Bayang-bayang Pep bagi Masa Depan Wenger dan Arsenal

Editorial

by Ardy Nurhadi Shufi

Ardy Nurhadi Shufi

Juru Taktik Amatir
ardynshufi@gmail.com

Bayang-bayang Pep bagi Masa Depan Wenger dan Arsenal

Pep Guardiola musim depan tak akan lagi menukangi Bayern Munchen. Posisinya sudah pasti digantikan pelatih asal Italia, Carlo Ancelotti. Ia pun tak lagi berharap untuk bertahan di kesebelasan berjuluk FC Hollywood ini. Liga Primer Inggris dikabarkan menjadi destinasi berikutnya.

Pep mengatakan ingin merasakan tantangan di Liga Primer Inggris. Atas ucapannya tersebut, tiga kesebelasan Liga Primer dikabarkan cukup serius meminati jasanya. Mereka adalah Manchester City, Manchester United, dan Chelsea.

Man City kemungkinan besar mendapatkan Pep karena kedekatannya dengan beberapa jajaran direksi kesebelasan yang bermarkas di Ettihad Stadium tersebut. Sementara Man United diisukan masuk dalam daftar perburuan Pep karena manajer mereka saat ini, Louis van Gaal, belum bisa memenuhi ekspektasi (para pendukungnya?). Sedangkan Chelsea, tengah mencari manajer baru untuk musim depan karena Guus Hiddink hanya berstatus manajer interim hingga akhir musim ini.

Pep tentunya akan bergabung dengan salah satu kesebelasan besar EPL jikapun ia  memang akhirnya melanjutkan karier ke Inggris. Ketiga kesebelasan di atas masuk dalam kriteria tersebut. Tapi rasanya, setidaknya menurut saya, di luar ketiga kesebelasan di atas, Arsenal pun harusnya ikut berupaya untuk mendapatkan manajer dengan kualitas seperti Pep.

Berbicara Pep ke Arsenal tentunya akan membicarakan Arsene Wenger, manajer mereka saat ini, apakah layak diganti atau tidak. Namun dengan situasi seperti sekarang ini, Arsenal sepertinya sudah layak mengganti Wenger. Dan Pep adalah pilihan tepat.

Wenger Sudah Layak Diganti?

Wenger adalah manajer yang hebat. Manajer yang berhasil menorehkan satu-satunya invicible, tak terkalahkan dalam satu kompetisi penuh, di Liga Primer. Ia pun berhasil memaksimalkan banyak talenta-talenta berbakat bersama Arsenal.

Namun Arsenal harusnya lebih dari besar dari Wenger. Rasanya banyak kesempatan juara Liga Primer yang mereka lewatkan setelah terakhir kali mengangkat piala Liga Primer pada 2004. Setelah tahun 2005, Wenger rasanya mengalami penurunan kualitas manajerial, khususnya dari segi taktikal.

Dalam 20 tahun terakhir, Wenger memang berhasil memberikan tiga gelar juara bagi Arsenal. Namun jika dikerucutkan, dalam 11 tahun terakhir, Arsenal tak lagi mampu bersaing sebagai kesebelasan yang bisa dengan gagahnya menjuarai Liga Primer. Setelah musim 2004/2005, Arsenal hanya menempati peringkat tiga dan empat.

Sebelum musim 2004/2005, Arsenal adalah kesebelasan yang selalu bersaing untuk juara. Setelah finish di urutan ketiga pada musim 1996/1997, tujuh musim berikutnya Arsenal tiga kali menjadi juara Liga Primer dan empat kali menempati peringkat kedua. Setelah 2005, dengan mengesampingkan nilai prestise Piala FA dan Community Shield, prestasi yang paling monumental bisa dibilang hanya mencapai babak final Liga Champions pada 2006.

Abaikan sejenak anggapan soal Stadion Emirates (yang mereka tempati sejak 2006) tak seangker Stadion Highbury. Bagaimanapun, strategi di lapangan lebih menentukan segalanya. Dan berbicara taktik yang dimainkannya, bisa dibilang taktiknya sudah usang atau ia tak bisa menyesuaikan dengan permainan sepakbola modern yang semakin terus berkembang.

Wenger sendiri pernah mengatakan bahwa ia tak memedulikan strategi kesebelasan lain. Ia lebih fokus terhadap strategi yang dimilikinya pada setiap pertandingan. Ia ingin kesebelasan lain menyesuaikan strateginya dengan strategi Wenger, bukan sebaliknya.

“Kami tidak menyiapkan sesuatu untuk siapapun. Akan selalu sama, fokus terhadap kekuatan kami sendiri dan lupakan lawan anda,” ungkap Wenger jelang laga Derby London melawan Tottenham Hotspur pada 2013 seperti yang dikutip The Guardian.

