Big Mac Juventus

Cerita

by Redaksi 43

Redaksi 43

Pandit Football Indonesia mengkhususkan pada analisis pertandingan sepakbola, statistik dan liga, juga sejarah perkembangan sepakbola dan evolusi taktiknya

Big Mac Juventus

Dalam cerpen The Second Bakery Attack-nya Haruki Murakami diceritakan seorang istri yang membantu suaminya merampok McDonald’s di Tokyo untuk menghapus kutukan yang menimpa sang suami akibat kegagalan sang suami menyerang sebuah toko roti di masa lalu. Yang Juventus lakukan belum lama ini kurang lebih sama dengan kisah tersebut.

Lebih dari tiga tahun lalu Juventus pernah mendekati seorang gelandang muda yang bermain untuk Delfino Pescara 1936. Namanya Marco Verratti. Saat itu Verratti baru berusia 19 tahun, namun ia sudah memainkan peran besar dalam keberhasilan Pescara menjuarai Serie B 2011/12; wajar saja Juventus tertarik.

Selain itu, seluruh keluarga Verratti adalah pendukung Juventus sehingga mereka dengan sendirinya memiliki modal kuat untuk meyakinkan Verratti. Semuanya tampak berjalan lancar karena sang pemain juga menunjukkan ketertarikan yang sama.

Rencana awal sang suami dalam cerpen Murakami, sebagaimana ia ceritakan kepada istrinya, adalah memaksa pemilik toko roti untuk menyerahkan roti-roti yang ia jual kepada dirinya dan rekannya. Mereka tidak berniat mengambil uang. Mereka hanya menginginkan roti. Rencana mereka berhasil hanya jika sang pemilik toko roti menyerahkan roti di bawah perintah mereka.

Namun rencana tinggal rencana. Alih-alih menyerahkan roti di bawah tekanan, sang pemilik toko roti yang sangat menggemari musik klasik mengajukan penawaran: jika para penyerang (sang suami tidak menyebut diri dan rekannya sebagai perampok karena mereka tidak merampok) bersedia menemani sang pemilik toko roti mendengarkan piringan hitam yang sedang ia dengarkan saat itu, keduanya boleh mengambil roti sebanyak yang mereka mau. Kedua penyerang  dan pemilik toko roti duduk mendengarkan piringan hitam sampai selesai. Setelahnya kedua penyerang membawa pulang roti yang cukup untuk makan mereka berdua selama lima hari.

Pescara adalah toko roti dan Verratti adalah rotinya. Piringan hitam yang menggagalkan niatan Juventus, sementara itu, adalah Paris Saint-Germain.

“Benar, aku sudah sangat nyaris bergabung dengan Juventus sebelum aku menandatangani kontrak di PSG,” ujar Verratti – pada Agustus 2015 – mengakui skenario yang terjadi pada 2012, sebagaimana dikutip dari Goal. “Kami sudah membicarakan rincian kesepakatan. Lalu aku mendengar ketertarikan PSG, dan memutuskan pindah ke Paris karena aku menginginkan pengalaman yang berbeda.”

Sang suami merasa tidak ada yang salah dengan perubahan rencana yang ia alami. Ia datang hanya untuk roti dan pergi dengan membawa sangat banyak roti. Ditambah lagi, tak ada orang yang tersakiti. Semua senang, semua menang. Namun sang istri, yang baru mengetahui cerita ini ketika keduanya terjaga hingga larut malam karena diserang kelaparan yang sangat menyiksa, berpendapat lain.

Sang istri berpendapat bahwa kelaparan yang menimpa keduanya terjadi karena kutukan yang menimpa suaminya sebagai akibat dari kegagalan menyelesaikan sebuah aksi. Hanya ada satu cara untuk menghapus kutukan tersebut: menyerang sebuah toko roti untuk menyelesaikan aksi yang tertunda. Sang istri selalu berkeras untuk tidak keluar lewat tengah malam namun demi terhapusnya kutukan itu, ia melanggar prinsipnya sendiri.

Pasangan yang belum lama menikah tersebut berkeliling Tokyo namun tak menemukan satu pun toko roti yang masih buka setelah tengah malam. Setelah lama mencari toko roti, sang istri memutuskan untuk menyerang McDonald’s yang masih buka. Sang suami berkata bahwa McDonald’s bukan toko roti sedangkan tujuan mereka adalah menyerang toko roti. Sang istri berkata bahwa McDonald’s seperti toko roti dan kadang manusia harus berkompromi.

Serangan berjalan lancar dan mereka membawa pergi 30 Big Mac walau manajer yang ketakutan menawarkan uang. Keduanya menolak karena tujuan mereka adalah (pengganti) roti. Keduanya bahkan membayar dua gelas cola yang mereka bawa serta dari McDonald’s yang mereka serang; karena cola bukan roti.

Seperti sang suami yang beranggapan tidak ada salahnya gagal menyerang selama ia mendapatkan apa yang ia cari, Juventus sudah merelakan Verratti. Mereka tidak mengganggunya lagi. Namun urusan Juventus dengan Pescara tampaknya belum selesai. Menurut jurnalis Italia bernama Gianluca Di Marzio, Juventus telah menjalin kata sepakat dalam proses transfer Rolando Mandragora, gelandang yang sedang menjalani masa pinjaman di Pescara dari kesebelasan pemiliknya, Genoa. Di Marzio mengklaim bahwa Juventus telah sepakat membayar tujuh juta euro di muka dan tujuh juta euro sisanya sebagai bonus yang akan dibayar setiap kali klausul khusus yang tertera dalam kontrak Mandragora – yang berdurasi lima tahun – terpenuhi.

Mandragora memang bukan Verratti dan Genoa bukan Pescara. Namun manusia, seperti kata sang istri, kadang harus berkompromi. Jika Pescara adalah toko roti dan Verratti adalah roti, maka Genoa adalah McDonald’s dan Mandragora adalah Big Mac. Dan Juventus, setelah gagal mendapatkan roti yang mereka inginkan nyaris empat tahun lalu, kini tampaknya tidak keberatan mendapat Big Mac.

Setelah mendapatkan apa yang mereka cari – setelah menyelesaikan apa yang mereka rencanakan – sang suami memacu Corolla-nya untuk mencari lahan kosong di mana mereka dapat menikmati hasil kerja yang memuaskan. Sang istri makan empat Big Mac sementara sang suami melahap enam. Tokyo mulai terang oleh sinar mentari. Sang istri menyandarkan kepala di pundak suaminya.

“Memangnya perlu, ya, kita melakukan itu?” tanya sang suami.

“Jelas perlu!” jawab istrinya. Setelah satu hembusan napas panjang sang istri tertidur; Ia selembut dan seringan anak kucing, pikir sang suami.

Komentar