PR Klopp yang Masih Belum Terselesaikan

Analisis

by Ardy Nurhadi Shufi

Ardy Nurhadi Shufi

Juru Taktik Amatir
ardynshufi@gmail.com

PR Klopp yang Masih Belum Terselesaikan

Laga Liverpool menghadapi Manchester United yang diprediksi akan terjadi banyak gol, ternyata hanya berkesudahan 1-0 saja. Kubu tamu pulang dengan tiga poin setelah gol Wayne Rooney pada menit ke-78 menjadi satu-satunya gol pada laga ini.

Liverpool sebenarnya begitu menguasai jalannya pertandingan dan menciptakan lebih banyak peluang ketimbang United. Namun penyelesaian akhir menjadi persoalan lini depan Liverpool pada laga ini. Tak hanya itu, Liverpool pun masih lemah dalam bola mati.

Butuh Penyerang Baru?

Setelah berhasil mencetak tiga gol ke gawang Arsenal pada pekan ke-21, Liverpool gagal mencetak satupun gol ke gawang Manchester United. Padahal sebenarnya, alur serangan Liverpool begitu cair dari belakang ke tengah hingga sepertiga akhir.

Liverpool tercatat melepaskan total 19 tembakan pada laga ini. Namun hanya empat yang mengarah ke gawang United yang dikawal David De Gea, 10 lainnya tak menemui sasaran. Sementara lima sisanya berhasil diblok pemain United.

Setidaknya terdapat tiga peluang emas yang harusnya bisa menjadi gol pada babak pertama bagi Liverpool. James Milner, Jordan Henderson dan Adam Lallana lambat mengambil keputusan sehingga tendangan mampu diblok pemain United atau tak mengarah ke gawang. Kesempatan terbuang sia-sia apalagi ketika David De Gea bermain gemilang pada laga ini.

Manajer Liverpool, Juergen Klopp, tampaknya masih belum sepenuhnya memercayai Christian Benteke di lini depan. Roberto Firmino yang mencetak dua gol ke gawang Arsenal, kembali dipasang sebagai false nine pada laga ini namun gagal memberikan kontribusi maksimal.

Benteke masuk pada 10 menit terakhir pertandingan, namun tak memberikan dampak signifikan. Upaya Klopp lainnya adalah dengan memasukkan Steven Caulker dan memasangnya sebagai penyerang. Namun perubahan ini pun tetap tak menghasilkan satupun gol bagi Liverpool.

Kelemahan Liverpool, Bola Mati

Liverpool asik menyerang. Skuat berjuluk The Reds inipun unggul penguasaan bola dengan 54% berbanding 45%. Apalagi pada babak pertama, di mana peluang-peluang yang diciptakan nyaris menjadi gol dan begitu membahayakan gawang United.

Sementara Liverpool mencetak 19 tembakan, United hanya mencetak tujuh tembakan. Pada babak pertama hanya dua kali, dan uniknya United berhasil mencetak gol dari satu peluang yang mengarah ke gawang.

Tapi yang perlu dicatat, Liverpool kebobolan lewat skema set piece, atau lebih tepatnya sepak pojok. Dan ini ternyata menjadi kelemahan laten yang dimiliki Liverpool. Liverpool Echo mencatatkan bahwa musim ini Liverpool kebobolan dari set piece sebanyak 12 kali, dari total 28 kebobolan. Jumlah ini merupakan yang terbanyak di Liga Primer musim ini.

Pada pertengahan Desember lalu, Liverpool Echo juga sempat mengumpulkan data bahwa Liverpool memang selalu lemah dalam antisipasi bola mati di Liga Primer. Dari 424 gol kebobolan di EPL, 28%-nya atau lebih tepatnya 118 gol berasal dari set piece.

Sebelum menghadapi Manchester United, Liverpool pun kebobolan melalui sepak pojok saat menghadapi Arsenal. Kala itu, Olivier Giroud berhasil menyambut umpan sepak pojok Aaron Ramsey pada gol kedua Arsenal.

Jurgen Klopp sendiri sadar betul bahwa antisipasi bola mati adalah kelemahan Liverpool. Dan itu memang masih menjadi PR-nya hingga saat ini, di mana pada akhirnya Liverpool harus kalah dari Manchester United lewat sebiji gol dari skema sepak pojok.

“Rasanya 98% dari kebobolan bola mati berasal dari skema set piece,” tutur Klopp usai Liverpool ditahan imbang West Bromwich 2-2.

“Kami perlu bertahan menghadapi skema bola mati lawan lebih baik lagi,” ujar Klopp yang dikutip Goal usai laga melawan Arsenal beberapa waktu lalu. “Ini mudah dikatakan, tapi kami perlu bekerja keras dan akan bekerja lebih keras karenanya.”

Ya, Klopp harus bekerja keras untuk memperbaiki pola bertahan Liverpool saat menghadapi bola mati lawan. Jika ini terus dibiarkan, permainan atraktif di lapangan yang menawan bisa gagal menghadirkan kemenangan karena harus kebobolan melalui bola mati yang seolah telah menjadi langganan. Seperti laga melawan MU kali ini misalnya, Liverpool kalah di laga yang seharusnya bisa mereka menangkan.

foto: Squawka

Komentar