Satu Kemenangan untuk Mimpi-Mimpi Slovakia

PanditSharing

by Pandit Sharing

Pandit Sharing

Ingin menulis di PanditFootball.com? Kirimkan ke sharingpandit@gmail.com

1. Lengkapi dengan biodata singkat dan akun Twitter di bawah tulisan
2. Minimal 900 kata, ditulis pada file Ms. Word
3. Tulisan belum pernah dipublikasikan di media apapun (blog, website, forum, dll)
4. Tambahkan alamat lengkap dan nomor HP (tidak dipublikasikan)

Satu Kemenangan untuk Mimpi-Mimpi Slovakia

Oleh: Budi Windekind


Perceraian Beludru, walau terjadi dengan damai, melahirkan ketidakadilan sepakbola bagi Slovakia. Lewat kerja kerasnya, Slovakia kini sudah berada sangat dekat dengan impian besarnya.

Dunia mencatat nama Cheskaslovakia sebagai salah satu negara besar sepakbola dunia. Pada masanya, pemain-pemain Tim Nasional Cheskaslovakia setara dengan para pemain terbaik dunia. Sebut saja Josef Masopust yang merebut penghargaan Pemain Terbaik Eropa tahun 1962 atau Antonín Panenka, pahlawan Cheskaslovakia di final Piala Eropa 1976 yang penalti khasnya banyak ditiru pesepakbola masa kini.

Semua tinggal cerita karena Cheskaslovakia sudah tidak ada. Sejak 1 Januari 1993, Cheskaslovakia pecah menjadi dua negara, Republik Cheska dan Slovakia. Perpisahan yang berlangsung damai ini kemudian dikenal sebagai Perceraian Beludru.

Semenjak saat itu pula sepakbola Cheskaslovakia ikut berganti kulit. Republik Cheska beruntung karena mewarisi prestasi dan skuad timnas Cheskaslovakia. Sebaliknya, Slovakia harus membangun timnasnya sendiri dari nol. Slovakia yang sudah menjadi anggota UEFA sejak 1993, baru diterima keanggotannya di FIFA pada 1994.

Selain memecah satu negara menjadi dua, Perceraian Beludru juga memberi rasa baru di tingkat pertandingan antarklub. Baca juga tulisan kami tentang Sparta Prava melawan Slovan Bratislava di sini.


Slovakia perlahan membenahi sepakbola mereka agar dapat bersaing dengan negara-negara lain, khususnya di Benua Eropa. Kualifikasi Euro 1996 menjadi début Slovakia di pertandingan resmi. Tergabung dalam Grup 1 bersama Rumania, Prancis, Polandia, Israel dan Azerbaijan, Slovakia tampil cukup apik dengan menduduki peringkat ketiga klasemen berkat empat kemenangan, dua hasil imbang, dan empat kekalahan. Walau demikian itu belum cukup untuk mengantar mereka ke Euro 1996 yang diselenggarakan di Inggris.

Di saat yang bersamaan, Republik Cheska menunjukkan prestasi yang jauh lebih baik dengan menembus putaran final. Bahkan Tomáš Skuhravý dkk. berhasil melaju hingga partai final walau pada akhirnya di partai puncak mereka dikalahkan Jerman dengan kedudukan akhir tipis 2-1.

Gagal di kualifikasi Piala Eropa 1996, Slovakia menatap tantangan berikutnya: kualifikasi Piala Dunia 1998. Hasil minor pun didapatkan oleh Slovakia kala melakoni debut mereka di babak kualifikasi Piala Dunia 1998. Tim yang saat itu diasuh oleh Jozef Jankech tidak mampu menorehkan catatan gemilang. Mereka hanya mampu menempati posisi keempat – di belakang Spanyol, Yugoslavia, dan Republik Cheska – di Grup 6.

Pembenahan masif pun dilakukan oleh Slovenský futbalový zväz (SFZ), induk organisasi sepakbola Slovakia, khususnya di sektor pembinaan pemain muda, kepelatihan dan infrastruktur. Semuanya dilakukan demi mewujudkan mimpi bermain di dua turnamen prestisius, Piala Eropa dan Piala Dunia.

