Sepakbola Sebagai Penawar Luka Luis Suárez

Berita

by Redaksi 46

Redaksi 46

Pandit Football Indonesia mengkhususkan pada analisis pertandingan sepakbola, statistik dan liga, juga sejarah perkembangan sepakbola dan evolusi taktiknya

Sepakbola Sebagai Penawar Luka Luis Suárez

Terlepas menggemari Barcelona atau tidak, Anda tidak bisa mengelak kalau Luis Suarez adalah penyerang hebat. Bersama Neymar dan Lionel Messi di lini serang Barcelona, Suarez menjelma menjadi penyerang kelas dunia. Bukan cuma hebat, melalui permainannya di Barcelona, Suarez menunjukkan kalau dirinya adalah seseorang yang rendah hati dan tidak egois.

Semusim bermain di Barcelona, Suarez telah mempersembahkan treble dan ditambah dengan Piala Super UEFA dan Piala Dunia Antar Klub kala menjalani musim keduanya saat ini. Capaian-capaian tersebut seolah membuat kita lupa kalau Suarez sebelumnya pernah terlibat berbagai persoalan. Bahkan saking peliknya persoalan tersebut, media Inggris, The Sun, pernah menggunakan embel-embel “Animal” di depan nama Suarez.

Di Barcelona, hampir tidak ada hal-hal aneh yang dilakukan Suarez. Satu-satunya hal yang di luar nalar adalah kemampuan mencetak golnya yang meningkat drastis. Mencetak gol di Barcelona semestinya tidak sulit, tetapi tidak pula mudah karena Anda mesti bersaing dengan Neymar dan Messi, dua penyerang hebat saat ini. Dari 16 kali bermain di liga, Suarez saat ini telah mencetak 15 gol atau satu gol lagi untuk menyamai capaian golnya musim lalu. Padahal, Suarez tidak memulai musim lalu sejak liga dimulai karena sanksi FIFA akibat menggigit pundak Giorgio Chiellini.

Dengan capaian tersebut, kita seolah lupa dengan segala tingkah buruk penyerang berkebangsaan Uruguay tersebut. Kita lupa kalau dia pernah dihukum karena berkata rasis, menggigit pemain lain, sampai membikin Inggris gagal melangkah lebih jauh di Piala Dunia 2014.

Kini lebih dari empat tahun setelah Suarez dituduh mengatakan kata-kata rasis kepada mantan bek Manchester United, Patrice Evra. Meskipun demikian, Suarez selalu mengelak karena ia tidak menganggap perkataan tersebut sebagai hal yang rasis. Oleh FA, ia pun dihukum larangan selama delapan pertandingan.

Setelah itu, Suarez pun sempat menggigit Branislav Ivanovic. Meskipun demikian Suarez telah mengakui kesalahannya dan meminta maaf kepada Ivanovic. Media Inggris yang kesal, lalu mengubek-ubek sejarah kenakalan Suarez. Lalu, ditemukanlah kalau saat masih berseragam Ajax Amsterdam, ia pun pernah mengigit pemain lain.

Suarez pun memuji kemampuan sepakbola yang mampu menyembuhkan luka mendalam akibat dituduh rasis. Menurutnya, lewat kekuatan sepakbola ia bisa kembali jauh lebih kuat dari sebelumnya dan hampir tidak ingat atas insiden buruk yang pernah ia alami.

“Itu adalah masa-masa sulit. Aku dilarang bertanding. Tapi terima kasih untuk sepakbola. Bagian dariku selalu tahu kalau aku mencetak cukup gol, 99 persen orang-orang akan melupakannya,” tutur Suarez.

Suarez pun menyatakan rasa simpatinya buat mereka yang bekerja di sektor lain yang berbasiskan kemampuan, bukan karena ras ataupun warna kulit.

“Untungnya kebanyakan orang tidak menghakimiku sebagai orang yang menilai orang lain berdasarkan tingkat melanin di kulitnya. Aku pikir aku adalah orang yang beruntung,” tutur pemain kelahiran 1987 tersebut.

Atas apa yang telah ia raih, Suarez menyatakan kalau ia percaya diri dengan kemampuan sepakbolanya di mana ia tak akan menjadi seorang rasis lagi. Kepada Marca pada Desember tahun lalu, Suarez menyatakan kalau ia tak ingin terlibat lagi dalam segala kontroversi yang bisa menghancurkan kariernya. Sepanjang apapun hukuman yang ia terima memang bisa ia lalui, tapi bagaimana dengan citra dirinya yang hancur karena itu? Tanpa prestasi, barangkali Suarez akan selamanya diingat sebagai seseorang yang tak kalah konyol dari Mario Balotelli.

Komentar