Impossible Triangle di Lini Tengah Manchester United

PanditSharing

by Pandit Sharing

Pandit Sharing

Ingin menulis di PanditFootball.com? Kirimkan ke sharingpandit@gmail.com

1. Lengkapi dengan biodata singkat dan akun Twitter di bawah tulisan
2. Minimal 900 kata, ditulis pada file Ms. Word
3. Tulisan belum pernah dipublikasikan di media apapun (blog, website, forum, dll)
4. Tambahkan alamat lengkap dan nomor HP (tidak dipublikasikan)

Impossible Triangle di Lini Tengah Manchester United

Oleh: Syarifudin Zuhdi*

Pada 1950-an, seorang matematikawan bernama Rogers Penrose menciptakan sebuah grafis yang menyerupai bangun ruang seperti sebuah segitiga. Uniknya, tiga sudut segitiga tersebut seolah tidak mungkin menempel antara satu ujung dengan ujung yang lain. Grafis tersebut kini populer dengan sebutan impossible triangle. Penrose mendeskripsikannya sebagai kemustahilan dalam bentuk termurni.

Kemustahilan grafis tersebut dikarenakan visualisasi tipuan dua dimensi yang dibentuk menggunakan visualisasi tiga dimensi. Dalam kata lain, hanya dua sisi yang merupakan grafis asli, sedangkan sisi lainnya adalah tipuan.

Jika memahami kegalauan dalam karya Penrose terasa begiu rumit, pemahaman yang lebih sering muncul lebih sering ditemui. Ada tiga pilihan tapi Anda hanya bisa memilih dua: good grade, enough sleep, dan social life.

Dalam bentuk lebih sederhana lagi terdapat tiga pilihan yang cukup membingungkan: good, fast, cheap. Saya pun sering menanyakan kepada sejumlah perempuan tentang pasangan idamannya lewat tiga kriteria, tapi ia hanya boleh memilih dua: tampan, mapan, atau tak bajingan. Kebanyakan dari mereka membutuhkan waktu yang cukup lama sebelum menjawab pertanyaan, karena pada dasarnya mereka ingin tiga kriteria tersebut ada pada pasangan hidupnya kelak.

Hal serupa juga dirasakan oleh Louis van Gaal di Manchester United. Dari tiga orang gelandang mumpuni, ia hanya bisa memasang dua: Michael Carrick, Bastian Schweinsteiger, atau Morgan Schneiderlin.

Apabila dilihat dari delapan pertandingan yang dilakoni Manchester United, Van Gaal terlihat kebingungan dalam memilih pemain yang mengisi pos double pivot dalam formasi 4-2-3-1 andalannya musim ini. Dari delapan pertandingan yang dilalui MU di liga, Van Gaal selalu merotasi kombinasi dua dari tiga jangkar di lapangan tengah MU tersebut.

Carrick-Schneiderlin

Kombinasi ini terlihat dominan di lini tengah MU. Dari empat pertandingan menghadapi Tottenham Hotspur, Aston Villa, Southampton, dan Sunderland, keduanya tampil mengawal lini tengah MU sejak peluit babak pertama dimulai.

Meski terlihat padu, tapi kombinasi keduanya tak rukun-rukun amat. Jumlah umpan antar keduanya tak pernah menonjol dalam satu pertandingan. Hal ini bisa dimaklumi karena terdapat pemisahan tugas yang jelas antara Carrick dan Schneiderlin. Carrick bertugas sebagai jangkar pelindung back four United sedangkan Schneiderlin berperan sebagai gelandang box-to-box. Kabar baiknya, kombinasi Schneiderlin dan Carrick selalu menghasilkan tiga poin bagi Van Gaal.

Meski memberi rasa aman bagi MU, tapi Van Gaal seolah gatal jika tak memainkan dirijen United yang lain: Bastian Schweinsteiger. Terbukti duet Carrick-Schneiderlin tak pernah bermain penuh hingga 90 menit. Schweini selalu masuk menjadi orang ketiga yang mengganggu kemesraan Carrick dan Schneiderlin. Yang menarik, Carrick selalu jadi korban (digantikan).

