Tidak Ada Lagi Pemain Asing di Liga Rusia?

Berita

by Redaksi 46

Redaksi 46

Pandit Football Indonesia mengkhususkan pada analisis pertandingan sepakbola, statistik dan liga, juga sejarah perkembangan sepakbola dan evolusi taktiknya

Tidak Ada Lagi Pemain Asing di Liga Rusia?

Liga Rusia sempat menjadi tujuan para pemain yang haus uang. Kehadiran Anzhi Makhachkala sempat membuat geger industri sepakbola Eropa. Kesebelasan yang baru didirikan pada 1991 tersebut membuat gebrakan dengan menghadirkan para pemain bergaji mahal.

Pada awal 2011, pengusaha kaya raya Rusia, Suleyman Kerimov membeli Anzhi yang juga merupakan kesebelasan kampung halamannya. Tidak tanggung-tanggung karena Suleyman turut menghadirkan Samuel Eto’o, Roberto Carlos, Willian, Diego Tardelli, Yuri Zhirkov, hingga Lassana Diarra. Tampuk kepelatihan pun diberikan kepada pelatih berpengalaman, Guus Hiddink.

Pemotongan biaya gaji tahunan, membuat sejumlah bintang hengkang. Hal ini membuat terdapat penurunan performa yang membuat posisi Anzhi terdegradasi. Padahal, kala itu mereka berhasil menembus babak 16 besar Europa League.

Apa yang dilakukan Anzhi secara tidak langsung mengangkat pamor sepakbola Rusia itu sendiri. Meskipun demikian, kehadiran pemain asing justru tidak membantu perkembangan timnas Rusia. Sepanjang 2010 hingga 2014, timnas Rusia tidak mencatatkan hal spektakuler di Piala Dunia maupun Piala Eropa; Rusia bahkan tidak lolos di Piala Dunia 2010. Sementara itu di Piala Eropa 2012 dan Piala Dunia 2014, Rusia hanya menempati peringkat ketiga yang tidak meloloskan mereka ke fase knock-out.

Hal ini jelas mengkhawatirkan terlebih Rusia akan menjadi tuan rumah Piala Dunia 2018. Negara dengan kesebelasan medioker manapun tentu amat ingin mengikuti jejak Korea Selatan yang mampu melangkah hingga babak semifinal ketika menjadi tuan rumah. Hal tersebut—di luar faktor non-teknis—mesti diiringi dengan skuat yang juga mumpuni.

Sejumlah hal dilakukan oleh Federasi Sepakbola Rusia, RFU, untuk menyiapkan timas yang lebih baik. Beberapa waktu lalu, mereka telah mengumumkan pelarangan penggunaan pelatih asing di liga. Sementara itu, pekan lalu, Kementerian Olahraga Rusia kembali membuat gebrakan. Sang Menteri, Vitaly Mutko, menyatakan bahwa mereka berencana melarang Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Rusia untuk mendanai pembelian pemain asing berharga mahal.

“Parlemen Rusia akan memperkenalkan rancangan undang-undang terkait olahraga profesional untuk memastikan bahwa BUMN tidak akan mengeluarkan uang mereka untuk belanja pemain asing,” tutur Mutko yang juga Presiden Federasi Sepakbola Rusia, RFU, dikutip dari The Guardian.

Ini wajar dilakukan karena setelah menurunnya tren Anzhi untuk membeli pemain mahal, kesebelasan kaya asal Rusia lainnya, justru tetap membeli pemain bergaji mahal. Umumnya mereka mendapatkan sokongan dana dari BUMN seperti Locomotiv Moscow yang disponsori Perusahaan Kerta Api Rusia. Lalu ada Zenit St. Petersburg yang didukung oleh perusahaan energi Gazprom. Ada pula Dynamo Moscow yang didukung bank negara, VTB.

Pelarangan ini mungkin ada benarnya. Dilansir dari The Guardian, pada September 2012 Zenit mendatangkan Axel Witsel dari Benfica serta penyerang Brasil, Hulk dari Porto dengan total 100 juta euro. Perpindahan tersebut justru ditentang suporter yang menghendaki para pemain asli Rusia di klub.

Pada Juli 2015, mengikuti dekrit dari Kementerian Olahraga, RFU memperkenalkan aturan yang membuat pemain asing semakin sulit untuk hadir di Liga Primer Rusia. Sepanjang musim, klub cuma diperkenankan memainkan enam pemain yang tak memiliki paspor Rusia dalam satu pertandingan.

Pembatasan pemain asing menjadi alasan mengapa kesebelasan Rusia mulai menghentikan mengeluarkan sejumlah dana untuk mendatangkan pemain asing. Situasi keuangan juga memperburuk keadaan karena mata uang Rusia, Rouble, yang tidak bersaing dengan mata uang lainya selama tahun lalu.

Jika RUU disahkan bisa berakibat pada dua simpulan: Pelatih kesebelasan negara Rusia bisa lebih mudah mendapatkan pemain untuk membela timnas; Pamor Liga Rusia dan mungkin saja kualitas kesebelasan Rusia menurun.

foto: marca.com

Komentar