Berusaha Tegar Menghadapi Jeda Internasional

Panditcamp

by Pandit Sharing

Pandit Sharing

Ingin menulis di PanditFootball.com? Kirimkan ke sharingpandit@gmail.com

1. Lengkapi dengan biodata singkat dan akun Twitter di bawah tulisan
2. Minimal 900 kata, ditulis pada file Ms. Word
3. Tulisan belum pernah dipublikasikan di media apapun (blog, website, forum, dll)
4. Tambahkan alamat lengkap dan nomor HP (tidak dipublikasikan)

Berusaha Tegar Menghadapi Jeda Internasional

Karya R.M. Agung Putranto Wibowo

Hampir bisa dipastikan tidak ada suporter klub manapun di dunia ini yang menyukai kehadiran jeda internasional. Ketika akhir pekan menjadi waktu yang ditunggu para lajang, hilangnya pertandingan klub-klub Eropa membuat para lajang kebingungan. Mereka jadi tidak punya sarana untuk membunuh waktu kala malam menjelang. Alhasil, mereka kembali meratapi fragmen percintaan sembari berusaha tegar menonton tayangan sepakbola.

Pertandingan sepakbola dalam sepekan memang tetap bergulir. Para pemain pujaan tetap tampil di layar kaca meski dengan logo kostum yang berbeda dari biasanya, akan tetapi ada perasaan jengkel sebab butuh waktu lama untuk kembali melihat klub favorit berlaga.

Membayangkan jengkelnya jeda internasional ibarat saat jam pelajaran olahraga, sang guru malah memaparkan teori di dalam kelas. Sejumlah pemain baru yang didatangkan klub harus rela menunda debut mereka selama sepekan, bahkan bisa lebih lama apabila mereka mengalami cedera ketika tampil bela negara. Betapa jeda internasional sangat menjengkelkan sekaligus menjadi mimpi buruk bagi klub.

Bayangkan tren positif Roma harus terhenti akibat Edin Dzeko mengalami patah kaki saat membela Bosnia atau Nainggolan mengalami hamstring kala membela Belgia. Tentunya akan menjadi sebuah kerugian besar yang diderita Roma, mengingat kedua pemain tampil brilian di dua laga awal Serie A..

Lain kisah dengan pendukung United, Chelsea, dan Liverpool yang mencoba ceria dengan melihat jeda internasional sebagai ajang pemulihan dari trauma kekalahan. Kendati harus ikut-ikutan jengkel tiada dapat menyaksikan tim favorit berlaga pekan ini, terselip doa pada momentum jeda internasional sembari berusaha tegar menonton tayangan sepakbola.

Buruknya penampilan terakhir Liga Inggris menjadikan momentum jeda internasional sebagai ajang refleksi sekaligus berbenah diri. Para manajer punya waktu lebih panjang untuk mendiagnosis celah-celah penyebab tim terserang wabah keterpurukan. Bukan tidak mungkin saat Liga Inggris kembali bergulir, kita akan melihat United, Chelsea, dan Liverpool tampil berbeda. Selayaknya Bruce Wayne dalam film “Batman Begins” yang kembali tampil heroik pasca hijrah ke pegunungan Timur.

Beda Pandangan

Bagi klub yang para pemain kuncinya harus berlaga pada jeda internasional, tentu menghadirkan kekhawatiran bagi para pelatih dan suporter. Selain cedera yang kerap menghantui, motivasi bermain untuk klub juga bisa terganggu akibat dilanda keletihan.

Sementara bagi klub yang para pemainnya tidak dipanggil timnas, jeda internasional jelas keberkahan. Stamina yang terkuras pasca mengarungi ketatnya kompetisi membuat jeda internasional muncul sebagai momentum mengembalikan kebugaran fisik para pemain. Lebih dari itu, jeda internasional juga mampu menstabilkan kondisi psikis mereka. Pasalnya pada akhir pekan dapat digunakan untuk bersantai bersama keluarga. Bagaimanapun pesepakbola juga manusia, baik buruknya performa di dalam lapangan sedikit banyak terpengaruh akan faktor non-teknis yang terjadi di luar lapangan.  

