirimkan bola ke area kotak penalti. Hal ini terkait kerapatan jarak antar pemain Chelsea di area kotak penalti.

Dengan gaya bermain seperti ini, Chelsea mengombinasikannya dengan serangan balik cepat kala melancarkan serangan balik. Ketika bola serangan PSG berhasil direbut, maka bola akan diarahkan ke sisi kiri, area di mana Diego Costa menanti bola.

Pergerakan Diego Costa yang dominan di sisi sebelah kanan pertahanan PSG
Pergerakan Diego Costa yang dominan di sisi sebelah kanan pertahanan PSG

Sisi kanan pertahanan PSG dipilih karena pada laga ini Blanc menurunkan Marquinhos sebagai bek kanan. Posisi itu jelas bukan posisi ideal bagi bek asal Brasil tersebut karena ia merupakan seorang bek tengah.

Beberapa menit awal, PSG yang menggunakan garis pertahanan tinggi sempat kelabakan menghadapi gaya bermain Chelsea ini. Costa sempat menciptakan peluang yang nyaris mencetak gol. Namun kemudian, lini pertahanan PSG menemukan cara menghentikan serangan balik PSG ini melalui dua bek andalannya, Thiago Silva dan David Luiz, yaitu dengan selalu memotong bola lebih dahulu.

Strategi ini berhasil mengisolasi permainan Costa. Pada laga ini penyerang asal Spanyol tersebut hanya mampu melepaskan tiga tembakan ke gawang. Tak terlalu buruk memang. Namun jika berbicara kontribusi tim, Costa begitu kesusahan melepaskan bayang-bayang dari Silva atau Luiz.

Hanya saja Costa kemudian menjadi pemain yang terlibat pada proses terjadinya gol Chelsea. Sebelum Mikel menerima bola di mulut gawang, Costa menjadi pemain yang menyundul bola hasil dari sepak pojok Willian yang membuat kekacauan di lini pertahanan PSG. Melalui skema open play, hanya sekali Costa lolos dari kawalan Luiz ataupun Silva.

Skema yang Tak Berjalan Sesuai Rencana Terselamatkan Insting Cavani

PSG berupaya mendominasi permainan pada laga ini. Sejak awal, pressing agresif dengan garis pertahanan tinggi dilakukan. Menempatkan Lucas Moura dan membangku cadangkan Edinson Cavani pun dengan tujuan agar distribusi bola ke sepertiga akhir bisa lebih cepat.

Namun gaya bertahan Chelsea membuat skema ini kaku. Trio lini depan PSG tetap menempati pada posnya masing-masing. Moura akan beroperasi di kiri, Di Maria di kanan, dan Ibrahimovic menjadi pemain terdepan. Jarang ada pergerakan tanpa bola untuk mengacaukan penjagaan atau menciptakan ruang kosong.

Gol pertama PSG sendiri tercipta berkati aksi individu Moura. Pelanggaran seperti ini hanya terjadi sekali di babak pertama, di mana hal ini memang bukan dari bagian strategi Blanc untuk mencetak gol. Kesempatan ini lebih pada inisiatif Moura sendiri.

Kesalahan Mikel dalam menjaga lini tengah pun membuahkan tendangan bebas yang kemudian menjadi gol pertama PSG melalui tendangan keras Ibrahimovic. Pada pelanggaran ini, terlihat bagaimana Mikel dengan mudahnya dilalui Lucas Moura dan Fabregas yang berada di posisi yang salah untuk mem-backup posisi Mikel.

mourafoul
Proses pelanggaran Mikel yang membuahkan gol pertama PSG. Ketika Mikel dilewati, Fabregas tidak dalam posisi yang tepat untuk menjadi tembok rangkap sebelum ke bek tengah.

Setelah skor imbang, penguasaan bola PSG seakan sia-sia. Memang PSG berhasil melepaskan 20 tembakan pada laga ini. Namun tehitung sedikit peluang matang yang benar-benar membahayakan gawang Chelsea yang dijaga Thibaut Courtois.

Inilah yang membuat Blanc akhirnya memasukkan Cavani untuk menggantikan Moura pada menit ke-74. Pergantian ini terbilang efektif di mana empat menit berselang penyerang asal Uruguay tersebut mencetak gol kemenangan PSG.

Masuknya Cavani mengubah gaya menyerang PSG, di mana pergerakan tiga pemain terdepan PSG menjadi lebih cair. Sebelum gol Cavani terjadi, Ibra dan Di Maria bermain di area tengah. Hal ini tak terlihat pada babak pertama dan babak kedua sebelum Cavani masuk.

Ibrahimovic dan Di Maria berada di tengah, untuk membangun skema serangan yang menghasilkan gol Cavani.
Ibrahimovic dan Di Maria berada di tengah, untuk membangun skema serangan yang menghasilkan gol Cavani.

Pergerakan Ibra dan Di Maria di tengah mengacaukan area penjagaan Fabregas dan Mikel di depan back four. Setelah menerima bola dari Ibra, Di Maria cukup leluasa menerima bola bahkan sempat mengehentikan sebentar sebelum memberikan umpan chip pada Cavani.

Situasi sebelum terjadinya gol Cavani
Situasi sebelum terjadinya gol Cavani

Gol ini pun tak lepas dari insting Cavani dalam membaca lini pertahanan lawan dan kemampuan membaca permainan ketika bola berada di kaki Di Maria. Pada gambar di atas, mungkin kita akan mengira bahwa bola akan dioper pada Maxwell yang bebas di sisi kanan pertahanan Chelsea.

Namun Cavani membuat pergerakan untuk menarik perhatian Di Maria. Sebelum Di Maria menerima bola (gambar 1) Cavani belum melakukan pergerakan. Tapi setelah melihat posisi Di Maria menerima bola dan melihat posisi Gary Cahill yang tak sejajar dengan tiga bek Chelsea lainnya, ia langsung masuk ke celah di antara Cahill dan Baba Rahman.

Cavani memprediksi bahwa Di Maria yang berkaki kidal akan dengan akurat bisa memberikan operan ke area yang hendak Cavani tuju. Karena jika Di Maria tak berkaki kidal, mungkin ia akan kesulitan mengoper ke Cavani terlebih adanya Mikel di area kaki kanannya tersebut.

Kesimpulan

PSG memang mendominasi permainan. Namun skema bertahan Chelsea membuat penguasaan bola PSG sia-sia. Di Maria cs sempat kesulitan untuk menemukan celah di lini pertahanan Chelsea yang sebenarnya lemah di depan dua bek tengah.

PSG terselematkan oleh pergantian yang dilakukan Blanc. Masuknya Cavani mengubah skema permainan trio lini depan PSG yang bermain lebih cair. Insting Cavani dalam menaklukkan lini pertahanan Chelsea pun menghasilkan gol kemenangan bagi PSG.

Komentar