Cerita

by Redaksi 46

Redaksi 46

Pandit Football Indonesia mengkhususkan pada analisis pertandingan sepakbola, statistik dan liga, juga sejarah perkembangan sepakbola dan evolusi taktiknya

Satu-satunya hal yang membuat David Wagner mirip dengan Juergen Klopp adalah kesenangannya yang memelihara jambang dan mengenakan topi bisbol. Selebihnya mereka berbeda, terutama soal nasib.

Usia Wagner terpaut empat tahun lebih muda daripada Klopp. Keduanya sama-sama pernah membela kesebelasan Bundesliga, FSV Mainz, dan sama-sama pensiun sebagai pemain pada usia 34 tahun. Dalam karier sebagai pemain, Klopp tak pernah membela kesebelasan negara Jerman. Lain halnya dengan Wagner yang pernah membela kesebelasan negara Amerika Serikat, meski ia lahir di Jerman.

Kecuali Anda adalah maniak Bundesliga dan Borussia Dortmund, mungkin nama David Wagner terbilang asing di telinga; apalagi jika dibandingkan dengan nama besar Klopp. Musim ini saja, manajer kelahiran 19 Oktober 1971 tersebut hanya menangani kesebelasan sekelas Huddersfield Town yang berlaga di Divisi Championship. Sebelumnya, Wagner pernah menangani tim reserves Borussia Dortmund sejak 2011 hingga 2015.

Kepergiannya ke Huddersfield ternyata telah mendapat “restu” dari Klopp. “Lakukan saja,” kata Wagner meniru apa yang disarankan Klopp.

Kehadiran Wagner sejatinya memang dinantikan oleh dewan klub Huddersfield, terlebih setelah “demam Klopp” yang melanda pendukung Liverpool. Mereka menginginkan gaya bermain yang lebih direct mirip dengan yang dilakukan Klopp di Borussia Dortmund.

Wagner pun ditemukan oleh Stuart Webber, salah satu direktur Huddersfield yang juga menjabat sebagai Head of Football Operations. Salah satu yang membuat Webber kepincut tentu karena Wagner mewarisi gaya bermain Dortmund dan setidaknya memiliki falsafah bermain yang dibagi bersama Klopp.

“Stuart amat tertarik dengan apa yang kami lakukan di Dortmund dan ingin mencoba yang kami lakukan. Dia bertanya padaku: ‘Mungkinkah itu dilakukan di Inggris?’ Aku menjawab: ‘Kenapa tidak?’ Penerapan gaya bermain amat mungkin dilakukan di manapun jika Anda memiliki pemain dan klub yang pikirannya terbuka,” tutur Wagner bercerita saat awal Huddersfield menggaetnya.

Baca juga: Tantangan Besar Klopp di Liverpool

Melatih kesebelasan tim Inggris memang sebuah kebanggaan, tapi Huddersfield? Istri Wagner bahkan tak tahu di mana itu Huddersfield. “Huddersfield bukan kesebelasan besar di Divisi Championship, dan untuk menjadikannya lebih besar Anda harus menemukan cara yang baru,” kata Wagner.

Benar saja, kepercayaan diri tersebut akhirnya ditunjukkan lewat kemenangan pertama Wagner saat mengalahkan Birmingham City 2-0. Permainan Huddersfield pascapenunjukkan Wagner pun mendapatkan apresiasi dari manajer Middlesbrough, Aitor Karanka, “Huddersfield seperti tim papan atas, tak seperti kami.”

Dengan gaya permainan yang penuh energi, mengandalkan kecepatan dan kekuatan, agaknya membuat penggemar, juga dewan klub, menginginkan gaya bermain yang demikian. Terlebih Klopp bisa dibilang sukses kala menangani Liverpool. Setidaknya, Klopp dianggap mampu mengangkat moral para pemain dan pendukung. Padahal, kala ditangani Brendan Rodgers, skuat The Reds dianggap tak mumpuni.

“Saya sangat yakin dengan gaya permainan seperti ini. Saya menyenangi kecepatan, semangat. Bayern Munich, sebagia contoh, sangat sukses dengan memainkan gaya yang berbeda. Saya menghormati gaya mereka dan ada cara lain untuk sukses, tapi saya lebih memilih dengan gaya yang paling saya suka,” ujar manajer yang melakoni delapan pertandingan bersama timnas Amerika Serikat ini.

Salah satu yang paling disoroti Wagner sebenarnya gairah para pemain itu sendiri. Di Huddersfield, Wagner mengklaim kalau ia sudah menemukannya. Selain itu, gaya para pemain Inggris dianggap cocok dengan gaya bermainnya yang mengandalkan kerja keras.

“Di Eropa, terkadang Anda harus mendorong para pemain tapi di tiga pekan pertamaku di sini saya tak pernah ada dalam momen di mana saya harus mendorong pemain saya,” imbuh Wagner, "Kami akan membawa pengaruh Jerman dalam sepakbola Inggris. Semua orang tahu dari mana kami berasal. Kami dari Dortmund dan semua orang tahu jenis sepakbola yang kami mainkan, dan itulah yang akan kami bawa ke Huddersfield.

Fenomena seperti ini, bukan tidak mungkin menyebar dan meluas di Inggris. Cara bermain yang bukan cuma menguasai bola, tetapi juga bermain atraktif menjadi keinginan para penggemar. Bukan tidak mungkin, musim depan akan mulai bermunculan para pelatih yang mengandalkan gaya bermain yang agresif dan mengandalkan kecepatan.

PS: Pep Guardiola digosipkan terbang ke Manchester.

foto: dw.com

Komentar