Apa yang Membuat Melatih MLS Berbeda dengan Melatih Liga Lainnya?

Cerita

by Redaksi 46

Redaksi 46

Pandit Football Indonesia mengkhususkan pada analisis pertandingan sepakbola, statistik dan liga, juga sejarah perkembangan sepakbola dan evolusi taktiknya

Apa yang Membuat Melatih MLS Berbeda dengan Melatih Liga Lainnya?

Adaptasi menjadi poin penting buat buat siapapun yang akan masuk ke dalam lingkungan baru. Hal yang sama pun tengah dirasakan Patrick Vieira yang ditunjuk menjadi pelatih New York City FC. Untuk itu, Wendy Thomas dalam tulisannya di American Soccer Now, memberi kisi-kisi gambaran sepakbola di Amerika Serikat khususnya MLS.

Setidaknya ada lima saran yang dibuat Thomas yang menurutnya membuat MLS berbeda dibandingkan dengan liga lain di Eropa, khususnya Liga Inggris, tempat Vieira sebelumnya berkarier. Hal yang paling penting adalah MLS adalah liga yang menerapkan aturan ketat soal pengeluaran.

“Ini adalah liga di mana tabu bagi seorang pelatih menyelesaikan segala masalah dengan uang,” tulis Thomas. Thomas menjabarkan kalau para pelatih sukses di MLS umumnya sudah mengenal iklim sepakbola di Amerika Serikat. Lantas apa yang membuat pekerjaan sebagai pelatih di MLS berbeda?

Mengerjakan Pekerjaan Rumah

Di MLS terdapat sejumlah hal unik seperti pembatasan gaji, alokasi dana, sistem draft, hingga kompetisi antarperguruan tinggi. Tanpa mempelajari hal ini, bukan tidak mungkin nasib Vieira tak ubahnya seperti Ruud Gullit yang melatih Los Angeles Galaxy.

Gullit pernah menegaskan kalau dia tak mau mempelajari sistem MLS karena memandangnya sebagai sesuatu yang bodoh. Hal ini pada akhirnya berdampak saat Gullit ingin membeli pemain tapi tersandung pembatasan gaji. Gullit tidak mengerti bagaimana cara menukar pemain di MLS.

“Penukaran pemain ini amat rumit. Ini seperti pasar saham. Kalau Anda ingin pemain, Anda harus menyingkirkan pemain lain agar berada di bawah batas maksimal gaji. Aturan dan semua hal yang mereka lakukan di sini amat berbeda dengan di Eropa. Semuanya terlihat logis. Mereka melakukannya dengan cara yang berbeda,” tutur Gullit.

“Agar sistemnya bekerja, Anda harus bekerja di dalamnya,” tulis Thomas.

Membangun Ulang Tak Semudah Membalikkan Tangan

New York City FC gagal melangkah ke babak play-off pada musim lalu. Vieira mungkin berpikir untuk mengubah skuatnya habis-habisan. Namun, untuk membangun ulang fondasi sebuah tim, dia mesti memiliki rencana yang besar.

Vieira bisa belajar pada kegagalan Bora Milutinovic yang pernah menangani New York Metrostars pada 1999. Namun, karena tak senang dengan susunan pemainnya, Milutinovic mulai membuang hampir semua pemain inti termasuk Giovanni Savarese yang merupakan pencetak gol terbanyak di NYM. Milutinovic malah bingung karena “kehabisan pemain” untuk menggantikan mereka. Pada musim tersebut, NYM hanya menang empat kali, kalah 27 kali, dan seri empat kali dengan rekor 12 kekalahan beruntun. Padahal, NYM mendatangkan Lothar Matthaus yang kala itu mau pensiun.

Salah satu yang bisa dibilang sukses adalah Bruce Arena yang menangani LA Galaxy usai Ruud Gullit dipecat. Arena berada dalam situasi yang sulit karena dua bintang Galaxy, David Beckham dan Landon Donovan membenci satu sama lain. Arena pun membuang delapan pemain agar kondisi ruang ganti bisa lebih kondusif.

