Awas Salah Minum Obat!

Sains

by Redaksi 46

Redaksi 46

Pandit Football Indonesia mengkhususkan pada analisis pertandingan sepakbola, statistik dan liga, juga sejarah perkembangan sepakbola dan evolusi taktiknya

Awas Salah Minum Obat!

September enam tahun silam, kiper Sheffield United, Paddy Kenny, kebingungan karena hasil tes obat-obatan menyatakan dirinya positif mengonsumsi doping. Federasi Sepakbola Inggris, FA, pun memberi hukuman larangan bertanding selama dua tahun karena terdapat ephedrine/efedrina dalam tubuhnya. Salah satu efek efedrina adalah stimulan yang membuat orang merasa memiliki lebih banyak energi meskipun asupan kalori mereka kurang ataupun melakukan olahraga berat.

Kenny heran dengan hasil tes tersebut. Ia merasa kalau dirinya tak pernah dengan sengaja mengonsumsi obat-obatan yang dilarang dalam olahraga, khususnya yang diatur oleh FA. Sampai akhirnya Kenny ingat kalau ia pernah mengonsumsi obat batuk yang tak ia sadari mengandung efedrina. Kenny memberikan pembelaan dan FA pun mempertimbangkan keputusan tersebut dan memberinya keringanan dengan mengurangi hukuman menjadi hanya sembilan bulan.

Manajer Sheffield kala itu, Kevin Blackwell, mempertanyakan keputusan tersebut. Menurutnya hukuman sembilan bulan karena “salah minum obat” terlampau keterlaluan. “Kami tahu Paddy bukanlah pengguna doping dan mereka menerima itu. Jika Anda merasa sakit dada dan mengonsumsi obat yang membuatnya lebih baik, itu tak akan membuat Anda menjadi lebih cepat, kuat, dan lebih tinggi,” ucap Blackwell.

Sementara itu Ketua Komisi Peraturan FA saat itu, Christopher Quinlan, menghimbau para olahragawan termasuk pesepakbola untuk lebih ketat dalam memastikan zat apa yang masuk pada tubuh mereka. Pasalnya, olahraga, bukan cuma di sepakbola, melarang sejumlah zat yang bisa meningkatkan performa pemain secara instan. “Adalah tugas semua pesepakbola profesional untuk mengerti risiko dan bahaya dari apa yang dia (Kenny) lakukan (mengonsumsi obat tanpa konsultasi),” himbau Quinlan.

Doping atau obat “peningkat kinerja” merupakan hal yang dilarang dalam olahraga. Sejumlah atlet yang menggunakan doping tak akan lepas dari embel-embel “curang” karena menggunakan zat kimia untuk meningkatkan kemampuan tubuhnya.

Sejumlah federasi olahraga pun telah membuat badan khusus yang mengatur mengenai doping. Bukan cuma olahraga yang mengandalkan fisik macam sepakbola atau balap sepeda, tes doping pun berlaku bagi atlet biliar.

Kolumnis The Guardian, Daniel Taylor, mengungkapkan kalau sejumlah kesebelasan saat ini telah menerapkan aturan khusus: jangan meminum obat sakit kepala tanpa diperiksa terlebih dahulu.

“Pesepakbola diberi kartu anjuran yang didesain cocok dengan dompet sehingga bisa dibawa-bawa. Di tempat latihan terdapat poster buatan FA yang ditempel di dinding. Salah satunya pot suplemen otot yang disebut “Mega Contamined” untuk menunjuk bahaya membeli tanpa pengetahuan. Di ruang ganti tergantung kostum dengan tulisan ‘4 tahun’ di bagian punggung; sebuah peringatan bahwa melanggar aturan dapat menyebabkan larangan bertanding hingga empat tahun,” tulis Taylor.

Selain Paddy Kenny yang tidak sengaja mengonsumsi obat dengan kandungan yang dilarang, terdapat pula nama Kolo Toure yang pernah mengonsumsi pil diet istrinya yang membuatnya dilarang bermain hingga enam bulan.

