Potret Inter yang Baru dalam Derby della Madonnina

Cerita

by Randy Aprialdi

Randy Aprialdi

Pemerhati kultur dan subkultur tribun sepakbola. Italian football enthusiast. Punk and madness from @Panditfootball. Wanna mad with me? please contact Randynteng@gmail.com or follow @Randynteng!

Potret Inter yang Baru dalam Derby della Madonnina

Laga derby della Madonnina pada April musim Serie-A 2014/2015 lalu berlangsung demikian datar. Jauh dari luar bayangan kualitas dan rivalitas duo Milan seperti biasanya. Pertandingan tersebut seolah kehilangan maknanya. Baik Internazionale Milan maupun AC Milan bermain seolah tanpa tantangan untuk berlomba-lomba mendapatkan tempat di Liga Champions 2015/2016.

Musim lalu memang menjadi begitu menyedihkan bagu dua kesebelasan Milan. Internazionale Milan berakhir di peringkat delapan klasemen dan AC Milan terdampar di posisi ke-10 klasemen akhir Serie-A 2014/205. Serunya derby, yang kerap diperkaya oleh situasi perburuan gelar juara atau minimal memperebutkan slot tersisa di Eropa, tak ada lagi di derby musim lalu. Datar.

Tapi pada Derby Kota Milan jilid satu Serie-A 2015/2016, makna rivalitas itu kembali menemukan maknanya. Media La Gazzetta Dello Sport menganggap jika aktifnya dua kesebelasan tersebut selama bursa transfer musim panas membuat Derby della Madonnina benar-benar tampak seperti dulu lagi.

Pertandingan itu sendiri memperlihatkan kecenderungan dua kesebelasan di musim ini, terutama Inter di tangan Roberto Mancini yang gemar memakai formasi 4-3-kini mengubah seleranya menjadi 4-3-1-2. Hasilnya, pada dua laga Serie-A sebelumnya, I Nerazzurri, julukan Inter, menjadi lebih fungsional, kuat dan tegas. Juga akhirnya bisa menaklukan Milan dengan skor tipis 1-0 di Stadion Giuseppe Meazza, Senin (13/9) dini hari.

Stevan Jovetic menunjukan kreativitasnya setelah tidak terpakai Manchester City pada musim lalu. Sekarang dirinya telah menjadi tandem serasi Mauro Icardi. Saat melawan Milan, pergerakan tanpa bola keduanya mampu menciptakan ruang kepada Fredy Guarin untuk mencetak gol pada menit ke-58.

Dari golnya tersebut Guarin seakan hendak mempelrihatkan dirinya masih bisa bersinar bahkan walau pun Inter kini sudah diperkuat 10 wajah baru. Kendati demikian Guarin masih mendapatkan kritik atas permainannya dianggap belum konsisten. Pemain asal Kolombia tersebut serasa telat panas dan baru bermain baik ketika babak kedua dimulai. Kendati demikian ia tetaplah penentu. Guarin bermain gemilang ketika melawan Carpi dan sekali lagi ia menunjukan kemampuannya pada Derby della Madonnina kali ini.

Sementara itu di lini belakang Juan Jesus telah mengubah dirinya menjadi full-back kiri yang solid. Juan Jesus juga bisa menutupi kebutuhan lain pada posisi aslinya sebagai bek tengah jika diperlukan. Peran bertahannya berandil besar ketika menahan gempuran I Rossoneri, julukan Milan, salah satunya ketika menjegal Luiz Adriano pada menit-menit terakhir penampilannya sebelum diganti Alex Telles pada menit ke-68.

Justru pemain lain yang dianggap tidak terlalu menikmati kemenangan ini adalah Andrea Ranocchia. Kedatangan Joao Miranda dan  Jeison Murillo membuat persaingan di posisi bek tengah Nerazzurri semakin sengit. Dan itu menyulitkan Ranocchia.

Padahal jelang Derby della Madonnina, Ranocchia yang diproyeksikan bakal mengisi posisi bek tengah setelah Miranda dikabarkan cedera. Tapi pada pertandingan melawan Milan tersebut Mancini seolah menegaskan dirinya tidak perlu memaksa menurunkan pemain yang sedang dalam bawah performa seperti yang sering dilakukannya pada musim lalu. Apalagi pada laga kemarin Gary Medel cukup baik berperan sebagai bek tengah.

"Dalam hal seperti ini pelatih selalu bisa disalahkan, tapi itu terserah pemain untuk memastikan bahwa performanya bisa membuatnya kembali dimainkan," ujar Mancini.

Kemenangan Inter atas Milan pada Derby della Madonnina jilid satu ini mungkin menjadi penegas bahwa Nerazzuri sangat siap bersaing. Pasalnya mereka membuat rekor 100 persen kemenangan sejak dimulainya Serie-A 2015/2016 dan diakhiri dengan menaklukan rival satu kota melalui penampilan yang memperlihatkan daya juang yang keras.

Meskipun sebelumnya sudah memenangkan dua pertandingan pertama mereka melawan Atalanta dan Carpi, namun masih ada sebuah tanda tanya di sekitar kinerja Inter secara keseluruhan. Beberapa masalah yang dikhawatirkan adalah para pemain baru mereka masih membutuhkan waktu untuk memahami satu sama lain.

Tapi kemenangan atas Rossoneri adalah hal penting untuk menunjukan kesebelasan ini mampu berjuang satu sama lain, terutama ketika mempertahankan keunggulan. Dari proses itu terlihat suasana kesebelasan juga tampak berbeda dalam soliditas bertarung sampai menit akhir secara kolektif.

Saat ini Inter tengah duduk sendirian di puncak klasemen sementara Serie-A 2015/2016 untuk pertama kalinya sejak lima tahun terakhir. Untuk sementara, bisalah mereka sedikit bangga atas pencapaian di awal musim ini. Apalagi Mancini sebetulnya tidak pernah membayangkan skenarionya bisa berjalan seindah ini sejak awal musim.

Walau, tentu saja, mereka harus tetap memperbaiki penampilannya dan menambal kelemahan-kelemahan yang masih tampak.

"Jika ini menentukan ketika akhir musim nanti, tentu saja kami akan senang," kata Mancini soal performa dan kinerja Inter di awal musim.

Inter dan Mancini sekarang sudah boleh berharap bahwa mereka telah menjelma menjadi salah satu kandidat juara. Urusan terdekat mereka adalah menghadapi Chievo yang sedang melejit menempati peringkat dua klasemen sementara musim ini. Jika mereka berhasil mengatasi Chievo, kepercayaan diri Inter niscaya akan makin tebal.

Sumber : ESPN, Football Italia, La Gazzetta Dello Sport, Sport Mediaset

Komentar