Fokus yang Hilang dalam Kekalahan Tottenham atas Leicester

Analisis

by Redaksi 46

Redaksi 46

Pandit Football Indonesia mengkhususkan pada analisis pertandingan sepakbola, statistik dan liga, juga sejarah perkembangan sepakbola dan evolusi taktiknya

Fokus yang Hilang dalam Kekalahan Tottenham atas Leicester

Leicester City kembali berada di jalur juara setelah mengalahkan Tottenham Hotspur dengan skor 1-0. Dalam pertandingan yang digelar di White Hart Lane, London, Kamis (14/1) dini hari tersebut, sundulan Robert Huth pada menit ke-83 menjadi penentu kemenangan Leicester.

Dalam hal permainan, ada kealpaan yang membuat Tottenham tak belajar dari bagaimana Arsenal dan Liverpool mengalahkan Leicester. Atau, bagaiamana mereka menahan imbang Leicester pada paruh musim pertama, dan saat berlaga di Piala FA, beberapa hari sebelumnya. Hal yang paling terlihat adalah soal fokus yang hilang.

Tottenham sejatinya mampu membuat Riyad Mahrez dan Jamie Vardy tidak mencetak gol. Ini krusial karena Leicester selalu mendulang poin saat Mahrez dan Vardy mencetak gol, kecuali saat menghadapi Arsenal. Menahan Leicester untuk tidak mencetak gol berarti memperbesar peluang Spurs mendulang poin.

Baca juga: Mengapa Leicester City Gagal Mencetak Gol?

Hal ini berhasil karena hingga menit ke-80 pertandingan masih berkedudukan 0-0. Namun, yang perlu dicatat, Leicester dua kali mencetak gol di atas menit ke-80, yang salah satunya dicetak Mahrez ke gawang Spurs pada 22 Agustus silam. Selain itu, Leicester adalah kesebelasan yang amat sering mencetak gol pada babak kedua. Ini yang membuat sebelum peluit tanda berakhirnya pertandingan dibunyikan wasit, Leicester masih memiliki kesempatan mencetak gol.

Spurs sebenarnya sudah melakukan hal yang tepat dengan tidak terlalu lama memainkan bola. Hal ini yang tidak dilakukan kesebelasan besar lain macam Manchester United dan Chelsea. Dua kesebelasan tersebut terlalu berlama-lama dengan bola tapi tidak berujung pada dilakukannya attemps. MU dengan 67% penguasaan bola melepaskan 10 attemps dan pertandingan berakhir seri 1-1. Sementara itu, Chelsea menguasai 64% pengusaan bola, melepaskan 11 attemps dan kalah 1-2.

Hal ini tidak dilakukan Spurs yang semalam “hanya” memiliki 54% penguasaan bola. Mereka bermain lebih efektif dengan melepaskan 21 attemps. Ini pula yang dilakukan Arsenal pada 26 September silam. The Gunners hanya menguasai 50% penguasaan bola, tetapi melepaskan 27 attemps. Hasilnya, mereka menang dan mencetak lima gol.

Arsenal sebenarnya memaksa Leicester lebih banyak memegang bola. Mereka memaksimalkan buruknya akurasi umpan para pemain Leicester. Pun halnya dengan Spurs yang “memberikan kesempatan” Leicester memegang bola, sehingga Spurs memiliki kesempatan untuk melakukan intercept dan menggalang serangan balik.

Namun, Leicester malam itu jauh lebih sigap. Mereka hanya kehilagan penguasaan bola sebanyak 18 kali. Bandingkan dengan saat menghadapi Arsenal di mana mereka kehilangan bola 24 kali. Ini yang membuat strategi Spurs untuk melancarkan serangan balik menjadi tertahan. Pasalnya, Leicester pun bermain aman dengan tidak habis-habisan menyerang. Dikutip dari Whoscored, dari 21 attemps yang dibuat Spurs, tidak ada satupun yang berasal dari serangan balik.

Leicester sebenarnya tidak begitu ngotot untuk memenangkan pertandingan dengan cara memasukkan penyerang. Mereka malah memasukkan Andy King yang menggantikan Shinji Okazaki. Kehadiran King sendiri memperlihatkan kalau Leicester ingin mengoptimalkan bola-bola panjang yang dikirim kepada Leonardo Ulloa yang punya keunggulan bola meng-cover bola atas.

Tujuh menit setelah pergantian tersebut, Leicester mencetak gol. Mereka berhasil memaksimalkan umpan tendangan sudut Christian Fuchs yang disundul Robert Huth. Setelah gol ini, kita tahu kalau Spurs akan sangat kesulitan mencetak gol karena Leicester yang bermain lebih bertahan.

Ada pula fakta bahwa tidak ada pemain Spurs yang memiliki tinggi lebih dari 189 sentimeter. Sementara itu, Ulloa memiliki tinggi 190 sentimeter, sedangkan Huth 191 sentimeter. Kita tahu bahwa ada kejelian di balik dimasukkannya Ulloa dan King oleh Ranieri.

Buat Leicester, ini merupakan kemenangan pertama setelah dikandaskan Liverpool sehari setelah Natal. Kemenangan ini pula yang kembali membangkitkan asa Leicester untuk terus berada di papan atas Liga Primer Inggris.

Soal permainan, Ranieri agaknya rela untuk menang dengan cara yang pragmatis. Pertandingan semalam menjadi bukti bahwa permainan menghibur lewat serangan balik cepat saja seringkali tidak cukup mampu untuk menghadirkan kemenangan. Jika Vardy masih belum tampil dalam kondisi prima, bukan tidak mungkin kita akan menyaksikan Leicester sebagai kesebelasan yang meskipun menang, tapi hanya mencetak sedikit gol pada paruh kedua musim ini.

foto: bbc.co.uk

Komentar