Berpulangnya Sang Tokoh Revolusioner Sepakbola (Inggris)

PanditSharing

by Pandit Sharing

Pandit Sharing

Ingin menulis di PanditFootball.com? Kirimkan ke sharingpandit@gmail.com

1. Lengkapi dengan biodata singkat dan akun Twitter di bawah tulisan
2. Minimal 900 kata, ditulis pada file Ms. Word
3. Tulisan belum pernah dipublikasikan di media apapun (blog, website, forum, dll)
4. Tambahkan alamat lengkap dan nomor HP (tidak dipublikasikan)

Berpulangnya Sang Tokoh Revolusioner Sepakbola (Inggris)

Oleh: Ajie Rahmansyah*

Publik sepakbola Inggris berduka. Mereka kehilangan salah satu putra terbaiknya yaitu Jimmy Hill. Jimmy meninggal Sabtu (19/12) pada usianya yang ke-87 akibat penyakit Alzheimer yang dideritanya sejak 2008.

Kematian Jimmy menimbulkan duka yang sangat mendalam. Tercatat nama-nama seperti Alan Shearer, Gary Lineker, Football League, federasi sepakbola Inggris (FA), serta seluruh kesebelasan  Premier League mengirimkan ucapan belasungkawa atas meninggalnya Jimmy.

Memangnya siapa Jimmy Hill? Jimmy adalah icon bagi BBC terutama bagi program siaran Match Of The Day (MOTD). Namun lebih dari itu, ia adalah salah seorang tokoh revolusioner bagi sepakbola, khususnya sepakbola Inggris, karena bisa dibilang, sepakbola Inggris yang kita saksikan sekarang adalah buah dari pemikiran-pemikiran briliannya.

“Sepakbola kehilangan icon favoritnya hari ini. Jimmy Hill meninggal dunia pada usia yang ke-87. Dia juga pernah berada di acara ini selama 15 tahun. Dia adalah seorang pemain, pemimpin, manajer, direktur, chairman, presenter, eksekutif, pundit, hakim garis, dan seorang inovator. Dia melakukan hal itu semuanya. Dia melakukan hal itu semua dengan sangat baik,” ujar Dan Walker, pembawa acara MOTD pada Sabtu (19/12).

Lahir di Balham 22 Juli 1928, karier sepakbola Jimmy sebenarnya terbilang cukup unik. Jimmy lebih dikenal sebagai seorang fans Crystal Palace. Ia baru benar-benar berkarier di dunia sepakbola pada 1949 saat memperkuat Brentford.

Bermain sebagai seorang penyerang, jumlah gol Jimmy di kompetisi domestik bersama klub berjuluk The Bees itu terbilang sedikit yakni 10 gol dari 83 penampilan. Lalu, Jimmy memutuskan pindah ke Fulham pada Maret 1952. Bersama kesebelasan yang bermarkas di Craven Cottage itu Jimmy mencatatkan hampir 300 penampilan dan menyumbang 52 gol.

Setelah pensiun sebagai pesepakbola pada 1961, Jimmy kemudian menjadi manajer Coventry City. Bersama Coventry dirinya melakukan perubahan seperti memberikan julukan “The Sky Blue” dan mengubah warna kostum utama menjadi biru muda. Bersama Coventry, Jimmy memberikan gelar divisi tiga pada 1964 dan gelar divisi dua pada 1967. Jimmy memutuskan keluar dari Coventry sebelum musim 1967/1968 digelar yang merupakan penampilan pertama Coventry di kompetisi tertinggi sepakbola Inggris.

Selain bermain bola, Jimmy pun dikenal sebagai seorang chairman Asosiasi Pesepakbola Profesional (PFA) pada 1957. Kala itu, ia mengeluarkan kebijakan berupa pembatalan pembatasan gaji para pemain di Football League yang saat itu dibatasi hanya 20 pounds. Kebijakan ini menghasilkan Johny Hayes sebagai pesepakbola pertama yang mendapatkan upah 100 pounds per minggunya, atau yang tertinggi kala itu.

