#PanditHighlights Konsistensi The Saints

Cerita

by redaksi

#PanditHighlights Konsistensi The Saints

Pencapaian Southampton musim ini merupakan pencapaian terbaik klub. Hal yang sama sebenarnya terjadi pada musim 2002/2003. Hanya saja, saat itu Southampton finish di posisi ke-8 hanya dengan 52 poin. Pada musim ini anak asuhan Pochettino berhasil meraup 55 poin dengan menyisakan satu pertandingan melawan Manchester United.

Ya, setelah musim lalu hanya finish di peringkat 14, musim ini Southampton menjadi klub yang cukup disegani setiap tim EPL. Masih mengandalkan Rickie Lambert yang sudah menjadi ‘peluru’ di lini depan sejak berlaga di divisi League One, Southampton berhasil finish 6 peringkat lebih tinggi.

Pochettino sendiri benar-benar mempersiapkan timnya. Cukup mempercayai skuatnya pada musim lalu, ia hanya menambah 3 pemain baru. Para pemain baru ini bukanlah pemain sembarangan. Mereka didatangkan dari klub asal mereka dengan total nilai transfer yang cukup fantastis, 36 Juta poundsterling. Dejan Lovren ( Lyon, 8,5 juta ), Victor Wanyama ( Celtic, 12, 5 juta ) dan Pablo Osvaldo ( As Roma, 15 juta ).

Sayangnya hanya Lovren yang reguler menjadi pemain inti. Wanyama harus bersaing dengan Jack Cork yang musim ini bermain cukup apik. Sedangkan Osvaldo dipinjamkan ke Juventus pada pertengahan musim karena kontribusinya sangat minim. Tapi sekali lagi, pemain lama lah yang kembali diandalkan Pochettino.

Formasi 4-2-3-1 possession yang menjadi favoritnya mulai dapat dipahami anak asuhannya pada musim ini. Terbukti possession Southampton adalah yang tertinggi di Liga Inggris dengan 58, 6 % ( Swansea 57, 6 % dan Manchester City 56, 9 %). Selain itu, untuk mendukung strategi possession-nya, Pochettino sering memperagakan permainan pressing tinggi untuk menekan dan mengintimidasi lawan sejak lawan memegang bola sehingga lawan sering dengan mudah kehilangan bola.

Ini pula yang menyebabkan Southampton menjadi klub dengan shot conceded per game tersedikit. Meskipun begitu, konsenstrasi menjadi kelemahan utama barisan pertahanan Southampton. Yang paling fatal adalah kekalahan 2-3 saat melawan Tottenham Hotspurs. Sempat unggul dua gol, Dua gol ke gawang Boruc tercipta akibat blunder pemain belakang. Dan gol terakhir tercipta di menit ke-92.

Ada periode dimana Southampton dinilai  menurun penampilannya. Faktanya adalah ke-konsistensi-an Southampton ini  tak mampu menaklukan tim-tim besar. Mereka selalu kesulitan meraih kemenangan. Hanya Liverpool yang berhasil dikalahkan Southampton musim ini. Tapi MU, City, Arsenal berhasil mereka imbangi di salah satu pertemuannya.

Patut kita perhitungkan bagaimana Southampton di musim berikutnya. Mengingat salah satu kelebihan Pochettino musim ini adalah ia tak ragu memainkan pemain muda. Luke Shaw, Jack Cork, Ward-Prowse, Callum Chambers, Jay Rodriguez dan Nathaniel Clyne adalah nama-nama barisan muda yang sering menghiasi starting line-up Southampton musim ini. Di musim depan, tentu saja mereka sudah lebih siap mengarungi kerasnya persaingan kompetisi tertinggi di ranah Britania Raya.

(ardy)

Komentar