Napoli Campione d??Inverno, Tapi Maraton Tidak Berakhir Setengah Jalan

Berita

by Redaksi 43

Redaksi 43

Pandit Football Indonesia mengkhususkan pada analisis pertandingan sepakbola, statistik dan liga, juga sejarah perkembangan sepakbola dan evolusi taktiknya

Napoli Campione d’Inverno, Tapi Maraton Tidak Berakhir Setengah Jalan

“Besok kami akan menghadapi pertandingan sulit di lapangan yang sulit dan kami akan harus berjuang. Kami harus secara mental siap menerima tantangan ini dengan rendah hati dan kuat agar dapat menjalani pertandingan yang harus kami waspadai,” ujar Maurizio Sarri dalam jumpa pers prapertandingan melawan Frosinone Calcio. “Kami harus mengadu kemampuan dan mengevaluasi apakah kami memiliki keseimbangan yang lebih baik dari sudut pandang psikologis. Kami akan menghadapi lawan yang dalam tujuh pertandingan kandang terakhirnya meraih empat kemenangan. Mereka lebih berbahaya dari kelihatannya dan kami tidak boleh meremehkan lawan.”

Sarri, dari apa yang ia katakan mengenai Frosinone, tampak seperti akan menghadapi lawan yang benar-benar berat untuk kesebelasannya. Pada kenyataannya Napoli pulang dari Stadio Comunale Matusa membawa poin penuh dari kemenangan meyakinkan 5-1.

Soal mudah atau tidaknya pertandingan ini, jelas hanya para pemain yang bisa merasakan. Namun dari apa yang statistik tampilkan, Napoli tampak tidak menghadapi kesulitan. Napoli begitu mendominasi hingga persentase penguasaan bola Frosinone hanya 24,9% saja. Napoli begitu mendominasi hingga bisa memainkan 691 umpan tepat sasaran sementara Frosinone hanya 170.

Berkat kemenangan tersebut Napoli menyandang status campione d’inverno, juara paruh musim. Sebuah kado indah untuk ulang tahun ke-57 Sarri. Walau demikian, pria yang lahir di Napoli tersebut merasa bahwa bahwa posisi puncak setelah putaran pertama bukan apa-apa.

“Ini menjadi bukti penting untuk kepercayaan diri dan kedewasaan, walau posisi kami di tabel klasemen tidak begitu berpengaruh karena kami baru menjalani setengah musim,” ujar Sarri selepas pertandingan. “Saya memuji penampilan para pemain dan pertandingan ini memberi kepuasan yang sangat tinggi untuk para pendukung namun sudah, itu saja. Juara tidak ditentukan pada musim dingin dan harus saya tekankan bahwa terakhir kali kami menduduki peringkat pertama, kami gagal di pertandingan berikutnya."

"Kami favorit juara namun itu hanya bagian dari statistik sepakbola. Kami bermain dengan baik namun sekali lagi kami berada di puncak setelah 19 pertandingan sementara untuk berada di posisi yang sama setelah 38 pertandingan dibutuhkan hal-hal berbeda. Saya belum pernah melihat seseorang memenangi maraton setelah menempuh setengah jalan," tambahnya.

Naiknya Napoli ke peringkat pertama “terbantu” oleh kekalahan yang menimpa Internazionale, pimpinan klasemen setelah 18 pertandingan. Inter, yang menang tujuh gol tanpa balas ketika menjamu Sassuolo di Giuseppe Meazza musim lalu, kalah 0-1 musim ini. Dengan ini Inter sudah tiga kali menderita kekalahan dalam enam pertandingan terakhir mereka di Serie A. Ini juga kali pertama Inter kalah dalam dua pertandingan kandang berturut-turut di Serie A sejak Mei 2013.

Gol tunggal pada pertandingan ini tercipta di menit ke-95 lewat tendangan penalti Domenico Berardi. Tendangan penalti itu sendiri Sassuolo dapatkan setelah João Miranda melanggar Gregoire Defrel. Yang membuat kekalahan ini lebih menyakitkan bagi Inter adalah fakta bahwa mereka melepas lebih banyak umpan tepat sasaran (Inter 357-222 Sassuolo) sehingga otomatis menorehkan lebih banyak penguasaan bola ketimbang Sassuolo (Inter 58,4%-41,6% Sassuolo). Inter juga melepas lebih banyak tembakan ketimbang lawan (Inter 21-15 Sassuolo) mereka. Roberto Mancini menerima hasil pertandingan walau tidak menyembunyikan rasa kecewanya.

“Beginilah sepakbola,” ujar Mancini selepas pertandingan. “Kami menciptakan banyak peluang namun (Andrea) Consigli bermain luar biasa dan kami tidak berhasil mencetak gol. Kami mendominasi permainan dan mengerahkan seluruh kemampuan untuk meraih kemenangan. Sassuolo tidak memiliki peluang di babak kedua, kecuali lewat beberapa bola mati. Penalti yang mereka dapatkan adalah kerugian besar yang kami derita. Kami gagal meraih poin dalam dua pertandingan kandang terakhir kami. Kami pantas meraih lebih banyak dari itu namun kami harus bisa menerima kekalahan-kekalahan tersebut, menyingsingkan lengan, dan terus maju.”

Di antara Inter dan Napoli, di peringkat kedua, duduk manis sang juara bertahan. Juventus sempat terseok-seok di awal musim (empat kali kalah, tiga kali bermain imbang, dan hanya tiga kali menang dalam sepuluh pekan pertama) melesat sembilan peringkat berkat sembilan kemenangan dalam sembilan pertandingan terakhir. Sembilan kemenangan beruntun ini, menurut Massimiliano Allegri, bukan pencapaian murahan.

“Meraih sembilan kemenangan liga beruntun bukan pencapaian murahan,” ujar Allegri sebagaimana dikutip dari situs resmi Juventus. “Kami percaya kami dapat melakukan apa pun karena kami harus berkembang dan apa yang Anda lihat sekarang adalah para pemain yang sama sekali berbeda dari para pemain yang Anda lihat di awal musim.”

Mengingat Juventus berada di posisi yang lebih tinggi dari Inter hanya karena keunggulan selisih gol, susunan empat besar masih sangat mungkin berubah dalam waktu dekat. Terlebih lagi Juventus dan Inter (sama-sama 39 poin) hanya tertinggal dua poin dari Napoli dan hanya unggul satu angka dari Fiorentina (peringkat keempat). Benar apa yang dikatakan Sarri: maraton tidak berakhir di setengah perjalanan.

Komentar