Menuju Senjakala Pangeran Roma

PanditSharing

by Pandit Sharing

Pandit Sharing

Ingin menulis di PanditFootball.com? Kirimkan ke sharingpandit@gmail.com

1. Lengkapi dengan biodata singkat dan akun Twitter di bawah tulisan
2. Minimal 900 kata, ditulis pada file Ms. Word
3. Tulisan belum pernah dipublikasikan di media apapun (blog, website, forum, dll)
4. Tambahkan alamat lengkap dan nomor HP (tidak dipublikasikan)

Menuju Senjakala Pangeran Roma

Oleh: Asta Purbagustia*

Waktu memang biadab betul. Ia semena-semena merenggut apa yang ada di depannya. Tak kenal belas kasihan dan semua orang pasti menjadi korbannya. Waktu begitu tega mengambil masa-masa kejayaan seseorang dan menghempaskannya ke masa-masa keusangannya. Waktu begitu arogan. Terus melaju kedepan tanpa pernah berhenti sebentar apalagi kembali ke belakang.

Waktu juga lah yang membuat seorang pesepakbola harus segera menanggalkan semua kebahagiaan serta kejayaan yang pernah ia dapatkan saat memainkan si kulit bundar. Tak mengenal hebat atau tidaknya pesepakbola itu, waktulah yang membuatnya harus menggantungkan sepatunya dan meninggalkan gemerlap dan hingar bingar lapangan hijau.

Waktu jugalah yang membuat Raul Gonzales harus pensiun. Legenda Real Madrid dan Spanyol ini tak berdaya ketika waktu mengharuskannya berpisah dari bermain sepak bola, hal yang sudah ia geluti sejak 1990-an hingga 2015. Mantan pangeran Madrid tersebut pensiun dengan seabrek gelar individual dan kolektifnya bersama kesebelasan seperti Real Madrid, Schalke 04, Al Sadd, hingga New York Cosmos. Raul pensiun pada usia 38 tahun.

Legenda lainnya yang harus meninggalkan panggung sepakbola datang dari tanah Brasil. Ia adalah Rogerio Ceni, seorang kiper hebat yang sering mencetak gol. Ceni pada 2015 juga telah mengumumkan untuk pensiun dari sepakbola. Waktu juga-lah yang memaksa Ceni harus meninggalkan pos di bawah mistar, posisi yang sudah ia tempati selama kurang lebih 23 tahun. Ceni pensiun di usianya yang ke-42 tahun dan meninggalkan bekas ingatan kalau kiper juga bisa mencetak gol layaknya seorang penyerang.

Hal yang sama juga sepertinya akan dialami pesepakbola yang satu ini di akhir musim ini. Seorang gladiator sekaligus pangeran dari Roma yang kini sudah menunjukan tanda-tanda keusangan kariernya. Dia adalah Francesco Totti.

Totti tampaknya sudah memasuki fase krusial di mana ia harus sesegera mungkin menentukan harus terus bermain sepakbola atau memutuskan pensiun. Totti seperti memasuki masa senjanya. Waktu pertanda sudah saatnya memasuki waktu malam, waktu beristirahat setelah terangnya siang hari yang begitu melelahkan.

Kaki-kakinya sudah tak selincah dulu. Kini kaki-kakinya lebih sering menjerit kesakitan lantaran cedera. Gaya bermainnya juga sudah tak seperti dulu yang mampu menjelajah setiap sudut dan jengkal lapangan hijau. Kini ia hanya lebih sering berkeliaran di sekitaran luar kotak penalti saja, area jelajah yang tak seluas dahulu. Meskipun demikian Totti juga tak jarang masih memperlihatkan kebolehannya dengan umpan-umpan di luar nalarnya; umpan khas seorang fantastica, sebutan yang sudah melekat pada dirinya sedari dulu.

Kedatangan Edin Dzeko di awal musim ini bisa menjadi pertanda bahwa peran Totti di AS Roma sudah tidak sevital dulu. Dzeko didatangkan dari Manchester City dengan status pinjaman dimaksudkan untuk melapis atau bahkan menggantikan peran Totti sebagai ujung tombak Roma; Posisi yang yang sudah bertahun-tahun menjadi milik pria bertinggi 180 sentimeter tersebut.

