Analisis

by Redaksi 43

Redaksi 43

Pandit Football Indonesia mengkhususkan pada analisis pertandingan sepakbola, statistik dan liga, juga sejarah perkembangan sepakbola dan evolusi taktiknya

Zlatan Ibrahimovi? boleh mencetak dua gol – lebih banyak dari pemain mana pun yang ambil bagian dalam pertandingan antara Paris Saint-Germain dan Olympique Lyon semalam – namun bukan ia yang berperan paling besar dalam kemenangan 5-1 PSG. Bukan Ibra, melainkan Ángel Di María.

Sangat besar peran Di María dalam pertandingan semalam hingga tujuh dari delapan umpan kunci PSG berasal darinya. Tiga dari tujuh umpan kunci tersebut menjadi assist, dan menjadikan dirinya satu-satunya pencetak assist dari PSG di pertandingan semalam. Dua gol lain – yang keduanya dicetak Ibrahimovi? – berasal dari kesalahan Mapou Yanga-Mbiwa dan pelanggaran Henri Bedimo di dalam kotak penalti. Di María mencetak assist untuk tiga pemain berbeda dan dengan tiga proses yang berbeda.

Dalam susunan pemain, Di María berada di sisi kanan serangan PSG. Namun pada praktiknya ia berada di mana saja. Kanan, kiri, tengah, depan, belakang, di mana saja. Pusat serangan-serangan PSG adalah Di María. Bukan Adrien Rabiot, bukan Blaise Matuide; Di María.

Assist pertama Di María tercipta pada menit ke-17; sebuah tendangan bebas di sisi kanan pertahanan Lyon yang disambut dengan sundulan jarak dekat Serge Aurier. Sedikit banyak Aurier terbantu oleh kesalahan Jérémy Morel yang tidak mengawalnya dengan baik, namun kualitas umpan Di María tidak bisa diabaikan begitu saja. Umpan tepat bertemu dengan sundulan yang tepat melahirkan gol kedua PSG.



Pada pertandingan ini PSG memainkan dua jenis pertahanan. Di daerah permainan sendiri PSG memainkan pola pertahanan zonal marking yang melibatkan para pemain belakang dan ketiga gelandang – Rabiot, Matuidi, dan Thiago Motta. Di daerah permainan lawan PSG bermain menekan untuk membuat Lyon tidak banyak menguasai bola. Semua pemain terlibat dalam proses ini. Termasuk Di María.

Defensive action Di María di area permainan Lyon memang tidak banyak. Hanya satu tackle berhasil dan satu interception. Namun itu kan yang tercatat saja. Positioning, walau tidak tercatat, kan tetap memainkan peran dalam permainan menekan. Di María nyaris selalu berada di posisi yang tepat ketika PSG bermain menekan. Baik ketika berusaha membuat Lyon melakukan kesalahan atau ketika PSG mulai membangun serangan dari kesalahan Lyon.

Dashboard

Di menit ke-61 adalah Di María, bukan pemain lain, yang berada di tempat paling tepat untuk membawa PSG mengembalikan keunggulan yang tercuri ketika Kevin Trapp salah memperhitungkan tendangan jarak jauh Jordan Ferri di menit ke-24. Dalam sebuah serangan yang tercipta dari ketidakmampuan Lyon keluar dari tekanan, Di María mengirim umpan silang dari sisi sebelah kanan pertahanan Lyon.

Usahanya terbentur kesigapan Rafael, namun bola bendungan Rafael memantul kembali ke arahnya dan Di María, dengan sigap, mengirim umpan silang melalui jalur yang sama sebelum Rafael bangkit dari jatuhnya. Kali ini, tanpa Rafael yang tidak dapat berbuat banyak, umpan silang Di María sampai kepada tujuannya, Edinson Cavani. Assist pertama Di María menggandakan keunggulan PSG. Assist keduanya mengembalikan keunggulan dua gol yang tercuri.



Kemampuan Di María berpikir cepat dan tepat mengunci kemenangan PSG di menit ke-91. Dari bola liar hasil sapuan sepak pojok ia membangun sebuah serangan balik sendirian. Egois? Tidak, karena pilihan terbaik saat itu adalah menggiring bola. Satu-satunya jalur umpan yang terbuka adalah ke araha belakang, dan itu tidak akan banyak membantu dalam serangan.

Giringan bola Di María, selain membuka jalan umpan baru untuknya, memberi waktu kepada para pemain lain untuk ikut terlibat. Ketika jalan umpannya sudah terbuka dan bantuan sudah datang, Di María melepas sebuah umpan terobosan yang tepat. Tepat, adalah kata yang tepat, karena umpan Di María tidak menyulitkan si penerima. Lucas Moura hanya membutuhkan satu sentuhan sebelum melepas satu tembakan yang menjadi gol kelima PSG.