Pergantian tersebut tentu tak semudah membalikkan telapak tangan. Arena mendatangkan para pemain yang sama sekali tidak dikenal. Ia mengambil dua pemain yang masih mahasiswa, Omar Gonzalez dan A. J. DeLaGarza, yang kemudian menjadi palang pintu Galaxy enam tahun setelahnya. Ia pun mendatangkan penyerang berusia 21 tahun dari Brasil lalu mempromosikan seorang pemain akademi.

“Vieira harus benar-benar tahu kedalaman MLS dan liga-liga kecil di dunia untuk mengisi susunan pemain dan tetap di bawah batas gaji. Jadi, kalau stafnya belum mengikuti sebutlah Liga Belgia, Campeonato Nacional di Chile, atau kejuaraan antaruniversitas NCAA, ia akan mengalami kehancuran,” tulis Thomas.

Berlandaskan Pemain Muda

NYFC saat ini memiliki dua gelandang berusia 37 tahun. Jason Kreis manajer pertama NYFC, pernah menyatakan bahwa gelandang yang terlalu tua akan berakibat buruk buat NYFC. Selain itu ini memperlihatkan kalau tim di MLS tidak bisa melulu meraih kesuksesan dengan mendatangkan pemain top Eropa yang sudah uzur.

Salah satu yang sukses adalah FC Dallas di bawah kepelatihan Oscar Pareja. Mereka mampu melaju ke final MLS Western Conference meski dengan biaya gaji yang sederhana. Ini karena Dallas membuat prioritas untuk hidup tanpa superstar yang sudah tua. Mereka pun berinvestasi di pemain muda. Hasilnya, FC Dallas menjadi salah satu kesebelasan dengan skuat termuda di MLS dan memainkan sepakbola yang indah.

Ini merupakan tugas berat buat Vieira karena NYFC tidak memiliki akademi, tidak berafiliasi dengan kesebelasan di USL, dan tidak memiliki pemain homegrown. Namun, pengalaman Vieira yang pernah bekerja sama dengan pemain muda memberinya pengalaman yang tepat.

“Prioritas pertamanya buat NYCFC adalah membangun akademi yang hebat. Semakin lama NYCFC menunggu untuk memulai mengembangkan talenta barunya, semakin lama pula mereka mesti bekerja keras,” tulis Thomas.

Menghormati Penggemar

Salah satu hal paling penting di MLS adalah menghormati penggemar. Kita tahu kalau setiap penggemar memiliki idolanya masing-masing. Merupakan satu hal yang buruk untuk membuang pemain yang menjadi sanjungan suporter, atau kapten tim.

Hal ini yang dilakukan Carlos de los Cobos saat menangani Chicago Fire. De Los Cubos membuat Jon Busch, kiper populer di Chicago, dan membangkucadangkan C. J. Brown, salah satu pemain yang populer di tim. Untuk memenuhi visinya, De Los Cubos pun mendatangkan pemain yang lebih berteknik.

Nyatanya hal tersebut menjadi bumerang. Chicago Fire gagal dua kali lolos ke play-off dan mencatatkan rasio kemenangan terendah sepanjang sejarah klub. Angka keanggotaan suporter pun menurun dan setelah sembilan pertandingan beruntun tanpa kemenangan, De Los Cubos dipecat pada Mei 2011.

Salah satu contoh lainnya adalah Jesse Marsch yang menangani New York Red Bulls. Kehadiran Marsch tidak disenangi penggemar karena mereka kadung suka dengan Mike Petke, icon Red Bulls. Marsch mendapat sambutan yang tidak menyenangkan karena penggemar sudah terlanjur marah. Namun, Marsch bersikap tenang dan meminta mereka memberinya waktu, “Kalau aku gagal, silakan pecat aku,” kata Marsch.

Ketenangan itu diiringi dengan pembelian pemain yang tepat seperti Thierry Henry dan Tim Cahill serta pemain dari akademi seperti Matt Miazga. Pada akhir musim, para penggemar yang marah berubah menjadi loyalis Marcsh karena penampilan Red Bulls yang begitu atraktif dan menyenangkan.