Kasus yang paling serius sendiri dialami pesepakbola Fleetwood Town, Gerard Kinsella. Saat itu, Kinsella yang tengah menderita cedera bahu meminta sepupunya untuk memberinya dua suntikan untuk meredakan rasa sakit. FA pun menghukum Kinsella selama dua tahun karena terdapat nandrolone, sebuah steroid anabolik yang bisa digunakan untuk membangun jaringan otot dan meningkatkan massa tubuh.

Taylor melihat ada kecenderungan saat ini pesepakbola muda berjuang lebih keras untuk mencapai tim utama. Tidak sedikit mereka yang menghabiskan waktunya di tempat latihan maupun di pusat kebugaran.

Cerita tentang FIFA yang melakukan tes doping terhadap pemain Kosta Rika yang berhasil lolos dari babak grup di Piala Dunia 2014.

Mantan pemain timnas Irlandia, Stephen Hunt, berpendapat kalau hal ini sudah merupakan hal yang biasa terjadi di olahraga manapun. Tekanan terhadap pemain meningkat dan ini membuat mereka terus berusaha untuk menjadi lebih baik. “Para pemain berlatih di pusat kebugaran seperti yang lainnya, tapi mereka membutuhkan lebih. Mereka perlu sesuatu untuk membuat mereka menonjol,” kata Hunt.

Usia 17 hingga 20 menjadi momen krusial bagi pesepakbola muda untuk bisa melihat ke manakah mereka akan pergi, apakah menjadi pesepakbola top atau hanya menjadikannya sebuah hobi. Pada rentang usia tersebut pesepakbola memiliki ketakutan akan kegagalan dan sejumlah hal yang mungkin saja mendera: cedera berkepanjangan, tidak menemukan ritme permainan, hingga rasa ketidakamanan.

Selain pemain muda, sejumlah faktor pun membuat pesepakbola “tidak sengaja” mengonsumsi zat yang mengandung doping. Hal ini yang dilakukan Kolo Toure. Usianya masih 30 tahun saat menjalani hukuman. Padahal, Toure pernah tampil dalam film anti-doping.

Dokter yang dihadirkan FA dalam persidangan berkesimpulan kalau Toure merasa dirinya terlalu gemuk. Ini yang membuatnya mengonsumsi obat diet milik istrinya yang memiliki kandungan yang dilarang.

Toure merasa kalau ia tak bisa mengontrol berat badannya. Buat pesepakbola sepertinya, kelebihan berat badan bisa memengaruhi persaingan di tim utama. Belum lagi  sinisme media terhadap para pemain yang kelebihan berat badan. Toure dianggap bersalah karena tidak melakukan pengecekan lebih lanjut untuk mendapatkan informasi yang relevan.

Melihat besarnya hukuman yang diterapkan FA, agaknya para pesepakbola mesti lebih berhati-hati saat mengonsumsi obat-obatan tertentu. Tanpa adanya anjuran dokter, setiap obat—obat batuk sekalipun—bisa mengandung zat yang diharamkan dalam olahraga.

Dikutip dari Yahoo, nyatanya "obat warung" sekalipun ada saja yang mengandung doping. Dalam artikel Obat Warung yang Masuk Kategori Doping, dimuat pernyataan dokter spesialis olahraga, Hario Tilarso. Hario mencontohkan eferdina yang biasa digunakan dalam kandungan obat asma adalah zat yang dilarang sesuai dengan ketentuan World Anti-Doping Agency.

Hario pun mewanti-wanti agar Anda yang memiliki keinginan untuk berkecimpung di dunia olahraga profesional untuk lebih selektif dalam meminum obat; obat flu sekalipun, karena hukuman berat menanti jika Anda ketahuan mengonsumsi doping. Bukan cuma hukuman larangan bertanding tapi juga menjadi cemoohan masyarakat macam yang dirasakan Lance Amstrong saat ini. Tapi ada juga doping-doping yang diperbolehkan.

Baca juga: Doping di masa lalu yang melibatkan pesepakbola top dunia di sini.

foto: fifa.com

Komentar