Oxlade-Chamberlain Belum Bisa Jadi Jawaban Absennya ?zil

Taktik

by Redaksi 43

Redaksi 43

Pandit Football Indonesia mengkhususkan pada analisis pertandingan sepakbola, statistik dan liga, juga sejarah perkembangan sepakbola dan evolusi taktiknya

Oxlade-Chamberlain Belum Bisa Jadi Jawaban Absennya Özil

Mesut Özil tidak tergantikan di Arsenal. Ketika ia berhalangan hadir, jalan keluarnya bukan memercayakan posisi dan peran Özil kepada pemain lain, namun mengubah formasi dan taktik kesebelasan. Arsène Wenger melakukannya dalam dua dari tiga pertandingan terakhir Arsenal.

Özil yang diistirahatkan ketika Arsenal menjamu Sunderland pada babak ketiga FA Cup 2015/16 tetap di Lodon ketika kesebelasannya bertanding di kandang Stoke City pada gameweek ke-22 Premier League 2015/16. Kali ini alasannya bengkak ringan di kaki. Formasi utama Arsenal musim ini 4-2-3-1 dengan Özil di belakang penyerang tengah. Tanpa pemain berkebangsaan Jerman tersebut Arsenal tampil dalam formasi 4-3-3.

Perubahan formasi membuat Wenger membutuhkan satu gelandang tengah tambahan. Ia membutuhkan tiga orang sementara biasanya dua. Mohamed Elneny telah mendapat lampu hijau untuk membela Arsenal dan dibawa serta ke Britannia Stadium. Namun ia hanya duduk memerhatikan sepanjang pertandingan. Wenger mengatasi kekurangan jumlah gelandang dengan memainkan Alex-Oxlade Chamberlain, seperti yang ia lakukan dalam pertandingan melawan Sunderland.

Mengatasi absennya Özil dengan menyesuaikan susunan pemain dan gaya bermain menjadi jalan keluar yang masuk akal karena beberapa alasan. Pertama, Özil tidak tergantikan. Memainkan Oxlade-Chamberlain (atau pemain lain) di posisi Özil dan memintanya memainkan peran Özil tidak akan berhasil. Kedua, Oxlade-Chamberlain butuh bermain namun Wenger tidak bisa begitu saja memintanya menjadi penyerang sayap kanan; Joel Campbell sedang bagus-bagusnya. Ketiga, Aaron Ramsey juga sedang bagus-bagusnya memainkan peran box-to-box midfielder sehingga menariknya keluar dari susunan pemain utama bukan keputusan bijak. Kecuali untuk alasan kebugaran, tentu saja.

Ide Wenger bagus: dua orang box-to-box midfielder di kedua sisi Mathieu Flamini sang gelandang bertahan. Seperti Ramsey, Oxlade-Chamberlain tidak membutuhkan banyak ruang untuk melepaskan diri dari tekanan lawan. The surge, Wenger menyebutnya.

“Ia [Oxlade-Chamberlain] memiliki kemampuan untuk bermain sebagai gelandang tengah, ia memiliki kemampuan penting – little surge untuk keluar dari tekanan,” ujar Wenger selepas pertandingan melawan Sunderland. “Salah satu hal yang dibutuhkan untuk keluar dari tekanan adalah memiliki kemampuan melakukan dribble kecil untuk meloloskan diri dari pemain yang menekan dan tidak ada pemain yang memilikinya lebih baik dari Oxlade-Chamberlain ... Karena itulah saya memainkannya dalam formasi 4-3-3 karena ia sangat cocok bermain sebagai box-to-box midfielder di sebelah kanan – ia cocok di sana.”

Ramsey mencetak gol di pertandingan melawan Sunderland dan menggagalkan peluang tepat sebelum bola melewati garis pada pertandingan melawan Stoke. Oxlade-Chamberlain, sementara itu, pasti sudah mencetak gol jika bukan karena tiang gawang (melawan Sunderland) dan permainan gemilang Jack Butland (melawan Stoke). Wenger, setelah pertandingan melawan Stoke, kembali menegaskan pentingnya Oxlade-Chamberlain.

“Ia [Oxlade-Chamberlain] terlibat dalam beberapa momen menarik dalam pertandingan,” ujar manajer berkebangsaan Prancis tersebut. “Ia telah menunjukkan kemampuannya untuk keluar dari tekanan dan melewati lawan di sepertiga akhir. Di masa depan ini bisa menjadi posisi yang menarik untuknya. Kami memainkan 4-3-3 hari ini karena formasi tersebut sangat cocok dengannya.”

Wenger tidak sepenuhnya salah. Namun karena ia menegaskan hal yang sama dalam dua minggu, Wenger seperti berusaha meyakinkan sesuatu yang tidak luas disepakati (dan memang sewajarnya tidak luas disepakati).

Oxlade-Chamberlain membuat serangan Arsenal berbahaya, jangan salah sangka. Ia memang bukan pencipta peluang seperti Özil. Namun ia tetap berbahaya bagi lawan. Sementara Ramsey mengancam dengan memasuki kotak penalti, Oxlade-Chamberlain melakukannya dari luar. Hanya tiang gawang dan Butland, sebagaimana telah disebutkan, yang membuat namanya belum muncul di daftar pencetak gol belakangan.

Persoalannya: Oxlade-Chamberlain adalah box-to-box midfielder. Mengancam lawan saja tidak cukup. Ia harus bisa pula membantu Flamini melindungi lini belakang Arsenal. Ini yang kurang. Oxlade-Chamberlain seperti pemain yang kebingungan ketika tidak memiliki bola. Ia mengekor Flamini ke mana pun seniornya pergi dan karenanya membuka lubang yang bisa dimanfaatkan lawan.

Héctor Bellerín, sebelum melepas umpan silang yang mengunci kemenangan Arsenal atas Sunderland, melakukan sprint dan ditemukan oleh umpan panjang Oxlade-Chamberlain. Sebuah umpan yang berkelas. Match of the Day membuatnya terlihat lebih keren dengan mengeditnya dalam analisis pertandingan mereka; umpan Oxlade-Chamberlain dibuat seperti komet dengan ekor berwarna merah dan putih. Ketika menyerang Oxlade-Chamberlain dapat diandalkan, namun sayangnya tidak demikian saat bertahan.

Komentar