Hal ini mesti diperhatikan oleh Vieira karena meskipun NYCFC adalah tim baru dan penggemar masih bisa mengerti, ia mesti tetap memanjakan penggemar dengan pembelian pemain baru atau memperpanjang kontrak pemain yang disenangi penggemar seperti Poku dan David Villa.

The Team is the Star

Berdasarkan Thomas menangani tim di MLS tidak semata-mata pada taktik. Ia mencontohkan Aron Winter, produk Ajax Amsterdam, yang menjanjikan membawa sepakbola yang indah dengan taktik superior 4-3-3.

Namun, hasilnya justru amat buruk. Toronto memulai musim 2012 dengan sembilan kali kekalahan secara beruntun. Pada akhir musim mereka cuma menang tujuh kali.

“Pelatih tidak akan memenangi MLS hanya lewat taktik. Dan siapapun yang berpikir bahwa melatih bisa disederhanakan lewat penjelasan taktik, ia bukanlah pelatih, tetapi seorang analis,” tutur Thomas.

Salah satu contoh sukses dilakukan Jason Kreis ketika melatih Real Salt Lake (RSL). Tidak seperti LA Galaxy atau NYC, RSL seperti jauh dari kata atraktif untuk mendatangkan para pemain bintang. Namun, di tangan Kreis yang kala itu masih berusia 34 tahun, RSL dibawa menjuarai MLS Cup 2009 dan ke final CONCACAF Champions League pada 2011.

Apa yang dilakukan Kreis sebenarnya sederhana. Ia mendatangkan para talenta dari Amerika Selatan yang tentu saja berharga lebih murah. Ia pun memaksimalkan pemain muda di Superdraft. Hampir tidak ada bintang di timnya karena ia punya filosofi: “Tim ini adalah bintangnya”.

Thomas pun mengutip buku Roy Keane tentang perbedaan lima persen antara Manchester United dengan Wimbledon. Jika MU tidak siap dan tidak fokus, mereka bisa kalah dari lawan yang lebih inferior.

“Di MLS, margin itu amat tipis dan lima persen perbedaan tersebut lebih seperti satu persen. Ketika pelatih tidak bisa memanfaatkan jutaan dolar untuk membangun tim, dia harus meningkatkan pemain yang ia miliki dan menginspirasi mereka untuk lebih berkomitmen dan bekerja keras tanpa pamrih. Dengan kata lain, pelatih perlu membuat tim itu sendiri sebagai bintangnya,” tulis Thomas.

***


Dengan penjabaran dari tulisan Thomas di atas, kita bisa melihat bahwa selain adaptasi, hal yang paling penting adalah komitmen bersama. Sulit bagi pelatih untuk membangun ulang kesebelasan MLS karena ada banyak faktor yang menghalanginya. Faktor paling utama adalah pembatasan gaji yang membuat perpindahan pemain paling mungkin terjadi dengan menukarnya. Perubahan secara masif akan amat sulit dilakukan.


Pembatasan gaji pun membuat pelatih mesti kreatif. Ketimbang mendatangkan pemain mahal ada baiknya buat dia memantau pemain di liga di Amerika Selatan atau liga lain seperti Liga Belgia. Kalau tidak cukup kuat, memaksimalkan potensi tim akademi adalah hal yang paling tepat.


Benar kata Thomas bahwa sistem pembatasan gaji membuat tidak semua persoalan atau keinginan bisa diselesaikan dengan uang. Semua mesti berujung pada proses yang panjang dari hasil pemantauan. Wajar rasanya kalau NYFC yang merupakan satu konsorsium dengan Manchester City, gagal pada musim lalu. Pola pikir yang ingin segala instan membuat mereka pada akhirnya kesulitan untuk menyesuaikan.


Di sisi ini kita melihat bahwa Vieira tengah mengemban tugas yang maha berat. Namun, bisa jadi dengan "belajar" di MLS, akan menjadikan Vieira sebagai salah satu pelatih hebat di masa depan yang mampu mengandalkan potensi pemain, dan tidak melulu soal uang.


Jika Anda masih sulit memahami aturan MLS juga, silakan coba bermain Football Manager menggunakan kesebelasan MLS. Dijamin karier Anda tidak akan sesimpel yang Anda kira.

Komentar