Diego Costa: Dua Sisi Pesepakbola yang Berasal dari Jalanan

Taktik

by Ammar Mildandaru Pratama

Ammar Mildandaru Pratama

mildandaru@panditfootball.com

Diego Costa: Dua Sisi Pesepakbola yang Berasal dari Jalanan

Chelsea mengalami kebuntuan saat melawan Tottenham Hotspur. The Blues tak kunjung cetak gol, padahal mereka sedang butuh poin guna mengatrol posisi di klasemen. Sementara Jose Mourinho, manajer Chelsea, memilih untuk membangku cadangkan Diego Costa dan memasang formasi  tanpa penyerang.

Karena kondisi sedang sulit cetak gol, mudah saja menyimpulkan bahwa Costa akan segera dimasukkan. Mungkin saja pemikiran yang sama juga ada pada diri penyerang Spanyol tersebut. Bahkan Costa pun sudah diinstruksikan melakukan pemanasan.

Namun dugaan tersebut ternyata salah. Menjelang akhir laga, The Special One justru lebih memilih untuk memasukkan dua pemain muda, Kennedy dan Loftus-Cheek. Sepertinya keputusan itu membuat Diego Costa kecewa berat. Lantas saat  kembali ke bangku cadangan, ia terekam kamera melemparkan rompi ke arah Mourinho.

Sehari sebelumnya, sang manajer mengkritik performa anak asuhnya tersebut. Ia mengatakan bahwa Costa tidak bisa membaca permainan. “Dia tak bisa membaca pertandingan dengan baik dan hal tersebut terus berulang,” kata Mourinho, dikutip dari The Guardian. Dari sini ditengarai keduanya memang sedang dalam kondisi tidak harmonis.

Terlibat insiden di lapangan adalah bukan hal yang baru bagi seorang Diego Costa. Karena hal tersebut juga cap sebagai pemain yang nakal, temperamental, bahkan cenderung kasar melekat kepadanya.

Namun hal itu memang telah melekat dalam diri pemain kelahiran Brasil ini. Meski akhirnya memilih Spanyol sebagai warga negaranya, Costa sebenarnya tumbuh di jalanan Brasil. Di favela, perkampungan gang-gang sempit yang lekat dengan tindak kriminal, ia biasa bermain sepakbola bersama teman-teman masa kecilnya.

“Di jalanan saya berjuang sama seperti orang lain. Terkadang saya tak bisa mengendalikan diri, terlibat perkelahian, tak menghormati lawan, menghina semua orang, bahkan saya pikir harus membunuh mereka. Berbeda dengan anak laki-laki yang dibesarkan lewat akademi yang diajarkan untuk mengendalikan diri dan menghormati orang lain, hal yang tak saya temui di jalanan,” ujar Costa kepada Football Brasillia.

Iklim jalanan memaksanya untuk selalu kuat, menghalalkan segala cara agar bisa bertahan hidup. Segala keterbatasan dan minimnya sumber daya membuatnya harus pandai beradaptasi. Prinsip tersebut sepertinya tak memudar ketika ia tumbuh dewasa dan menjadi pesepakbola profesional.

Diego Costa menjadi tak kesulitan saat harus bermain di lapangan sepakbola sungguhan. Padahal seperti yang sudah disebutkan di atas, ia sama sekali tak pernah berlatih bersama akademi dan belajar sepakbola secara formal. Presiden dari Barcelona EC, sebuah kesebelasan kecil di Brasil yang menjadi klub pertamanya, pernah bercerita saat pertama kali melihat sosok Diego.

"Costa datang sebagai pemain yang sama sekali tak diketahui orang banyak dan satu pekan kemudian sudah berada di tim, mencetak empat gol dalam pertandingan di turnamen U-17. Ini sangat tidak biasa bagi seorang pemain dalam sepakbola Brasil yang berasal dari jalanan bisa langsung menjadi sepeti itu pada usia tersebut. Kami tahu dia adalah sesuatu yang istimewa." dikutip dari fourfourtwo.

Namun bermain sepakbola a la jalanan tak selamanya membawa keuntungan. Jauh sebelum membela Chelsea sekarang atau bahkan Atletico, Costa pernah dihukum 120 hari karena tindakannya memukul lawan dan mengancam wasit ketika remaja. Ia sempat dibuat frustasi karenanya dan mengancam tak mau lagi bermain sepakbola sambil menangis tersedu-sedu. Beruntung kala itu ada rekaman video yang membuktikan bek lawan melakukan provokasi terlebih dahulu sehingga ia dibebaskan dari hukuman.

Pemain yang besar di jalanan memang cenderung kreatif, termasuk Diego Costa. Jangankan untuk bermain sepakbola dengan segala perlengkapan dan aturannya, untuk hidup saja mereka banyak batasan.

Diego Costa dikabarkan akan dijual Januari nanti. Dari isu yang beredar, terdapat tujuh nama yang diincar oleh Chelsea sebagai penyerang baru yang hendak didatangkan bursa transfer musim dingin nanti.

Isu 7 Target Penyerang Baru Chelsea Pengganti Diego Costa



Sebagian besar rumah-rumah di favela dibangun seadanya dari apa yang mereka punya. Mulai dari tembok sisa bangunan lama, seng, kayu, hingga sekat-sekat yang terbuat dari kardus. Begitu juga soal infrastruktur, listrik misalnya, mereka kadang terpaksa “mencuri” dari tiang-tiang umum agar rumah mereka tetap menyala di saat malam.

Itulah kenapa pesepakbola yang berasal dari jalanan dan memang berbakat cenderung jago menggiring bola. Bermain dengan lapangan yang jauh dari memadai dengan bola yang tak bulat sempurna saja bisa melewati 2-3 pemain lawan.

Di contoh Diego Costa misalnya, jauh sebelum ia dimanjakan umpan-umpan Fabregas sekarang, Costa barangkali sempat berlatih di masa kecilnya dengan memanfaatkan tembok sebagai umpan one-two. Hal ini bisa jadi juga menjadi jawaban kenapa Brasil cenderung melahirkan pesepakbola yang piawai menari dengan bola.

Beruntung bakat Diego Costa berhasil diselamatkan oleh Jorge Mendes, seorang super agen sepakbola. Ia diboyong ke akademi klub Portugal, SC Braga. Petualangannya di sepakbola level teratas Eropa kemudian dimulai.

Sayangnya bukan hanya bakat mengolah bola dari jalanan yang ia bawa. Diego Costa juga masih membawa perangainya yang cenderung melanggar aturan. Tak jarang hal ini justru membawa kerugian bagi dirinya dan kesebelasan yang dibelanya.

Komentar