Rekonstruksi Filadelfia Sebagai Upaya Membawa Pulang Il Grande Torino

PanditSharing

by Pandit Sharing

Pandit Sharing

Ingin menulis di PanditFootball.com? Kirimkan ke sharingpandit@gmail.com

1. Lengkapi dengan biodata singkat dan akun Twitter di bawah tulisan
2. Minimal 900 kata, ditulis pada file Ms. Word
3. Tulisan belum pernah dipublikasikan di media apapun (blog, website, forum, dll)
4. Tambahkan alamat lengkap dan nomor HP (tidak dipublikasikan)

Rekonstruksi Filadelfia Sebagai Upaya Membawa Pulang Il Grande Torino

Pasca Tragedi Superga tahun 1965, Torino melewati perjalanan yang sulit. Kehilangan sebuah tim impian, yang berjuluk Il Grande Torino, telah memutuskan mata rantai dan menghentikan estafet. Regenerasi jadi persoalan yang serius bagi kesebelasan berjuluk Il Granata ini hingga dengan hari ini.

Dalam dua dekade terakhir, klub yang menjadi kebanggaan Kota Turin itu memang pernah “mencium” Piala Eropa, yang kala itu masih bernama UEFA Cup (1998). Bersama Gianluigi Lentini, mereka berhasil menumbangkan Real Madrid di semifinal, namun keok di partai final melawan Ajax Amsterdam. Itulah kali terakhir Torino tampil menawan di panggung Eropa. Apalagi di musim selanjutnya, secara mengejutkan, Lentini hengkang ke AC Milan dengan menjadi transfer pemain termahal di Serie A saat itu.

Kemudian perjalanan Torino dapat dibilang luntang lantung. Sebab, naik dan turun divisi seolah menjadi hal yang biasa. Mereka kehilangan nama besar yang dulu sempat menjadi hikayat yang fenomenal.

Bagaimana tidak, kesebelasan Il Toro yang terkandung dalam Il Grkande Torino, ialah kesebelasan Italia pertama yang menjuarai Serie A Italia lima kali secara beruntun. Stadion Filadelfia yang saat itu menjadi markas Torino bahkan sempat dianggap sebagai stadion yang paling angker di Italia bahkan Eropa.

Pada penguhujung tahun 2013 lalu, publik Turin kembali sumringah setelah mendengarkan kabar baik dari klub kesayangannya. Kegembiraan kali ini bukan datang dari kemenangan besar atau datangnya pemain bintang, berbagai surat kabar di Italia telah mengabarkan bahwa rekonstruksi Filadelfia akan dilakukan pada tahun 2014.

Penggemar Il Toro seketika terbayang kejayaan Torino yang pernah orang tua mereka ceritakan di bawah Stadion Filadelfia. Mereka, sudah barang tentu, telah jengah dengan masa-masa sulit di Stadion Motovelodromo Umberto, Stadion Comunale, Stadion Mussolini, Stadion Delle Alpi, dan markas mereka saat ini, Stadion Olimpico Torino.

Terbukti, selama bermarkas di Stadion Filadelfia, Torino mampu mengoleksi scudetto sebanyak 5 kali bersama Il Grande Torino atas kepemimpinan kapten Valentino Mazzola. Sayangnya di pertengahan Perang Dunia II, Stadion Filadelfia dibom.

Publik Turin dirundung kesedihan yang mendalam. Mereka merangkak berpindah ke Stadion Motovelodromo Umberto dan hanya berhasil mengoleksi satu scudetto. Setelah kejayaan yang menakjubkan, Il Grande Torino tak pernah pulang ke Stadion Filadelfia atau pun Stadion Motovelodromo Umberto. Il Grande Torino mengalami kecelakaan pesawat di Bukit Superga setelah melakoni laga amal melawan Benfica di Portugal.

Tiga tahun berselang, Torino berpindah ke Stadion Comunale atas kehendak sponsor. Kepindahan tersebut tentu bukan merupakan kepindahan yang indah, sebab Torino mengakhiri musim dengan harus terlempar ke Serie B.

Semenjak itu, perjalananmenjadi semakin sulit dan pelik. Setelah stadion kebanggaan dihancurkan akibat peperangan, mereka harus kehilangan seluruh tim kesayangan akibat kecelakaan pesawat. Pelik dan sulit diterima oleh akal sehat.

Kabar rekonstruksi kini bukan lagi menjadi kabar burung semata. Sebab, Presiden Torino FC saat ini, Urbano Cairo betul-betul akan mewujudkannya. Torino akan kembali ke Filadelfia!

Akan tetapi kali ini Filadelfia tidak akan menjadi stadion utama sebagaimana sebelumnya. Lahan bekas Stadion Filadelfia yang sempat menjadi ruang publik tersebut akan menjadi arena latihan tim utama dan tim primavera Torino FC. Selain itu, akan dibuat pula sebuah museum yang menyimpan kejayaan Torino masa lampau.

Menurut Toro-News.it, Aimetti dan Martinnetto adalah dua arsitek yang akan menyulap kembali lahan bekas Stadion besejarah milik publik Turin itu. Kabarnya, desain yang telah disepakati oleh kedua arsitek itu dengan manajemen Torino FC ialah akan dibangunnya dua lapangan dengan kanopi besar dan kursi duduk bagi penonton yang berkapasitas sekitar 4.200.

via amarchitecht.it
via amarchitecht.it

Di depan pintu masuk Fildelfia akan berdiri sebuah patung Toro (Banteng) besar sebagai simbol dari Torino FC itu sendiri. Patung tersebut saat ini sedang berada Museo di Villa Claretta. Itulah patung Banteng yang pernah berdiri di era kejayaan Il Grande Torino, di dalam Stadion Filadelfia.

Bagaimana pun, sebaik-baiknya perjalanan adalah saat kita kembali ke rumah dan kembali merasakan kenyamanan yang hakiki. Secara fakta, Torino adalah tim yang penah besar dan disegani di Italia maupun di Eropa. Namun mungkin, siapapun tak akan mempercayai hal itu saat ini.

Untuk itu, adil untuk kita mengatakan bahwa fakta memang selalu keras kepala. Tapi statistik, dengan segala kelenturannya membuktikan semuanya.

Toro telah kehilangan pahlawan lapangan dan sebuah rumah. Sejak itu mereka tak pernah merasakan kenyamanan lagi. Kehilangan itu telah menyayat luka yang mendalam. Buktinya, Torino  menderita kemarau trofi yang panjang,  bahkan tak pernah lagi melewati musim-musim yang menawan dan stabil sepertiapa yang mereka lakukan di Filadelfia.

Tapi, kita mesti mengingat sesuatu, seorang penggemar Il Toro pernah menuliskan kalimat yang menakjubkan di dalam sebuah surat kabar kenamaan Italia terkait kepergian Il Grande Torino; “Il Grande Torino tidak pernah mati, mereka hanya sedang menggelar partai away di sana”.

Bila kita boleh mengaitkannya dengan upaya rekonstruksi saat ini, maka semua orang akan bertanya; akankah kembalinya Filadelfia mampu membawa pulang Il Grande Torino yang telah lama dirindukan? Kita akan lihat.

Penulis beredar di dunia maya dengan akun Twitter @ferriahral

foto: wikipedia

Komentar