Perbaikan yang dilakukan pun membuahkan hasil. Beberapa pemain berbakat Slovakia mulai bermunculan di awal era 2000-an. Sebut saja Marek Mintál, Martin Škrtel, Stanislav Šesták, dan Róbert Vittek. Nama-nama seperti Marek Hamšík, Vladimír Weiss Jr., dan Miroslav Stoch menyusul beberapa tahun kemudian.

Nama-nama diatas mulai mencuat tatkala bermain di klub-klub kelas menengah di Liga Jerman, Prancis, dan Italia. Pada akhirnya bakat-bakat emas Slovakia tersebut semakin diakui kualitasnya dan direkrut kesebelasan-kesebelasan yang lebih mapan. Per 2007, Hamšík menjadi dinamo di lini tengah Napoli setelah empat tahun membela Brescia. Setahun berselang, Škrtel direkrut Liverpool dari Zenit St. Petersburg.

Dengan materi pemain yang jauh lebih kuat dibanding tahun-tahun awal pasca merdeka, impian SFZ akhirnya tercapai di tahun 2010. Secara mengejutkan Slovakia berhasil keluar sebagai juara Grup 3 di babak kualifikasi Piala Dunia mengungguli Slovenia, Irlandia Utara, Polandia, San Marino serta mantan saudara yang kini jadi rival bebuyutan, Republik Cheska. Ketika itu Slovakia mencatat rekor tujuh kali menang, sekali seri dan cuma kalah dua kali dari sepuluh laga. Bala tentara Vladimír Weiss (ayah dari Vladimír Weiss Jr.) pun berhasil lolos ke Piala Dunia untuk pertama kalinya sepanjang sejarah. Keberhasilan ini disambut dengan sukacita di seluruh penjuru Slovakia.

Akan tetapi kesuksesan tim berjuluk Repre di babak kualifikasi dianggap belum cukup sehingga kehadiran mereka tetap dipandang sebelah mata. Apalagi hasil undian membawa mereka satu grup dengan Italia, sang juara bertahan Piala Dunia. Dalam grup yang sama, Slovakia juga harus berhadapan dengan salah satu raksasa Amerika Latin, Paraguay. Satu negara lain yang melengkapi empat tempat di Grup F adalah debutan asal Zona Oseania, Selandia Baru. Dengan susunan seperti ini, Slovakia diprediksi akan menyudahi kiprahnya di babak penyisihan grup.

Rupa-rupanya anggapan remeh tadi berhasil dipatahkan oleh Ján Mucha dkk. Bom Slovakia benar-benar meledak di Piala Dunia 2010 hingga mencuri perhatian dunia. Hasil imbang 1-1 di laga pertama melawan Selandia Baru, yang disusul kekalahan 0-2 melawan Paraguay, sama sekali tak membuat Slovakia kehilangan asa. Mereka mengalahkan Italia, sang juara bertahan, dengan skor 3-2, dalam sebuah pertandingan yang disebut epic oleh ESPN.

Bukan tanpa alasan ESPN menyematkan julukan tersebut. Dalam pertandingan penting untuk kedua negara tersebut, tiga gol tercipta setelah menit ke-80; dua untuk Italia dan satu untuk Slovakia. Laga ini sendiri sempat ditandai oleh keputusan kontroversial wasit asal Inggris, Howard Webb, yang menganulir gol Italia ciptaan Fabio Quagliarella di menit ke-85 akibat offside. Koleksi empat angka hasil dari sekali menang, seri dan kalah, pada akhirnya cukup untuk mengantar Slovakia lolos dari Grup F sebagai runner-up dibawah pemuncak klasemen, Paraguay.