Bukan rahasia lagi jika berbicara soal Totti maka yang terdengar adalah soal loyalitasnya kepada AS Roma. Ia adalah roh sekaligus nyawa bagi kesebelasan rival bebuyutan Lazio tersebut. Hampir 23 tahun sudah Totti menghabiskan dan mengabdi kepada kesebelasan berlambang serigala. Ia menjadi pemimpin bagi rekan-rekannya sejak dulu.

Totti memulai debutnya saat berusia 16 tahun pada musim 1993 saat Roma dilatih oleh Vujadi Boskov. Kala itu Totti bertanding saat Roma melawan Brescia di Serie A. Setelah itu, Totti bermain secara reguler. Ia selalu menjadi andalan dari setiap pelatih yang membesut Roma, mulai dari rezim Carlo Mazzone, Zdenek Zeman, Fabio Capello, Luciano Spalletti, Claudio Ranieri, Luis Enrique, hingga Rudi Garcia.

Totti yang mampu bermain di berbagai posisi yang membuatnya menjadi pilihan utama di Roma. Ia bisa menjadi peneyrang tunggal ataupun gelandang serang. Hal paling penting, Totti adalah seorang pengatur serangan yang penting buat Roma. Ia pun menjadi panutan pemain Roma lain salah satunya Danielle de Rossi.

Selama membela Roma, sejumlah gelar telah diantarkan Totti. Ia berhasil membawa Roma merengkuh gelar juara Serie A pada musim 2000/2001. Ia juga terlibat dalam gelar juara Coppa Italia pada 2006/2007 dan 2007/2008, serta juara Super Coppa Italia sebanyak 2 kali pada musim 2001/2002 dan 2007/2008.

Musim ini bisa menjadi akhir karier dari pemain yang sudah mengoleksi 244 gol dari 592 penampilannya berseragam Roma. Perihal rencana pensiunnya musim ini datang dari mulut sang istri, Ilary Blasi yang mengatakan bahwa musim ini bisa menjadi musim penutup bagi pemain yang menjadi bagian dari skuat Italia ketika meraih juara dunia tahun 2006 silam.

�"Waktunya sudah tiba. Francesco akan berumur 40 tahun besok. Dia sudah sangat menikmati segalanya yang dia dapat saat ini. Jadi saya berpikir bahwa saatnya dia merasakan pengalaman baru. Tapi tentunya masih akan berurusan dengan sepak bola,�" ujar Blasi seperti dikutip Soccernet.

Isyarat tersebut tidaklah mengada-ada, mengingat keadaan Totti saat ini. Beberapa hari lalu, Totti baru saja comeback setelah sembuh dari cedera. Ini adalah pertandingan pertamanya sejak September silam.

Musim ini Totti lebih sering berada di bangku cadangan karena kondisinya yang terus-teruan dilanda cedera hamstring. Belum lagi ia harus bersaing dengan striker-striker yang lebih muda semisal Dzeko, Sadiq Umar, dan Gervinho. Ia hanya mampu tampil empat kali dan mencetak sebiji gol di musim ini.

Waktu jugalah yang memisahkan Totti dengan sepakbola. Laju waktu yang membuat Totti jadi tua renta dan tak sebugar dulu sewaktu muda. Sudah saatnya Totti beristirahat. Cepat atau lambat ia harus mengikuti jejak teman-temannya sesama legenda sepakbola Italia pada 1990-an seperti Alessandro Nesta, Fabio Cannavaro, Alessandro Del Piero, Paolo Maldini, Christian Vieri dan Vicenzo Montela yang telah lebih dulu memutuskan pensiun.

Totti tak perlu khawatir maupun risau kalau harus meninggalkan Roma. Roma pun juga sudah ikhlas harus berpisah dengan pangerannya. Totti tetaplah Totti. Ia akan selalu menjadi legenda bagi Roma, Italia, dan dunia. Meski nantinya sudah tidak lagi memainkan peran pemimpin dan berkontribusi langsung bersama Roma, Totti bisa sedikit tersenyum sambil meninggalkan Roma. Sebab berkat Totti-lah Roma kini telah mencetak calon para loyalis-loyalis macam dirinya di tubuh De Rossi, Miralem Pjanic atau pun Radja Nainggolan. Mereka sudah menyatakan kesetiaannya untuk mengabdi bersama serigala ibukota.

Jadi Totti bersenang-senanglah dan nikmatilah saat-saat terakhir bermain sepak bola bersama Roma sebelum menuju senjakala

*Penulis merupakan seorang penikmat sepakbola dan seorang penggiat sepak bola virtual/PES. Tinggal di Depok.

Komentar