Schweinsteiger-Schneiderlin

Keduanya merupakan rekrutan anyar MU musim ini. Kehadiran Schweini dan Schneiderlin memberi Van Gaal lebih banyak opsi di lini tengah. Meski nama mereka terlihat indah jika dibuatkan sebutan—schmidfield—tapi MU selalu sial jika keduanya diturunkan sejak awal. Dua kali kombinasi Schmidfield diturunkan, MU hanya bermain imbang melawan Newcastle dan kalah atas Swansea.

Carrick-Schweinsteiger

Awalnya saya membayangkan duet keduanya adalah pasangan ideal. Karakter keduanya saling melengkapi satu sama lain. Carrick melindungi dua bek tengah, sedangkan inisiatif serangan diberikan pada Bastian.

Kombinasi pemain gaek ini nyatanya memang begitu superior. Mereka begitu harmonis dan menjadi top passing combination dengan 17 umpan pendek saat menghempaskan Liverpool 3-1 pada 12 September silam. Meskipun kalah dari Arsenal 0-3 pada pekan lalu, Carrick dan Schweini mencatatkan jumlah umpan terbanyak dalam pertandingan. Carrick mencatat 104 umpan sedangkan Schweini 91 umpan.

Satu-satunya alasan yang saya coba pahami kenapa duet Carrick-Schweinsteir hanya satu kali digunakan oleh Van Gaal sejak awal pertandingan adalah soal chants. Van Gaal takut pendukung United terbelah saat mengumandangkan chant-chant. Karena chant "It's Carrick, you know, it's hard to believe it's not Scholes" akan sama lantangnya dengan "Deutsche fussball meister... Bastiaaan".

Tanpa Kombinasi

Adapun pertandingan Manchester United musim ini yang tanpa kombinasi ketiganya terjadi di luar kompetisi Liga Premier, yaitu pada pertandingan tandang di Liga Champions melawan PSV Eindhovendan pertandingan Capital One Cup melawan Ipswich Town.

Skema kombinasi double-pivot pada dua pertandingan tersebut  hampir sama. Meneer Van Gaal lebih tertarik memainkan kombinasi Schweni dengan Herrera. Dalam pertandingan versus PSV Eindhoven yang digelar di Phillips Stadion itu duet keduanya sebenarnya tak buruk-buruk amat, bahkan bisa dibilang cukup baik karena bisa menguasai lapangan tengah dengan mendapatkan penguasaan bola hingga 62 persen. Hererra pun pada akhirnya diganti, dan apesnya bukan Schneiderlin atau Carrick yang masuk tapi pemain yang dianggap sebagai juru selamat United saat terjepit: Fellaini.

Louis van Gaal pun menerima hukuman dengan tak membawa satu pun poin dari pertandingan tersebut akibat mengingkari kombinasi impossible triangle-nya. Sedangkan saat melawan Ipswich Town duet Schweinsteiger-Herrera tak diganti Fellaini—mungkin ini alasan mengapa MU tak dihukum saat menghadapi PSV Eindhoven.

Pada akhirnya, LVG bisa saja tutup mata, atau bahkan hitung kancing siapa yang akan mengisi double pivot MU setiap pertandinganya. Karena memilih dua dari tiga jenderal lini tengah Manchester United musim ini tak sepelik segitiga Penrose yang sangat membingungkan. Ketiganya adalah sosok ideal diposisinya masing-masing. Masalah hanya akan muncul jika ada satu atau dua dari ketiganya yang cedera atau terkena larangan bermain. Karena nama yang akan muncul adalah Hererra dan lebih apes lagi jika sampai nama Fellaini yang keluar.

Jadi adakah kombinasi yang lebih indah dari segitiga Carrick-Schweinsteiger-Schneiderlin? Yang lebih mahal banyak.

foto: manchestereveningnews.co.uk

*Penulis merupakan pegawai bank BUMN, berakun twitter @syarifudien17

Komentar