Inggris vs Prancis, Pertandingan Persahabatan dalam Arti Sebenarnya

Berita

by Redaksi 46

Redaksi 46

Pandit Football Indonesia mengkhususkan pada analisis pertandingan sepakbola, statistik dan liga, juga sejarah perkembangan sepakbola dan evolusi taktiknya

Inggris vs Prancis, Pertandingan Persahabatan dalam Arti Sebenarnya

Inggris menjungkalkan Prancis dengan skor 2-0 di Stadion Wembley pada Rabu (18/11) dini hari WIB. Gol Dele Alli dan Wayne Rooney membawa Inggris ke jalur yang benar.

Beberapa waktu lalu, rekor 16 pertandingan tak terkalahkan Inggris ternoda setelah dikalahkan Spanyol. Di sisi lain, bagi Prancis kekalahan ini justru memupus lima kemenangan beruntun mereka sejak 4 September 2015.

Untuk saat ini siapa yang peduli dengan segala pencapaian di atas lapangan. Faktanya, Prancis yang bermain semalam adalah Prancis yang tengah terluka atas aksi teror yang membabi buta. Kengerian itu seperti masih terasa di depan mata.

Siapa yang tidak terganggu mentalnya saat sepupu Anda terbunuh dalam aksi teror? Atau bagaimana perasaan Anda setelah anggota keluarga Anda terperangkap dalam satu ruangan yang berisi pembunuh?

Semalam, Prancis tetap “memaksakan” bertanding, meski Federasi Sepakbola Inggris, FA, menghargai seandainya Prancis membatalkan pertandingan tersebut. Presiden Federasi Sepakbola Prancis (FFF), Noel Le Graet, menyatakan kalau pertandingan harus tetap dilangsungkan.

Pernyataan tersebut didukung oleh kapten Prancis yang juga bermain untuk Tottenham Hotspur, Hugo Lloris, “Sepakbola itu penting dan hidup harus terus berlanjut.”

Pertandingan tersebut turut didukung oleh politisi dari Partai Konservatif Inggris, Theresa May, yang menganggap kalau ini merupakan pesan bahwa kita tidak boleh kalah oleh teroris. Faktanya, masih ada rasa cemas yang begitu besar. Dua jam sebelum kick off, pertandingan antara Jerman menghadapi Belanda di Hannover resmi dibatalkan. Pejabat berwenang Jerman menyatakan kalau mereka menerim ancaman bom yang harus segera diatasi. Sebelumnya, pertandingan antar Belgia menghadapi Spanyol pun turut dibatalkan karena Prancis tengah memburu otak teror Paris yang kabarnya menetap di Belgia.

Pertandingan Persahabatan

Sam Borden dari The New York Times, menyebut bahwa salah satu kesenangan di sepakbola adalah karena kosakatanya. Dalam pertandingan semalam Sam begitu menikmati istilah yang digunakan di sepakbola: “Friendly Match”.

“Di olahraga lain, pertandingan semalam disebut exhibition, dan secara teknis ini juga sama. Pertandingan ini bukan merupakan bagian dari sebuah kompetisi. Pertandingan ini tak berarti apapun,” tulis Borden.

Ya, pertandingan antara Inggris menghadapi Prancis sejatinya tidak memperebutkan apapun dan tidak berarti apapun bagi kedua kesebelasan untuk posisi mereka di Piala Eropa 2016. Pertandingan semalam hanya bertajuk sebagai “Pertandingan Persahabatan” atau Friendly Match dalam arti sebenarnya.

Dalam konteks saat ini, pertandingan semalam memang menunjukkan betapa bersahabatnya Inggris dengan Prancis. Sebagai tetangga dekat, Inggris berusaha menunjukkan sikap empati mereka dengan sejumlah upacara yang dilakukan jelang pertandingan.

Lengkungan Stadion Wembley dihiasi dengan lampu berwarna merah putih biru, menyerupai warna bendera Prancis. Sementara itu di tribun utara terlihat koreografi dengan bentuk bendera Prancis. Di papan elektronik di luar stadion maupun di balkon, tertulis moto Prancis, “Liberte, Egalite, Fraternite”.

Di dalam stadion, ada ritual yang berubah dalam pertandingan Inggris menghadapi Prancis. Semua pemain memasuki lapangan, bahkan pemain cadangan sekalipun. Lagu kebangsaan Inggris, sebagai tuan rumah, dilantunkan pertama, sementara lagu kebangsaan Prancis, La Marseillaise, diputar terakhir dan dinyanyikan bersama-sama dengan pendukung tuan rumah. Selain itu, para pelatih pun berdiri di pinggir lapangan bersama dengan Pangeran William.

Lagu La Marseillaise dikumandangkan dan suaranya menggema di penjuru Stadion Wembley. “Bahasa Prancisku begitu buruk. Tapi aku tetap menyanyikannya. Ini adalah pertandingan spesial,” tutur Graham McLauchlan, penggemar Inggris, sembari tersenyum.

Sejumlah pemain tak sanggup menahan air mata. Lassana Diarra, yang sepupunya wafat karena aksi teror di Paris, hanya tertunduk. Suaranya tersekat di tenggorokan. Turut terlihat manajer Arsenal, Arsene Wenger, yang juga bernyanyi dari tribun.

Ratusan penggemar Prancis yang ditempatkan di tribun atas begitu ramai. Beberapa dari mereka mengibarkan bendera dan mengecat wajah mereka dengan bendera Prancis. “Kami datang karena kami peduli,” ujar Julien Lemaire, penggemar Prancis dari Calais, “Kami ke sini karena kami ingin bersama-sama.”

Memainkan pertandingan di Wembley bukannya tanpa risiko. Para teroris kini sudah mengincar stadion dan pertandingan sepakbola berskala besar. Tentu, peningkatan keamanan menjadi salah satu faktor pertandingan bisa berjalan mulus tanpa gangguan.

“Hal yang paling diragukan adalah kondisi mental para pemain itu sendiri. Mereka ingin bersama dengan keluarga mereka, ingin menutup pintu dan menghentikan rasa panik di otak mereka. Mereka ingin melakukan hal yang sama seperti warga paris lainnya,” tulis Borden, “Dari perspektif olahraga, pertandingan tersebut bukan tontonan yang menakjubkan, tapi 71,223 penggemar tahu apa yang tengah mereka saksikan.”

Ya, mereka tengah menyaksikan sebuah pertandingan persahabatan. Persahabatan betulan.

Baca juga: Sebab Sepakbola Tidak Boleh Dikalahkan oleh Terorisme



Komentar