Statistik yang Paling Mengkilap Adalah Gol

PanditSharing

by Pandit Sharing

Pandit Sharing

Ingin menulis di PanditFootball.com? Kirimkan ke sharingpandit@gmail.com

1. Lengkapi dengan biodata singkat dan akun Twitter di bawah tulisan
2. Minimal 900 kata, ditulis pada file Ms. Word
3. Tulisan belum pernah dipublikasikan di media apapun (blog, website, forum, dll)
4. Tambahkan alamat lengkap dan nomor HP (tidak dipublikasikan)

Statistik yang Paling Mengkilap Adalah Gol

Oleh: Ageung Saputra



Dalam dunia sepakbola modern, pemahaman bahwa "bola itu bundar" mungkin akan semakin tergeser. Ini karena nilai kepastian dalam sepakbola selalu terus ditingkatkan dengan menekan nilai acak di dalamnya.

Sepakbola yang dulunya jadi sarana rekreasi dan olahraga, kini memang telah jadi lahan bisnis yang cukup menjanjikan. Bermunculannya data, angka, dan para analis pengolah data jadi tanda bahwa sepakbola tidak sekadar untuk menghasilkan keringat, tapi juga meraup uang sebanyak-banyaknya.

Karena itu, kemenangan pun jadi faktor yang penting untuk dipastikan. Tak bisa lagi bergantung pada keberuntungan. Setiap tim pun berusaha dengan caranya masing-masing untuk mendapatkan tiga poin yang berharga.

Dalam hal memastikan kemenangan itu, banyak yang beranggapan bahwa sepakbola menyerang adalah yang terbaik. Permainan agresif, penguasaan bola, dominasi atas lawan, dan kemenangan dengan skor mencolok, dianggap sebagai jalan terbaik untuk keluar sebagai pemenang dalam suatu laga.

Namun, tidak sedikit yang mulai meninggalkan pemikiran seperti itu.Tuntutan dewan klub untuk berprestasi, sorotan media, ekspektasi pendukung akan kemenangan, dan hal lain yang seolah mengharamkan sebuah kekalahan, membuat tiga angka lebih berarti dari tiga gol ke gawang lawan.

Barcelona "Rasa" Pep, Tiki-Taka, dan Sepakbola Menyerang

Jika kita bertanya tim apakah yang terbaik saat ini, mungkin nama Barcelona akan menjadi salah satu yang sering kita dengar. Permainan menyerang dengan penguasaan bola lebih dari 60% pada setiap laga, ditambah umpan pendek cepat satu dua sentuhan yang sangat rapih, membuat tim ini cukup disegani pada semua ajang.

Akibatnya, pasca raihan treble Barca dan pasca piala dunia 2010, tiki-taka seolah diyakini sebagai doktrin cara bermain sepakbola yang benar.

Meski Josep Guardiola membuat kepopuleran tiki-taka semakin melambung, gaya bermain ini sendiri merupakan modifikasi dari permainan total football Belanda kreasi Rinus Michels. Gaya bermain ini sampai ke tanah Spanyol melalui salah satu anak emas Michels bernama Johan Cruyff. Pelatih yang berada di Barcelona dari tahun 1988 sampai 1996 ini diyakini sebagai orang yang telah membangun fondasi dari tiki taka ini.

Menurut Xavi Hernandez, pondasi dari tiki taka adalah sebuah latihan yang disebut dengan "el rondo". Secara kasar, permainan ini dimainkan seperti "kucing-kuncingan". Beberapa pemain akan� membentuk sebuah lingkaran dan satu orang pemain berada di tengah-tengahnya. Pemain-pemain itu diharuskan untuk mengalirkan bola tanpa boleh direbut oleh pemain yang ada di tengah. Cara latihan inilah yang membuat umpan-umpan pendek pemain Barcelona begitu cepat dan sulit untuk direbut.

Tentu kita ingat bagaimana tuah tiki-taka berbuah enam trofi pada musim pertama Pep Guardiola sebagai pelatih Barcelona. Sebuah pencapaian yang mengantarkan sepakbola menyerang kembali ke puncak kejayaannya. Dengan gelar-gelar itu, Pep seakan ingin berkata bahwa sepakbola bukan hanya soal kemenangan, tapi juga bagaimana kemenangan itu didapat.

Satu diantara enam piala yang didapat kala itu adalah Liga Champion Eropa musim 2009. Kota Roma menjadi saksi bagaimana anak-anak Catalan dengan permainan menyerangnya memaksa tim asuhan Alex Ferguson melupakan mimpi meraih trofi ini secara berturut-turut. Setan Merah, yang kala itu masih diperkuat sang mega bintang Cristiano Ronaldo dipaksa menyerah 2-0.

Pada musim itu, tim bermotto M�s que un club ini pun berhasil jadi jawara La Liga dengan poin 87, hasil 27 kali menang, 6 kali imbang dan kalah 5 kali. Barcelona juga jadi tim dengan selisih gol paling tinggi. Dari 105 gol yang mereka cetak, hanya 35 gol yang bersarang di gawang mereka.