Zlatan Ibrahimovi? boleh mencetak dua gol – lebih banyak dari pemain mana pun yang ambil bagian dalam pertandingan antara Paris Saint-Germain dan Olympique Lyon semalam – namun bukan ia yang berperan paling besar dalam kemenangan 5-1 PSG. Bukan Ibra, melainkan Ángel Di María.

Sangat besar peran Di María dalam pertandingan semalam hingga tujuh dari delapan umpan kunci PSG berasal darinya. Tiga dari tujuh umpan kunci tersebut menjadi assist, dan menjadikan dirinya satu-satunya pencetak assist dari PSG di pertandingan semalam. Dua gol lain – yang keduanya dicetak Ibrahimovi? – berasal dari kesalahan Mapou Yanga-Mbiwa dan pelanggaran Henri Bedimo di dalam kotak penalti. Di María mencetak assist untuk tiga pemain berbeda dan dengan tiga proses yang berbeda.

Dalam susunan pemain, Di María berada di sisi kanan serangan PSG. Namun pada praktiknya ia berada di mana saja. Kanan, kiri, tengah, depan, belakang, di mana saja. Pusat serangan-serangan PSG adalah Di María. Bukan Adrien Rabiot, bukan Blaise Matuide; Di María.

Assist pertama Di María tercipta pada menit ke-17; sebuah tendangan bebas di sisi kanan pertahanan Lyon yang disambut dengan sundulan jarak dekat Serge Aurier. Sedikit banyak Aurier terbantu oleh kesalahan Jérémy Morel yang tidak mengawalnya dengan baik, namun kualitas umpan Di María tidak bisa diabaikan begitu saja. Umpan tepat bertemu dengan sundulan yang tepat melahirkan gol kedua PSG.

Pada pertandingan ini PSG memainkan dua jenis pertahanan. Di daerah permainan sendiri PSG memainkan pola pertahanan zonal marking yang melibatkan para pemain belakang dan ketiga gelandang – Rabiot, Matuidi, dan Thiago Motta. Di daerah permainan lawan PSG bermain menekan untuk membuat Lyon tidak banyak menguasai bola. Semua pemain terlibat dalam proses ini. Termasuk Di María.

Defensive action Di María di area permainan Lyon memang tidak banyak. Hanya satu tackle berhasil dan satu interception. Namun itu kan yang tercatat saja. Positioning, walau tidak tercatat, kan tetap memainkan peran dalam permainan menekan. Di María nyaris selalu berada di posisi yang tepat ketika PSG bermain menekan. Baik ketika berusaha membuat Lyon melakukan kesalahan atau ketika PSG mulai membangun serangan dari kesalahan Lyon.

Di menit ke-61 adalah Di María, bukan pemain lain, yang berada di tempat paling tepat untuk membawa PSG mengembalikan keunggulan yang tercuri ketika Kevin Trapp salah memperhitungkan tendangan jarak jauh Jordan Ferri di menit ke-24. Dalam sebuah serangan yang tercipta dari ketidakmampuan Lyon keluar dari tekanan, Di María mengirim umpan silang dari sisi sebelah kanan pertahanan Lyon.

Usahanya terbentur kesigapan Rafael, namun bola bendungan Rafael memantul kembali ke arahnya dan Di María, dengan sigap, mengirim umpan silang melalui jalur yang sama sebelum Rafael bangkit dari jatuhnya. Kali ini, tanpa Rafael yang tidak dapat berbuat banyak, umpan silang Di María sampai kepada tujuannya, Edinson Cavani. Assist pertama Di María menggandakan keunggulan PSG. Assist keduanya mengembalikan keunggulan dua gol yang tercuri.

Kemampuan Di María berpikir cepat dan tepat mengunci kemenangan PSG di menit ke-91. Dari bola liar hasil sapuan sepak pojok ia membangun sebuah serangan balik sendirian. Egois? Tidak, karena pilihan terbaik saat itu adalah menggiring bola. Satu-satunya jalur umpan yang terbuka adalah ke araha belakang, dan itu tidak akan banyak membantu dalam serangan.

Giringan bola Di María, selain membuka jalan umpan baru untuknya, memberi waktu kepada para pemain lain untuk ikut terlibat. Ketika jalan umpannya sudah terbuka dan bantuan sudah datang, Di María melepas sebuah umpan terobosan yang tepat. Tepat, adalah kata yang tepat, karena umpan Di María tidak menyulitkan si penerima. Lucas Moura hanya membutuhkan satu sentuhan sebelum melepas satu tembakan yang menjadi gol kelima PSG.



Komentar