Tiga Nama di Balik Kekalahan Arsenal

Analisis

by Redaksi 43

Redaksi 43

Pandit Football Indonesia mengkhususkan pada analisis pertandingan sepakbola, statistik dan liga, juga sejarah perkembangan sepakbola dan evolusi taktiknya

Tiga Nama di Balik Kekalahan Arsenal

Arsenal 0-1 Chelsea. Hasil akhir pertandingan itu sendiri adalah sebuah pernyataan: Arsenal tidak mampu mencetak gol ke gawang Chelsea. Dari pernyataan muncul sebuah pertanyaan: mengapa? Atau lebih tepatnya: siapa?

Siapa yang membuat Arsenal tak mampu mencetak gol? Siapa yang membuat Arsenal kalah?

Tak perlu mencari, karena jawabannya ada di sini.

Diego Costa

Pertandingan melawan Arsenal tercipta untuk Diego Costa. Penyerang berkebangsaan Spanyol tersebut bisa mandul atau tidak berguna melawan kesebelasan mana pun kecuali Arsenal. Gol tunggal yang memastikan kemenangan Chelsea hanya tambahan yang membuat penampilannya dalam pertandingan ini semakin terlihat baik.

Bedah pertahanan Chelsea pada pertandingan ini dan di barisan terdepan Anda akan menemukan Costa, bertarung dan berjuang sendirian di area pertahanan lawan. Di mana bola bergulir di sana Costa berada. Sekilas terlihat bodoh: satu orang pemain mengejar bola melawan tiga pemain lawan; tidak mungkin Costa berhasil merebut bola. Namun bukan itu tugasnya.

Gangguan Costa mencegah Arsenal membangun serangan dari belakang. Dengan menempatkan diri di antara kedua bek tengah Arsenal Costa telah memotong jalan umpan sehingga Laurent Koscielny dan Per Mertesacker tidak leluasa bertukar umpan. Kedua bek tengah Arsenal pun tak bisa meneruskan bola kepada para gelandang karena tiga pemain penyokong Costa (Willian, Cesc Fàbregas, dan Oscar) menutup jalan umpan ke lini tengah. Petr ?ech menjadi satu-satunya pilihan.

Willian

Hanya dalam satu kesempatan Branislav Ivanovi? benar-benar terlihat dalam pertandingan ini: ketika mencetak assist. Selebihnya ia tak tampak. Ivanovi? berada di lapangan hanya untuk menjaga keunggulan jumlah pemain Chelsea atas Arsenal. Saya merasa tanpa Ivanovi? pun Chelsea akan baik-baik saja. Bahkan jika itu berarti Chelsea bermain dengan sepuluh orang dan Arsenal sebelas.

Sisi kanan Chelsea adalah milik Willian dan Willian seorang. Bukan karena ia serakah. Jika boleh memilih, Willian pasti ingin ditemani. Namun Willian menerima nasibnya: ia bekerja sendirian. Willian melakukan semuanya sendirian di pertandingan ini.

Secara de facto ialah bek kanan Chelsea. Willian menutup jalan umpan, mengawal pemain lawan, dan merebut bola ketika Arsenal menyerang. Ketika tiba giliran Chelsea, ia meninggalkan lini pertahanan kesebelasannya dan menuju lini pertahanan lawan. Willian mengumpan, melewati lawan, dan melepas tembakan. Semuanya tanpa bantuan Ivanovi?. Ia berkali-kali mencari Ivanovi?, namun tidak menemukannya dalam setiap kesempatan.

Satu hal lain tentang Willian: ia tidak mencetak gol juga tidak mencetak assist, namun ia memainkan peran penting dalam kemenangan ini. Umpan terobosannya untuk Diego Costa tak hanya tepat sasaran, namun juga mendorong Per Mertesacker yang berpengalaman masuk ke dalam situasi sulit: Membiarkan Costa berarti menempatkan Petr ?ech dalam ancaman, namun melanggar Costa akan membuatnya menerima kartu merah. Mertesacker pun mengambil pilihan kedua.

Arsène Wenger

Bahwa Arsène Wenger bukan seorang jenius taktik adalah rahasia umum. Bahwa Arsène Wenger adalah seorang romantik yang tidak bisa bersaing dengan para pragmatik taktik adalah sesuatu yang diakui bahkan oleh para pendukung Arsenal sendiri. Kemenangan Wenger seringkali berdasar kepada kualitas para pemainnya yang lebih baik dari kualitas pemain lawan, bukan karena kemenangan taktik melawan manajer lawan. Itu kekurangan terbesar Wenger yang, menariknya, selalu dimaklumi karena ia adalah jenius dalam pasar pemain yang berhasil mempertahankan Arsenal di papan atas selama era-uang-belanja-terbatas.

Bahkan dalam pertandingan sebelas melawan sebelas, manajer mana pun harus memainkan taktik yang tepat agar tidak pulang sebagai pecundang; apa lagi dalam pertandingan sepuluh melawan sebelas. Kesalahan Wenger: menarik keluar Olivier Giroud setelah Per Mertesacker menerima kartu merah. Ia perlu menarik keluar satu pemain agar Gabriel Paulista dapat menggantikan posisi Mertesacker di lini belakang, namun di antara semua pemain yang ada, mengapa Giroud?

Keluarnya Giroud membuat Mesut Özil, dalam formasi bertahan Arsenal (4-4-1), menjadi pemain terdepan. Dengan susunan pemain seperti ini, starting position Theo Walcott dan Joel Campbell (penerima umpan) lebih jauh dari gawang lawan ketimbang starting position Özil (pengumpan) ketika serangan Arsenal dimulai. Padahal idealnya, starting position penerima umpan lebih dekat atau setidaknya sama dekat (dari gawang lawan) dengan pengumpan. Jika Giroud masih di lapangan, persoalan starting position ini dapat diatasi dengan kemampuan Giroud menahan bola; dengan menahan bola, Giroud memberi Walcott dan Campbell menemukan celah dan melakukan sprint ke celah tersebut.

Ketiadaan Giroud di lapangan juga membuat Arsenal hanya bisa menyerang lewat umpan terobosan. Dan menyerang lewat umpan terobosan hanya bisa dilakukan jika ada ruang terbuka. Melawan Chelsea yang bertahan dengan rapat di kedalaman, Arsenal lebih membutuhkan Giroud ketimbang Walcott atau Campbell. Namun ketimbang mengorbankan salah satu dari dua nama terakhir, Wenger menarik keluar Giroud; sebuah kesalahan taktikal yang membuat Thibaut Courtois menjalani pertandingan yang cukup tenang.

Komentar