“Hal yang paling penting ketika anda menjadi seorang manajer adalah anda harus fokus, fokus pada hal yang tak berubah selama 15 tahun ke belakang, memastikan bahwa kesebelasan anda pada penampilan terbaiknya. Persiapkan dengan baik dan fokus memainkan sepakbola yang kita sukai,” tambahnya.

Saat itu, media menanyakan hal tersebut karena Gareth Bale sedang dalam puncak permainannya dan menggelontorkan banyak gol bagi Spurs. Tapi Wenger keukeuh pada ideologinya. Hasilnya, Arsenal ditumbangkan Spurs dengan skor 2-1 di mana Bale mencetak gol pembuka sebelum Aaron Lennon menggandakan keunggulan.

Percaya pada ideologi yang dipercayai tentunya bukan suatu hal yang haram. Hanya saja masalahnya ideologi Wenger tersebut, yang mengabaikan strategi lawan, sudah tak seektif awal 2000-an. Langganan peringkat tiga dan empat dalam 10 tahun terakhir pun menjadi bukti.

Baca juga: Agar Arsenal Menjadi No. 1 di Dunia

Alasan Pep Layak Menangani Arsenal

Perlu ditekankan sekali lagi, Wenger adalah manajer hebat. Tapi saat ini ia bukan lagi pelatih hebat. Manajer dan pelatih adalah dua hal yang berbeda. Wenger menjadi manajer dan pelatih hebat pada awal 2000-an saja. Sebagai pelatih, saat ini mulai banyak yang lebih hebat darinya. Diego Simeone, Antonio Conte, Pep Guardiola, Luis Enrique, Massimilliano Allegri, Laurent Blanc, Jose Mourinho, Juergen Klopp dan pelatih-pelatih lain yang usianya masih di bawah 50 tahun dengan cepat berkembang menjadi pelatih hebat dan memberikan gelar juara bagi kesebelasan yang mereka tukangi.

Di antara mereka semua, Pep bisa dibilang merupakan pelatih tersukses. Bersama Barcelona ataupun Bayern Munchen ia meraih berbagai trofi. Meski di Bayern ia baru meraih trofi kompetisi domestik, hal ini menunjukkan bahwa Pep bisa dengan cepat beradaptasi dengan tim barunya dan menorehkan gelar juara.

Selain berhasil menghasilkan trofi, permainan anak asuh Pep pun selalu menarik untuk ditonton. Umpan-umpan pendek yang ditampilkan anak asuhnya tak hanya menguasai jalannya pertandingan, tapi juga memenangi pertandingan.

Thierry Henry, legenda Arsenal yang juga sempat bermain untuk Barcelona, pernah menjelaskan bahwa Pep adalah pelatih yang hebat akan taktiknya. Setiap pemain harus menghormati segala keputusannya karena ia tahu yang terbaik untuk timnya.

“Pada suatu hari saya bermain di area Leo [Messi], memainkan operan satu-dua dengannya, dan saya mencetak gol. Saat turun minum, kami unggul 1-0 atas Sporting Lisbon. Semuanya berjalan baik dan normal….. tapi kemudian ia [Pep] mengganti saya,” jelasnya pada sebuah acara di Sky Sport. “Ketika Pep memiliki rencana, hormati rencananya. Itulah yang harus anda lakukan.”

Dari penuturan Henry, Pep bisa digambarkan sebagai seorang pelatih yang hebat. Pada acara tersebut, Henry tak membicarakan bagaimana ia menjadi seorang andalan Wenger dalam mencetak gol ketika masih di Arsenal, ia menjelaskan bagaimana Pep membuat Barca menjadi superior.

Sementara itu, menurut Ouriel Daskal dalam tulisannya di Soccer Issue, kelemahan Arsenal milik Wenger saat ini adalah cara melakukan pressing. Jika hal ini benar adanya, dengan melihat strategi Pep di Bayern saat ini, merekonstruksi cara pressing Arsenal dengan pemahaman taktiknya bukan lah hal yang mustahil.

Pep pun dikenal dengan pelatih yang tak ragu memainkan pemain muda. Hal ini cukup nyetel dengan Arsenal yang gemar menelurkan talenta-talenta berbakat yang siap mengorbit. Membayangkan Pep menyulap Arsenal seperti Barcelona rasanya sangat mungkin ia lakukan, apalagi dengan skema operan-operan pendek yang juga sering Arsenal mainkan.

Halaman berikutnya, Tanpa Pep, Bisa Jadi Arsenal Akan Semakin Sulit Juara

Komentar