Arsène Knows Best bukan AKB48

PanditSharing

by Pandit Sharing

Pandit Sharing

Ingin menulis di PanditFootball.com? Kirimkan ke sharingpandit@gmail.com

1. Lengkapi dengan biodata singkat dan akun Twitter di bawah tulisan
2. Minimal 900 kata, ditulis pada file Ms. Word
3. Tulisan belum pernah dipublikasikan di media apapun (blog, website, forum, dll)
4. Tambahkan alamat lengkap dan nomor HP (tidak dipublikasikan)

Arsène Knows Best bukan AKB48

Oleh: Isidorus Rio Turangga Budi Satria*

Dua hari lalu, Pandit Football menerbitkan artikel yang menghubungkan AKB48, idol group di Jepang, dengan sebuah gerakan yang disebut “Arsene Knows Best”. Keduanya memiliki singkatan yang mirip: AKB.

Apabila dibaca secara santai, artikel tersebut menarik terlebih jika Anda adalah penikmat sebuah girl band dengan jumlah anggota yang bisa membentuk dua kesebelasan sepakbola. Namun, kalau ingin kritis, sejatinya apa yang dituliskan Ariandanu adalah sebuah kesemrawutan yang menyiksa, khususnya bagi fans Arsenal.

Apabila ditelusuri, “AKB” di kalangan fans Arsenal hanyalah sebuah slogan sederhana untuk menunjukkan dukungan bagi Arsene Wenger. Terlebih, Wenger sempat membuat Arsenal puasa gelar selama sembilan musim. Apabila menyebut “AKB” sebagai basis suporter yang mendukung segala kebijakan Wenger, tentu itu adalah kesalahan besar.

Fans Arsenal, sepengetahuan saya, terbelah menjadi dua kubu: Arsene Brigades dan Black Scarf Movement. Saat ini Arsene Brigades tidak lagi seeksis dulu, sebelum Arsenal merengkuh gelar Piala FA dua tahun lalu. Maksud dari tidak eksis adalah mereka tidak lagi mendukung secara sporadis Arsene  Wenger, melainkan membaur menjadi fans biasa yang menyanyikan puja-puji Wenger.

Di sisi lain, kelompok Black Scarf adalah kelompok yang amat loyal. Persamaan kedua kelompok tersebut adalah sama-sama tidak membenci Wenger dan segala keras kepalanya pelatih berkebangsaan Perancis tersebut baik di bursa transfer maupun taktikal. Saking loyalnya, Black Scarf selalu mendukung Arsenal termasuk saat pertandingan tandang.

Black Scarf memprotes pergerakan para pemilik saham Arsenal yang dianggap kian kapitalis dengan mengeruk untuk sebanyak mungkin dari penggemar. Bentuknya bermacam-macam tapi yang paling terlihat seperti menaikkan harga tiket dan harga merchandise.

Sebenarnya tidak ada sama sekali basis suporter yang menuntut Wenger untuk pergi atau gerakan bernama Arsene Must Go atau AMG, seperti yang dicetuskan Ariandanu dalam tulisannya. Kalaupun ada yang ingin Wenger keluar, itu pun hanya sekelompok fans yang tidak sampai membuat gerakan khusus. Kalaupun ada paling jauh hanya memasang tagar #WengerOut di media sosial saat Arsenal berada di titik kritis.

Apa yang dilakukan Black Scarf tidaklah menyasar Wenger. Tuntutan mereka murni pada manajemen klub yang mengurus perputaran uang. Dari situs resmi mereka, terdapat referensi jelas tentang gerakan ini yang bukan berdasarkan opini atau asumsi singkat semata.

Tentu Arsenal tak bisa disamakan dengan proyek AKB48. Saya tak merasa punya tempat untuk bicara tentang AKB48 karena pengetahuan dan referensi saya yang minim, maka saya memilih diam. Namun, menghubungkan AKB dengan gerakan para loyalis Wenger, itu tentu salah kaprah. Jika AKB adalah idol group, AKB versi fans Arsenal hanyalah slogan untuk kepercayaan masif terhadap Wenger di Arsenal selama belasan tahun. Secara esensi saja sudah berbeda jauh, bukan?

Soal pangsa pasar, bukan cuma Arsenal yang rutin mengunjungi Asia, tetapi juga kesebelasan Premier League lainnya. Mengeruk pasar Asia untuk meningkatkan profil klub tentulah sebuah hal wajar. Membandungkan roda ekonomi klub dengan perkembangan idol group adalah hal yang melenceng.

Saat orang tahu profil Anda di luar negeri, wajar rasanya jika memaksimalkan penjualan merchandise resmi. Ini adalah pemahaman sederhana tentang marketing dan pasar. Anda tidak perlu bersusah-susah bercerita tentang AKB48 dan menyangkutpautkan dengan Arsenal, lalu di paragran lain Anda langsung menyasar isu pasar Asia. Liverpool dan Manchester United juga melakukan hal itu, apa perlu juga disangkutpautkan dengan AKB48 atau JKT48?

Kajian tentang sepakbola memang begitu luas. Namun, bukan berarti semua hal bisa dihubungkan dengan sepakbola. Perlu referensi dan sumber bacaan yang cukup untuk sampai pada pemahaman bahwa hal tersebut bisa dijelaskan dalam kacamata sepakbola. Jika bermodal asumsi dan opini sederhana, amat mungkin ada persepsi yang salah dan pesan yang tak tersampaikan.

Lagipula, militansi seorang wota tentu tak seberapa dibanding sabarnya fans Arsenal menunggu 9 tahun untuk sebuah gelar, bukan?



*Penulis adalah pria manis pengggemar masak-memasak, bisa dihubungi di @isidorusrio_


Komentar