Seakan sudah jatuh cinta terhadap Coventry City, Jimmy kemudian kembali ke Coventry pada 1975 sebagai managing director sebelum akhirnya dia menjadi chairman bagi kesebelasan tersebut pada 1980 hingga 1983. Jimmy pun "resmi" menjadi icon Coventry.

Ia sangat dicintai Coventry sampai sebuah bar di dekat stadion Ricoh Arena mengubah namanya menjadi “Jimmy’s” sebagai bentuk penghormatan terhadap Jimmy. Selain itu pada 2011 dibangun patung Jimmy di luar stadion Ricoh Arena. Selain bersama Coventry, Jimmy pernah menjadi chairman dan penyelamat bagi beberapa kesebelasan seperti Charlton Athletic, Fulham, dan Queens Park Rangers.

Karier Jimmy Hill di dunia sepakbola memang tidak terlalu cemerlang. Akan tetapi Jimmy dikenal oleh banyak orang atas ide-idenya yang sangat brilian untuk mengubah dunia persepakbolaan Inggris menjadi lebih nikmat untuk disaksikan. Selain kontribusinya dalam pembatalan peraturan pembatasan gaji, Jimmy dikenal juga sebagai penggagas tribun all seater di seantero Inggris, mencabut larangan interview media, memperkenalkan papan skor elektronik pada 1964, serta memperkenalkan matchday programme berwarna pada 1965. Jimmy juga dikenal sebagai orang yang memperkenalkan sistem perhitungan tiga poin kepada FA pada 1981.

Salah satu cerita menarik adalah dia pernah berkarier sebagai linesman atau asisten wasit. Hal ini terjadi ketika lanjutan liga inggris musim 1972 antara Arsenal melawan Liverpool. Saat itu linesman Dennis Drewitt mengalami cedera dan tidak bisa melanjutkan pertandingan. Peraturan FA saat itu adalah apabila dalam pertandingan tidak bisa diselesaikan tanpa wasit dan dua asisten wasit maka permainan akan ditunda.

Pada saat itu announcer pertandingan mengatakan apabila ada seseorang yang memiliki kemampuan sebagai seorang wasit dan mau menjadi sukarelawan diharapkan untuk turun ke lapangan. Tak ayal Jimmy pun turun ke dalam lapangan dan mengganti baju yang dipakainya dan masuk menggantikan Drewitt.

Kata multitalenta memang pantas disematkan kepada Jimmy. Ia sempat melebarkan sayapnya ke dunia penyiaran. Kariernya di dunia media dimulai dengan menjadi kepala bagian tayangan olahraga ITV pada 1967, sebelum pindah ke BBC enam tahun kemudian.

Di BBC, Jimmy menjadi presenter tayangan olahraga terkenal Match Of The Day selama 15 tahun dan mencatatkan hampir 600 penampilan bersama MOTD sebelum akhirnya digantikan oleh Des Lynam. Des saat diwawancarai oleh BBC mengatakan bahwa Jimmy merupakan harta yang tak ternilai yang pernah dimiliki oleh BBC.

Jimmy terkena Alzheimer pada 2008. Setelah tujuh tahun perjuangannya terhadap penyakit tersebut dia meninggal dunia. Istri ketiganya, Bryony, mengakui bahwa bulan lalu dia merasa tidak tahu apakah Jimmy masih mengenalinya setelah dia terkena Alzheimer selama tujuh tahun.

Meskipun begitu, Bryony mengatakan,”Anda mungkin tidak bisa mengatakan apa yang terjadi di dalam pikirannya. Tapi aku selalu menyambutnya dengan cara yang sama, dengan kata-kata yang sama dan melakukan hal yang sama. Aku harus selalu membuat dia tersenyum meskipun dia tidak mengenali siapa aku.”

Sepakbola kehilangan si multitalenta. Sepakbola kehilangan sosok inovatif. Sepakbola kehilangan seorang Jimmy Hill. Selamat jalan, Jimmy Hill. Terima kasih atas ide-ide brilianmu terhadap sepakbola.

Mahasiswa Psikologi sekaligus penggemar Manchester United. Beredar di dunia maya dengan akun twiter @ajielito

foto: mirror.co.uk

Komentar