Boaz sebagai Mimpi Buruk Persib

PanditSharing

by redaksi

Boaz sebagai Mimpi Buruk Persib

Antiklimaks terjadi pada leg pertama perempat final Piala Presiden 2015. Tiga kemenangan beruntun Persib di fase grup, ketiganya dilalui tanpa kemasukan, harus terhenti di Stadion Segiri, Samarinda, Kalimantan Timur. Persib harus rela menelan pil pahit usai ditaklukan sang tuan rumah, Pusamania Borneo FC, dengan skor 2-3.

Psywar pelatih Borneo FC, Iwan Setiawan, beberapa hari sebelum pertandingan yang sesumbar timnya bakal mengalahkan Persib, bisa dibuktikan di atas lapangan. Iwan pun menyebutkan Persib Bandung bukanlah tim yang spesial plus ejekan bahwa strategi Djajang Nurjaman di atas lapangan begitu-begitu saja dan tidak istimewa.

Di luar urusan psywar Iwan Setiawan serta kepemimpinan yang kurang maksimal dari wasit Iwan Sukoco, ada cerita lain yang perlu disimak. Cerita lain itu datang dari gelontoran dua gol yang dicetak Boaz “Boci” Salossa ke gawang Persib yang dikawal I Made Wirawan yang menahbiskannya sebagai mimpi buruk bagi Persib Bandung.

Di masa lalu, tepatnya dekade 80-an di era perserikatan, yang selalu menjadi mimpi buruk Persib Bandung adalah PSMS Medan. Kesebelasan berjuluk Ayam Kinantan ini dengan gagahnya berkokok di Stadion Senayan, Jakarta, usai mengungguli Persin di dua edisi final Perserikatan, musim 1982-1983 dan 1984-1985.

Kemudian di era Divisi Utama pasca perserikatan, yang menjadi mimpi buruk bagi Persib Bandung adalah Persija Jakarta. Dimulai ketika DU musim 1998-1999 hingga musim 2005-2006, Maung Bandung belum pernah sekalipun mengalahkan Macan Kemayoran, baik pertandingan kandang maupun tandang. Dalam rentang satu windu tersebut, yang telah menghasilkan lima belas kali bentrok, tim asal Ibu Kota tersebut berhasil mengalahkan Persib sebanyak sepuluh kali dan imbang sebanyak lima kali tanpa kekalahan sekali pun.

Jika PSMS Medan di era Perserikatan dan Persija di era Divisi Utama menjadi mimpi buruk bagi Persib, maka di masa kini atau lebih tepatnya di era Indonesia Super League, yang menjadi mimpi buruk bagi Persib adalah seorang Boaz Solossa.

Melihat Boaz berseragam selain Persipura memang janggal, mengingat ia sudah menjadi ikon Persipura sepanjang karirnya.

Merelakan Boaz Solossa Berbaju Oranye



Kesebelasan yang bermarkas di Stadion Si Jalak Harupat ini belum pernah sekalipun merasakan kemenangan ketika berhadapan dengan adik kandung Ortizan Solossa tersebut dalam waktu normal. Ternyata tak hanya ketika Boaz berseragam Persipura, saat Boaz kini membela Pusamania Borneo FC demikian.

Total dari sembilan pertandingan melawan Persib yang sudah dilalui pemain bernama lengkap Boaz Theofilius Erwin Solossa ini, belum pernah sekalipun Boci merasakan kekalahan. Dari sembilan pertandingan yang pernah dilalui Boaz bersama Persipura, Boci berhasil meraih enam kemenangan ditambah tiga hasil imbang. (hasil di final ISL 2014 dianggap imbang karena berakhir seri di waktu normal).

Ditambah gelontoran dua golnya ke gawang Made Wirawan saat berseragam Pusamania Borneo FC,  Boaz masih menjaga rekor belum pernah kalah dari Persib. Bahkan pundi-pundi golnya ke gawang Persib pun bertambah menjadi lima. Masing-masing tiga untuk tim Mutiara Hitam dan dua untuk Pesut Etam.

Kita tentu masih ingat bagaimana final Indonesia Super League musim 2014 lalu yang dihelat di Stadion Jakabaring Palembang berlangsung. Meskipun kalah melalui drama adu penalti, toh pada final tersebut Boaz berhasil melesakan satu gol di waktu normal dan sukses menyumbangkan satu angka ketika drama adu penalti.

Boaz sebagai mimpi buruk Persib ini terlihat jelas di laga Piala Presiden. Bukan semata karena ia mencetak dua gol, namun hampir di setiap momen ketika Boaz menguasai bola di pertahanan Persib ia nyaris selalu berbahaya. Bobotoh yang menonton di stadion atau melaui layar televisi dibuat was-was oleh pergerakan seorang Boci. Mereka seperti menahan nafas ketika tendangan-tendangan seorang Boaz mengarah ke gawang Persib.

Pada pertandingan di Stadion Segiri beberapa hari lalu, agresifitas Boaz sebenarnya bisa diredam oleh Hariono pada babak pertama. Akan tetapi pasca Yohanes Fernando Pahabol masuk menggantikan Jajang Mulyana pada menit ke 60, strategi yang diusung Djanur pun menjadi berantakan.

Hal ini membuat seorang Hariono, yang tadinya menjaga pergerakan Boaz, harus beralih menjaga pergerakan Pahabol dan membiarkan seorang Boaz Salossa bergerak bebas di depan kotak penalti Persib nyaris tanpa penjagaan. Dan situasi itulah yang menyebabkan terciptanya gol kedua Pusamania Borneo FC oleh Boaz Salossa. Hariono lebih mengikuti pergerakan Pahabol ke sisi kanan dan meninggalkan Boci di area tengah tanpa penjagaan. Sedangkan gol kedua Boaz lebih kepada keterlambatan Diaz Angga Putra mengikuti pergerakan Boaz di sisi kanan pertahanan Persib.

Baca juga;

Aubade untuk Boaz: Yang Tak Patah Meski Pernah Patah


Akal Sehat dalam Tiga Kejadian Bersama Boaz



Itulah Boaz Theofilius Erwin Solossa, salah satu bakat terbaik yang dimiliki Indonesia. Pria kelahiran Sorong, Papua Barat, ini pernah menjadi top skor Indonesia Super League sebanyak tiga kali yakni pada musim 2008/09, 2010/11 dan 2012-2013 serta pemain terbaik ISL pada musim 2008-2009, 2009-2010, dan 2012-2013. Ia berhasil ketika mengantarkan Mutiara Hitam meraih trofi juara ISL bagi pada 2009, 2011, dan 2013.

Riwayat cedera parah yang pernah dialaminya pada tahun 2004, 2007 serta pada 2012 tidak menurunkan kualitas  Boaz. Malah Boaz seperti makin menjadi-jadi. Seiring cedera, juga seiring perjalanan usia, Boaz justru semakin matang.

Secara emosi ia lebih terkendali, secara permainan ia lebih mematikan. Meski sudah tidak terlalu sering ia menyisir pinggir lapangan sembari membawa bola, namun ketajamannya di dalam kotak penalti kian mengerikan.

Sabtu nanti, ketika leg kedua digelar di stadion Jalak Harupat, akan menjadi pembuktian bagi Persib untuk mematahkan mimpi buruk yang diberikan Boaz. Mereka harus mengalahkan Pusamania jika ingin lolos. Seri, apalagi kalah, hanya membuat Persib harus keluar gelanggang Piala Presiden.

foto: bola.kompas.com

Komentar