Jeda internasional membuat beberapa pelatih beda pandangan. Benitez mengutarakan kepada Marca, bahwa Madrid membutuhkan adanya jeda internasional untuk memulihkan fisik para pemain. Maklum kemenangan 5-0 atas Real Betis membuat sejumlah penggawa kelelahan.

Selain itu, Madrid juga berharap tuah jeda internasional bagi Cristiano Ronaldo tetap berlanjut. Ronaldo adalah antitesa dari tesis yang menyatakan bahwa pemain akan tampil di bawah performa pasca jeda internasional. Menurut situs realmadrid.com, penyerang Portugal itu selalu tampil tajam sepulang dari timnas.

Hal ini dimulai pada September 2013 di Madrigal, kala itu Ronaldo mencetak satu dari dua gol kemenangan Real Madrid. Berlanjut pada jeda internasional di bulan Oktober, November dan Maret, CR7 juga mencetak gol ke gawang Malaga, Almeria dan Levante.

Tidak senada dengan Benitez, Mourinho justru mengecam jeda internasional. "Gara-gara jeda internasional, laga berikutnya akan dilangsungkan dalam 15 hari lagi. Saya tak tahu apa yang akan terjadi dalam 15 hari. Setiap pemain pergi memperkuat negaranya dan saya akan di sini selama dua pekan dengan hanya empat pemain saja," keluhnya seperti dilansir Sports Mole.

Wajar Mourinho mengeluh, ia dibuat khawatir bahwa anak asuhnya sudah tidak bernafsu lagi memetik kemenangan pasca jeda internasional. Chelsea seolah berada dalam lingkaran setan. Ketika tim tengah tampil buruk, sejumlah pemain kunci beresiko cedera saat berlaga memperkuat timnas. Alih-alih keluar dari situasi krisis dan menjelma sosok Bruce Wayne dalam kisah “Batman Begins”, Chelsea kemungkinan akan semakin terpuruk karena faktor kebugaran pemain.

Baca juga

Mengutuk Jeda Internasional


Suporter dan Hal-hal yang Tak Terbeli dari Sebuah Klub


6 Alasan Kenapa Anda Masih Harus Menonton Sepakbola Indonesia di Stadion



Situasi demikian tentu sangat dihindari Chelsea. Itulah sebabnya para pendukung Chelsea hanya bisa berpasrah diri sembari berusaha tegar melihat Hazard dilanggar keras saat berkostum Belgia.

Menjadi Suporter Indonesia Saat Jeda Internasional

Bagi para suporter timnas Indonesia, kehadiran jeda internasional merupakan ironi. Sudah tak dapat menyaksikan klub favorit berlaga, tak dapat pula menyaksikan timnas sendiri berlaga. Ketika lagu kebangsaan negara-negara lain berkumandang di layar kaca, mata para suporter timnas Indonesia berkaca-kaca bukan karena menghayati senandung asing tersebut. Ada watak cemburu sebab Indonesia Raya sudah cukup lama membisu.

Tapi kini setidaknya ada “Piala Presiden”. Sungguh pelampiasan yang bisa dianggap sebagai alternatif ketika mata kita sedang tak dimanja pertandingan-pertandingan liga Eropa.

Kita mengutuk jeda internasional yang membuat akhir pekan terlihat membosankan. Kita mengutuk pula para pemain kunci yang bertanding dalam rangka bela negara, sebab dikhawatirkan akan mengalami cedera atau kehilangan gairah bermain untuk klub. Kita juga mengutuk sikap konyol para pengurus sepakbola Indonesia hingga menyebabkan timnas dihukum FIFA.

Ujung-ujungnya, lagi-lagi-, akhir pekan kita penuh dengan kutukan-kutukan sembari berusaha tegar menghadapi jeda internasional.

Penulis yang merupakan mahasiswa fakultas hukum Universita Indonesia ini adalah peserta #panditcamp gelombang kedua. Beredar di dunia maya dengan akun twitter @agungbowo26.

Komentar