Gary Cahill dalam Situasi Serba Tidak Menyenangkan

Berita

by Redaksi 43

Redaksi 43

Pandit Football Indonesia mengkhususkan pada analisis pertandingan sepakbola, statistik dan liga, juga sejarah perkembangan sepakbola dan evolusi taktiknya

Gary Cahill dalam Situasi Serba Tidak Menyenangkan

Desember 2015, tanggal 2. Dalam 17 hari Gary Cahill akan merayakan ulang tahunnya yang ke-30. Jika kesepakatan mengenai kontrak baru belum juga terjalin begitu Cahill berkepala tiga, tidak akan ada tawar-menawar. Chelsea memiliki kebijakan: pemain berusia 30 tahun atau lebih hanya berhak atas perpanjangan kontrak maksimal satu tahun. Pilihan Cahill hanya menerima atau menolaknya.

Namun, hari itu juga terjalin kata sepakat antara Cahill dan Chelsea. Wakil kapten Tim Nasional Inggris tersebut menandatangani perpanjangan kontrak yang akan membuatnya menjadi pemain Chelsea hingga 2019. Sebuah bentuk kepercayaan dari kesebelasan.

“Saya sangat senang mempercayakan masa depan saya kepada Chelsea, kesebelasan besar yang telah menaruh kepercayaan kepada saya,” ujar Cahill kala itu. “Saya telah meraih banyak hal di sini dan saya berharap saya dapat terus belajar, membantu kesebelasan, dan mengangkat piala selama empat tahun ke depan.”

Semuanya tampak baik-baik saja. Cahill mendapat perpanjangan kontrak yang ia inginkan dan Chelsea masih mempercayainya. Semuanya baik-baik saja hingga José Mourinho tak lagi menjabat posisi manajer. Situasi memburuk untuk Cahill begitu posisi manajer sementara dipercayakan kepada Guus Hiddink.

Cahill baru bermain dalam dua pertandingan sejak Hiddink menangani Chelsea. Satu kali pada pertandingan pertama Hiddink (Premier League, melawan Watford), satu kali pada babak ketiga Piala FA melawan Scunthorpe United; untuk memberi kesempatan beristirahat kepada John Terry, kapten kesebelasan.

Jika persoalannya hanya Hiddink, Cahill bisa tenang. Di akhir musim Hiddink akan pergi. Chelsea akan menyambut musim baru bersama manajer baru dan semua pemain, termasuk Terry dan Kurt Zouma yang membuatnya tersingkir dari kesebelasan utama, akan sama-sama harus memperjuangkan kepercayaan sang manajer baru, siapa pun itu. Namun, bagi Cahill persoalannya tidak sesederhana itu. Ia memang wakil kapten Tim Nasional Inggris, tetapi jika sepanjang sisa musim ini ia tidak rutin bermain, Cahill bisa kehilangan tempat utama di Piala Eropa 2016.

Karenanya Cahill mempertimbangkan kemungkinan meninggalkan Chelsea pada bursa transfer kali ini demi menjaga peluang tampil di Tim Nasional Inggris. Chelsea sendiri, per Guardian, tidak mengizinkan Cahill pergi dengan alasan tidak memiliki cukup waktu untuk mencari pengganti. Dengan demikian, hanya ada satu skenario yang menanti Cahill di masa depan: terus duduk di bangku cadangan sembari berharap tidak kehilangan tempat di Tim Nasional Inggris.

Kemungkinannya kecil karena Chris Smalling dan John Stones, saingan Cahill untuk posisi utama di Tim Nasional Inggris, secara rutin bermain membela kesebelasan mereka masing-masing, Manchester United dan Everton.

Ada satu catatan tersendiri mengenai Cahill dan Stones. Chelsea, di awal musim 2015/16, menunjukkan ketertarikan yang serius terhadap Stones. Pemain belakang berusia 21 tahun tersebut sempat kesulitan mengambil keputusan. Tawaran Chelsea jelas menarik namun di Everton ia mendapat jaminan selalu tampil. Saat itulah Cahill angkat bicara.

“Apakah Chelsea kesebelasan yang sulit ditolak? Ya, tentu saja,” ujar Cahill sebagaimana dikutip dari Guardian. “Berbicara mengenai ambisi, jika Anda adalah pemain muda dalam permainan ini, telah bermain dalam banyak pertandingan Premier League seperti yang ia [Stones] lakukan musim lalu, dan sebuah kesebelasan menyatakan ketertarikan, sulit untuk menolak karena Anda ingin meraih banyak hal dalam jangka waktu yang singkat dalam karir Anda sebagai pemain sepakbola profesional.”

Cahill melanjutkan: “Jika kesebelasan menyatakan ketertarikan, kesebelasan yang Anda tahu akan mengerahkan seluruh kemampuan untuk memenangi semua kejuaraan dan meraih semua medali, Anda tahu itulah yang Anda inginkan. Sulit untuk menolaknya, tentu saja. Ia [Stones] akan mempertimbangkan kesebelasan, mempertimbangkan para pemain, dan mempertimbangkan untuk terlibat dalam skuat seperti kami.”

Untuk memperkuat sarannya kepada Stones, Cahill menyinggung hal-hal yang ia pikirkan ketika Chelsea merekrutnya dari Bolton Wanderers pada Januari 2012: “Ketika Chelsea menyatakan ketertarikannya terhadap saya, saya melihatnya sebagai sebuah peluang, saya melihatnya sebagai kesempatan dan jika diihat dari awal tidak akan ada yang yakin apa yang akan terjadi di masa depan. Namun, ini peluang yang tidak dapat ditolak; peluang yang harus digenggam dengan kedua tangan. Lalu peluang ini harus diusahakan sebaik mungkin agar berhasil.”

Keputusan Stones untuk bertahan di Everton terbukti (sejauh ini) benar. Ia masih terus diandalkan dan Roy Hodgson pun terus meliriknya untuk bermain di Tim Nasional Inggris. Meskipun musim depan belum tentu Stones masih akan tetap berseragam Everton.

Sedangkan bagi Cahill, posisinya di Chelsea saat ini bisa dibilang serba tidak menyenangkan. Situasi ini memang akan berakhir enam bulan lagi, ketika Hiddink pergi. Namun, jika situasi seperti ini terus bertahan, posisinya di Inggris akan otomatis tergantikan oleh pemain-pemain lainnya. Cahill mungkin sebaiknya dipinjamkan saja? Agak sulit sepertinya.

Komentar