Dari angka-angka itu terlihat bahwa selain meraih 27 kemenangan, Barcelona juga menjadi tim yang paling produktif sekaligus tim yang paling baik dalam bertahan. Hal ini membuktikan bahwa permainan menyerang tidak menjadikan sebuah pertahanan tim rentan untuk ditembus. Sejatinya, menyerang memang satu bentuk pertahanan yang terbaik.

Dengan filosofi itu, "Barcelona rasa Pep" pun bisa mengoleksi empat belas gelar. Apa yang telah diraih Josep Guardiola dan Barcelona tentu sejenak memaksa kita untuk berpikir bahwa aksi dapat sejalan dengan prestasi.

Kemenangan Sebagai Tujuan Utama

"Seperti yang kami katakan di Portugal, mereka membawa bus dan meninggalkan bus itu di depan gawang."

Itulah salah satu pernyataan Jose Mourinho yang rasanya cukup untuk menjelaskan sosoknya.

Mou memang tak menghamba pada taktik menyerang. Tapi, kemampuannya dalam memotivasi pemain, kejeliannya dalam menerapkan taktik, dan banyaknya prestasi yang sudah ditorehkan, membuat The Special One sering dinobatkan sebagai salah satu pelatih terbaik dunia.

Pengalaman pelatih asal Portugal ini dalam menangani tim-tim besar pun tidak perlu diragukan lagi. Chelsea, Inter Milan,dan Real Madrid pernah ia sulap menjadi tim yang cukup ditakuti.

Walaupun begitu, tidak sedikit yang mencibir atau bahkan membenci taktik yang diterapkan oleh pelatih bermulut tajam ini. Pasalnya Mourinho bukanlah tipe pelatih yang suka memerintahkan anak asuhannya untuk mencetak banyak gol. Baginya kemenangan dengan selisih satu gol pun tetaplah bernilai tiga angka. Permainan menghibur ala sepakbola indah diartikannya dari sudut pandang yang berbeda.

Mourinho sendiri sedikit banyak terpengaruh oleh sepakbola Italia, yang memang terkenal dengan permainan bertahannya. Ia berpendapat bahwa apa yang diterapkan tim-tim Italia adalah sebuah efektivitas permainan. Filosofi inilah yang selalu ia bawa pada setiap tim yang ia tangani.

Masih segar pada ingatan kita bagaimana Mou dan taktik pragmatisnya di Inter Milan sukses mematahkan banyak prediksi pada musim 2010. Barcelona yang menurut banyak pihak tidak akan terbendung dalam mempertahankan gelar, justru harus gagal oleh rapatnya pertahanan I Nerazzuri.

Tiki-taka memang tetap berjalan, dan setidaknya membuat catatan statistik terlihat indah. Tapi dominasi yang diperlihatkan anak-anak Catalan sepanjang pertandingan terlihat bertolak belakang dengan hasil yang didapatkan. Inter Milan pun sukses melaju ke final dan menjadi jawara.

Di Real Madrid, pada awalnya Mou memang mengalami kendala. Dengan berlebihnya stok pemain bintang, pasokan dana yang tidak pernah surut, dewan klub membebankan begitu banyak ekspektasi pada pundak Mou. Merusak dominasi Barca di tanah matador dan meraih La Decima mutlak menjadi target utama Mou. Tidak hanya itu, Mourinho yang sudah fasih dengan filosofi bermain efektif, pun dituntut untuk dapat memberikan tontonan yang menghibur.

Piala Raja Spanyol 2011 menjadi gelar perdana Mou bersama El Real. Gelar ini ia dapatkan usai menaklukan Barcelona pada final yang dilangsungkan di Mestalla. El Barca, yang sepanjang pertandingan terlihat lebih sering menguasai bola, seolah mengalami de javu akan kegagalan mengalahkan pertahanan berlapis Mourinho. Melalui serangan balik dari sayap kiri, Cristiano Ronaldo berhasil menjadi pencetak gol satu-satunya pada pertandingan itu.

Bersama Madrid, Mou mendapatkan 1 gelar Copa Del Rey,1 gelar Supercopa de Espana, dan tentu saja gelar yang membuatnya resmi menjadi penguasa pada empat liga berbeda,1 piala La Liga.

The Only One memang gagal memersembahkan La Decima atau gelar kesepuluh Liga Champion Untuk Real Madrid. Tapi, senada dengan apa yang ia katakan "Saya merusak sepakbola Spanyol dengan menghancurkan dominasi Barcelona",

Jos� M�rio dos Santos Mourinho F�lix telah mengajarkan satu hal kepada kita, bahwa sepakbola memang tidak berlangsung di atas keras. Tim dengan data statistik terbaik sekalipun belum tentu menang. Raihan statistik yang mengkilap sepanjang laga juga terkadang bertolak belakang dengan hasil akhir.

Ya, karena satu-satunya statistik yang ada di papan skor adalah jumlah gol.



Dikirim oleh:

Ageung Saputra,Seorang pelajar yang sangat mencintai dunia olahraga khususnya sepakbola.Selain olahraga,menulis juga dianggap sebagai salah satu hobinya.Twitter : @ageung_s


Komentar