Bosman, Bukan Hanya Mengenai Uang

Cerita

by Redaksi 34

Redaksi 34

Pandit Football Indonesia mengkhususkan pada analisis pertandingan sepakbola, statistik dan liga, juga sejarah perkembangan sepakbola dan evolusi taktiknya

Bosman, Bukan Hanya Mengenai Uang

Esteban Cambiasso sempat digadang-gadang akan menjadi salah satu gelandang bertahan terbaik setelah ditransfer oleh Real Madrid dari Argentinos Juniors pada tahun 1996. Namun, karena usianya yang terbilang sangat muda, ia pun dipinjamkan ke beberapa klub Argentina hingga tahun 2002. Namun, lagi-lagi ia gagal menembus tim utama. Claude Makelele lebih dipercaya oleh pelatih Real Madrid kala itu, Vicente del Bosque.

Hanya mencatatkan caps sebanyak 41 pertandingan selama dua musim dan bermain di bawah bayang-bayang Makelele membuat Cambiasso tak betah. Ia pun memutuskan tak memperpanjang kontraknya di Real Madrid dan memilih berlabuh di FC Internazionale Milan pada awal musim 2004/05 dengan status bebas transfer.

Pindahnya Cambiasso ke Inter tak keliru. Bersama Nerazzuri, Cambiasso berhasil mendapatkan status pemain inti. Selain itu, ia juga mengoleksi banyak trofi. Salah satu prestasi fenomenalnya adalah mengantarkan Inter meraih gelar treble pada musim 2009/10.

Kepindahan Cambiasso merupakan salah satu contoh berhasilnya pemain yang memilih pergi dengan status bebas transfer atau yang disebut Bosman transfer dan juga free transfer. Selain Cambiasso, masih ada nama Robert Lewandowski, Steve McManaman, Henrik Larsson, Sol Campbell, dan Andrea Pirlo yang berhasil sukses kala memutuskan pindah di akhir masa kontrak. Beberapa dari mereka memutuskan pindah karena ingin mendapatkan trofi lebih banyak bersama klub barunya.

Perpindahan dengan status bebas transfer atau aturan Bosman tidak akan terjadi jika Jean-Marc Bosman tak mengajukan perkara transfernya ke Pengadilan Hukum Eropa di Luksemburg. Bosman yang saat itu tengah mencari klub untuk bermain pasca kontraknya bersama RFC de Liege berakhir pada 1990.

RFC Liege pun sebenarnya menawarinya kontrak baru, namun jumlahnya empat kali lebih kecil daripada kontrak lamanya. Sementara Liege juga menawarkan Bosman kepada Dunkirk dengan harga empat kali lebih besar daripada ketika mereka membeli Bosman.

“Saya tak terima dengan peraturan tersebut. Federasi Sepakbola Belgia pun menghukum saya karena saya tidak mau menandatangani kontrak. Saya merasa jika bergabung dengan Liege saya akan semakin tersiksa dengan nilai yang mereka ajukan. Mereka seperti menutup peluang saya untuk mendapatkan uang di klub lain,” jelas Bosman seperti dilansir The Guardian.

Bosman akhirnya mengajukan gugatan terhadap Liege, Federasi Sepakbola Belgia, dan UEFA, ke Pengadilan Hukum Eropa. “Saya merasa bahwa karier saya mendekati akan selesai. Akhirnya saya memutuskan untuk mengajukan gugatan terkait hak saya sebagai warga negara. Alasannya adalah saya sebagai masyarakat Eropa berhak bebas pindah seperti pekerja lainnya,” tambahnya.

Pengurus sepakbola sering keras kepala menolak sengketa dibawa ke ranah hukum. Inilah alasan dan argumen kenapa kekeraskepalaan itu harus ditolak.

Hukum sebagai Alat Rekayasa Sepakbola



Peraturan Bosman pun seakan menjadi titik balik bagi pemain. Dimana, ketika kontrak mereka habis, mereka dibebaskan untuk menandatangani kontrak baru atau pindah ke klub lainnya. Batas waktu yang ditentukan adalah 6 bulan atau kurang dari itu. Hal ini membuat nasib pemain tidak digantung di masa akhir kontraknya dan lebih punya kepastian soal masa depannya.

Daniel Geey, ahli hukum olahraga di salah satu firma hukum terkenal Inggris, Sheridan, mengatakan bahwa peraturan Bosman merupakan salah satu peraturan terbaik mengenai olahraga di Eropa. “Dampaknya dapat dilihat dari pemain maupun klub. Pemain dapat mencari klub baru ketika kontraknya habis. Selain itu, klub juga dapat membeli pemain bagus tanpa mengeluarkan biaya transfer yang kini semakin besar,” ujar Geey.

Bosman sendiri merasa bahwa peraturan tersebut memberikan manfaat secara materi dan mental. “Yang saya lakukan bukan  hanya untuk saya. Tapi juga untuk banyak orang. Saya pun bangga pada diri saya mengenai peraturan tersebut. Karena saya pikir orang-orang masih akan berbicara mengenai peraturan ini di tahun-tahun yang akan datang. Mungkin saya hanya ingin mereka berpikir untuk berterima kasih pada saya,” jelas Bosman.

Bosman memang tidak dikenang sebagai pemain dengan skill individu yang bagus. Namun, setidaknya kita harus mengapresiasi Bosman sebagai salah satu "legenda" sepakbola, atas perubahan besar yang ia berikan kepada sepakbola.

Sumber : The Guardian,  WhoScored, BBC, FouFourTwo, The Sun

Komentar