Di babak enam belas besar, Slovakia sudah ditunggu salah satu jagoan dari benua biru, Belanda. Disinilah perjuangan Hamsik dkk. berakhir setelah dua gol dari Arjen Robben di menit ke-18 dan Wesley Sneijder di menit ke-84 cuma bisa dibalas gol semata wayang Róbert Vittek dari titik putih di menit ke-90. Namun di laga itu Belanda dibuat kerepotan menembus pertahanan Slovakia yang digalang oleh Martin Škrtel dan Ján ?urica. Beberapa peluang yang Slovakia ciptakan juga membuat kiper Oranje, Maarten Stekelenburg, harus berjibaku mencegah terciptanya gol.

Bermain di ajang bergengsi seperti Piala Dunia sampai babak perdelapanfinal merupakan prestasi tersendiri bagi negara yang baru berumur tujuh belas tahun. Maka anak asuh Vladimír Weiss pun tidak pulang dengan kepala tertunduk karena ada kebanggaan yang menggelora di dada mereka. Masyarakat Slovakia juga memuja tim nasional mereka.

Satu mimpi SFZ untuk mentas di Piala Dunia telah tercapai, namun satu impian lain, bermain di Piala Eropa, belum terwujud. Yang terdekat saat itu adalah Euro 2012 di Polandia dan Ukraina. Sayang, kesempatan itu terlewatkan begitu saja sebab Slovakia rontok di babak kualifikasi karena gagal bersaing dengan Rusia dan Irlandia di grup B.

Upaya mereka menembus Piala Dunia 2014 di Brasil pun luluh lantak akibat tak sanggup menangkal kedigdayaan duo Bosnia-Herzegovina dan Yunani di grup G babak kualifikasi walau telah ditukangi nama baru, Ján Kozák, per Juli 2013. Meskipun gagal ke Brasil, SFZ tak lantas melengserkan Kozák dari jabatannya. Ia tetap dipercaya penuh untuk meloloskan Slovakia ke Euro 2016.

Ingin membuktikan diri, Kozak pun berjuang keras untuk memenuhi harapan tersebut. Kepercayaan federasi dijawab dengan apik oleh Kozák karena hingga saat ini, Slovakia berada di trek yang benar. Secara mengejutkan, Hamšík dkk. berada di puncak klasemen grup C babak kualifikasi Piala Eropa 2016, satu strip diatas jawara Euro edisi sebelumnya, Spanyol. Rekor yang ditorehkan Repre juga sangat ciamik, enam kemenangan dari enam pertandingan yang sudah dilakoni alias mengoleksi poin sempurna. Yang paling heroik adalah ketika menjinakkan Tim Matador dengan skor 2-1 di ÂŽilina pada Oktober 2014 lalu.

Namun itu sebelum mereka bertemu dengan Spanyol untuk kali kedua. Sabtu (5/9) lalu Slovakia dikalahkan Spanyol dua gol tanpa balas di Oviedo. Slovakia turun ke peringkat kedua karenanya, kalah selisih gol dari Spanyol.

Secara matematis Slovakia tetap berpeluang tampil di Piala Eropa. Walau demikian, mereka tidak boleh jemawa karena posisinya sama sekali belum aman. Selain Spanyol, Ukraina juga memiliki peluang untuk mencuri tempat di putaran final. Jika Slovakia tergelincir, tiket lolos otomatis pun akan melayang.

Semua kekhawatiran ini dapat diakhiri dalam waktu dekat. Selasa (8/9) ini Slovakia akan menjamu Ukraina di ÂŽilina. Jika mampu mengalahkan Ukraina, peluang Slovakia akan semakin besar karena saat ini saja sudah ada tiga angka yang memisahkan keduanya. Jika Slovakia memenangi pertandingan ini, maka raihan poin Slovakia tidak akan terkejar oleh Ukraina walau di dua pertandingan terakhir Grup C Slovakia tidak meraih tambahan angka. Jika demikian, walau meraih enam angka dari dua pertandingan setelah melawan Slovakia, Ukraina tetap harus mendapat bantuan keunggulan selisih gol.

Begitu besar peluangmu untuk lolos otomatis. Selamat berjuang, Repre!

Penulis berdomisili di Mataram, Nusa Tenggara Barat. Dapat dihubungi lewat akun Twitter @ Windekind_Budi

Komentar