Menghentikan Lewandowski Tak Semudah yang Dikira

Berita

by Randy Aprialdi

Randy Aprialdi

Pemerhati kultur dan subkultur tribun sepakbola. Italian football enthusiast. Punk and madness from @Panditfootball. Wanna mad with me? please contact Randynteng@gmail.com or follow @Randynteng!

Menghentikan Lewandowski Tak Semudah yang Dikira

Jelang pertandingan Grup D Kualifikasi Euro 2016, optimisme sedang menyelimuti Gordon Strachan, manajer tim nasional Skotlandia. Di kandang sendiri, Skotlandia akan menjamu Polandia yang diperkuat oleh penyerang yang sedang amat mematikan di dalam kotak penalti, Robert Lewandowski. Strachan mengaku ia tak gentar sama sekali dengan capain gol yang ditoreahkan Lewandowksi bersama Bayern Muenchen.

Lewandowski memang sedang jadi subyek pembicaraan. Sebelum jeda internasional, penyerang dari Bayern Munich itu berhasil mengemas 10 gol dari tujuh penampilan terakhirnya di Bundesliga. Sebuah pencapaian yang dulu cuma mampu dilakukan Gerd Mueller, mantan penyerang Bayern Muenchen sekaligus goal getter Jerman, pada musim 1977/1978.

Strachan menegaskan Skotlandia perlu bermain selayaknya sebuah kesebelasan yang solid, kolektif dan bermain sebagai sebuah tim yang kompak. Solusi untuk menghentikan penyerang kelahiran 21 Agustus 1988 itu, bagi Strachan, ialah dengan mempertahankan bola lebih lama ketimbang Polandia. Dengan itulah, diharapkan, peluang Lewandowski untuk mencetak gol dengan sendirinya mengecil.

“Ini adalah soal memotong pasokan umpan ke dia dan menjaga bola tetap ada pada kami. Jika kami memainkan bola lebih lama ketimbang mereka, semakin sedikit kesempatan Lewandowski untuk melakukan sesuatu yang berpotensi menyakiti kita," ujar Strachan.

Tapi optimisme itu langsung buyar dengan lebih cepat. Penyerang berusia 27 tahun itu sudah mencetak gol ke gawang Tartan Army, julukan Skotlandia, ketika pertandingan baru berjalan tiga menit. Sangat cepat.

Strachan sempat merasa berada di atas angin saat anak asuhnya berhasil mencetak dua gol yang dicetak Matt Richie pada menit ke-45 dan Steven Fletcher pada menit ke-62. Skotlandia mampu membalikkan keadaan dan unggul 2-1. Dua gol tersebut membuat Strachan bisa lebih lega untuk menjaga peluang Skotlandia lolos ke Euro 2016. Tiga poin akan sangat vital bagi Skotlandia untuk lolos dari Grup D.

Tapi tunggu dulu. Selama pertandingan belum usai, semua bisa terjadi. Dan memang itulah yang terjadi: Lewandowski betul-betul menjadi mimpi buruk bagi mantan manajer Middlesbrough tersebut. Pada menit 90+4, Lewandowski kembali mencetak gol. Hasil akhir pun menjadi 2-2.

2D3666AF00000578-3265449-image-a-110_1444340720875


Strachan terlihat kesal di bangku cadangan pemain. Ia seolah tidak terima dengan gol penyelamat yang dicetak pria kelahiran Warsaw, Polandia, pada menit-menit akhir itu. Kesempatan untuk meloloskan Skotlandia ke kompetisi Euro sejak 17 tahun terakhir dikuburkan oleh pemain yang sempat ia anggap dapat dihentikan itu.

Sudah sangat lama Skotlandia gagal mencicipi turnamen terbesar di Eropa itu. Piala Eropa terakhir yang diikuti Tartan Army yaitu ketika 1996 di Inggris dan itu pun hanya sanggup bertahan di babak grup.

Kendati demikian Strachan seperti enggan memberi pujian lebih kepada Lewandowski. Ia lebih memilih mengapresiasi perjuangan para anak asuhnya ketimbang mengomentari gol kedua Lewandowski pada menit-menit akhir.

"Saya merasakan sedikit penyesalan untuk mereka yang bekerja keras dan mencetak dua gol indah. Saya berbicara kepada mereka (para pemain Skotlandia) dan berkata saya benar-benar bangga dengan apa yang mereka lakukan," ujarnya.

Di sisi lain beberapa media cukup menyesalkan Strachan karena jarang memberi kesempatan kepada penyerang lainnya, Leigh Griffiths. Pemain Celtic FC tersebut baru diberi kepercayaan tampil satu kali sebagai penyerang pengganti ketika dikalahkan Georgia pada pertandingan pekan ke-7 kualifikasi Euro 2016.

Padahal kolumnis Euro Sports, Desmond Kane, menganggap jika Griffiths bisa memberikan hasil yang lebih baik untuk Skotlandia jika diberi kesempatan. Pasalnya ia tampil cukup bagus untuk Celtic. Ia mencetak delapan gol dalam kompetisi domestik. Hanya saja Strachan pernah dibuat geram atas hobinya yang rakus terhadap makanan. Bahkan, pemain itu sempat melemparkan komentar sinis tentang pengungsi dari Asia.

Baca juga : Persiapan Sebelum Laga Final: Mabuk dan Teler! dan yang tidak kalah menarik dari Derby Old Firm di Skotlandia

Kane beranggapan bukan tidak mungkin Griffiths tidak akan menyia-nyiakan kesempatan di depan gawang -- sebagaimana  yang dilakukan Lewandowski. Atau bahkan bisa membalikan nama Lewandowski yang selalu menjadi sorotan menjelang atau sampai berakhirnya laga tersebut.

Sementara mantan penyerang Borussia Dortmund itu terus mendapat pujian selangit dari Adam Nawalka, Pelatih Polandia. Nawalka menganggap jika Lewandowski merupakan penyerang terbaik di dunia saat ini, bahkan dianggapnya melebihi Cristiano Ronaldo dan Lionel Messi.

" Tentu saja dia (Lewandowski) merupakan nomor satu. Dia adalah striker terbaik di dunia. Saya mengenalnya secara pribadi, saya tahu keterampilannya dan saya bisa mengandalkanya. Bagi saya, dia adalah yang terbaik," kata Nawalka.

Pujian yang pantas diberikan Nawalka kepada Lewandowski. Bahkan oleh pelatih manapun, juga termasuk Strachan, yang lebih sering duduk di bangku cadangan. Sungguh menjadi suatu bayangan menarik jika Strachan memuji Grifftihs (jika tampil sesuai prediksi Kane) di ruang ganti tanpa adanya kata “maaf”.

Tapi yang lebih penting dari itu semua, Strachan membuktikan, bahwa menghentikan Lewandowski tak semudah yang ia kira.

Sumber : ESPN FC, Euro Sports, Daily Mail, Daily Record, Soccer Way, The Guardian,

Komentar