Sekelumit Kisah Saya dan Hakan Sukur, si Pencetak Gol Tercepat di Piala Dunia

Backpass

by Redaksi 38

Redaksi 38

Pandit Football Indonesia mengkhususkan pada analisis pertandingan sepakbola, statistik dan liga, juga sejarah perkembangan sepakbola dan evolusi taktiknya

Sekelumit Kisah Saya dan Hakan Sukur, si Pencetak Gol Tercepat di Piala Dunia

Bagi kebanyakan orang, umur 11 tahun adalah masa di mana seorang anak ingin tahu segalanya; termasuk perihal sepakbola. Saya masih ingat ketika 11 tahun dulu, saya sampai merengek-rengek khas bocah kepada ibu agar minta dibelikan baju bola. Saat itu, bertepatan juga dengan gelaran Piala Dunia 2002.

Piala Dunia yang pertama kalinya diselenggarakan di benua Asia tersebut mempermudah saya menontonnya tanpa harus mengendap-endap tengah malam untuk sekadar menonton tayangan sepakbola liga Eropa. Tentu saja, Brazil sebagai unggulan Piala Dunia 2002 yang mempunyai andalan �"Trio R�" Ronaldo, Ronaldinho dan Rivaldo menjadi primadona di kalangan anak-anak, termasuk saya sendiri.

Sebagai penggemar sang maestro, Ronaldinho, saya juga terkesima dengan penampilan Turki saat iu. Duet Hakan Sukur dan si botak Hasan Sas menjadi fokus utama kala itu meski pemain lainnya pun tak kalah cemerlang. Hal ini juga lah alasan saya merengek meminta kepada ibu saya untuk memiliki kostum tandang Turki (putih) yang mereka pakai saat mendapatkan medali perunggu Piala Dunia 2002 tersebut.

�"Yang terpenting, kostum tersebut keren seperti Hakan Sukur yang notabene adalah pemain bola muslim dan teman-teman sebayaku belum ada yang punya;�" cetus saya.

***

Tepat hari ini, 1 september, 44 tahun yang lalu, sang pahlawan Turki itu dilahirkan di Adapazari, Sakarya, salah satu kawasan di barat laut negara Turki. Karir sepakbola masa kecilnya dihabiskan bersama kesebelasan lokal yang bernama Sakaryaspor. Ia juga mendapatkan debutnya di kompetisi tertinggi liga Turki bersama Sakaryaspor.

Sebelum ia dikenal banyak oleh para penggemar sepakbola, termasuk saya ketika kanak-kanak dulu, Hakan Sukur sudah malang melintang dan sukses merajai Eropa bersama Galatasaray. Meski bukan menjuarai liga Champions Eropa, Galatasaray dengan gagahnya menaklukkan Arsenal di final piala UEFA setelah beradu taktik selama 120 menit.

Pertandingan yangberakhir 0-0 tersebut dilanjutkan ke babak adu tos-tosan dan berhasil dimenangkan oleh Galatasaray dengan skor 4-1. Satu-satunya gol Arsenal dicetak oleh Ray Parlour sedangkan Patrick Viera dan Davor Suker gagal mengeksekusinya. Di kubu Galatasaray, Ergun Penbe, Umit Davala dan George Popescu serta Hakan Sukur berhasil mengeksekusinya dengan baik. Galatasaray menjadi juara untuk pertama kalinya. Dan sampai saat ini, mereka adalah satu-satunya kesebelasan Turki yang mampu menggondol trofi kompetisi Eropa.

Ketika ia merasa cukup bersama Galatasaray, Hakan Sukur melanglang buana dengan hijrah ke kota Milan di musim 2000-01 tepatnya untuk bergabung bersama Inter Milan dan sempat juga ia bermain untuk Parma pada musim 2001-02. Tak kunjung bersinar, ia hijrah ke Inggris bersama Blackburn Lovers pada musim selanjutnya dan lagi-lagi hanya semusim saja.

Dari total 60 kali bermain bersama tiga kesebelasan tersebut, ia hanya mencetak 11 gol. Catatan yang buruk bagi pemain sekelas Hakan Sukur waktu itu. Padahal, saat di Galatsaray, ia dijuluki sebagai �"Kral�" atau �"Sang raja�" dalam bahasa Indonesia. Julukan tersebut mengacu kepada kepiawannya mencetak gol dan menjadi top skor liga Turki

Menjelang pagelaran Piala Dunia 2002, Hakan Sukur tetap dipanggil oleh Senol Gunes untuk menjadi juru gedor tim nasional meski penampilannya di Italia sangatlah melempem. Baginya, yang terpenting tampil di Piala Dunia untuk pertama kalinya.

Sejalan penampilan tim nasional Turki yang menjadi kuda hitam di pagelaran tersebut, ternyata Hakan Sukur baru mengukirkan namanya dalam daftar pencetak gol untuk Turki saat perebutan juara ketiga. Meski begitu, ia melakukannya dengan sangat spesial, dengan cara yang tak mungkin orang lain melupakannya.

Ketika kedua penyerang Korea Selatan mulai melakukan kick-off dan mengalirkan bola ke lini belakang untuk membangun serangan, pemain Turki yang dikomandoi oleh Hakan Sukur mulai memberikan tekanan tinggi hingga seperti akhir penyerangan mereka.

Pemain bertahan Korea Selatan yang terlihat canggung ketika bermain di depan 63.484 pendukungnya sendiri akhirnya melakukan kesalahan yang mampu dimanfaatkan oleh Hakan Sukur. Pertandingan yang baru berumur 11 detik tersebut menjadi saksi gol dari sang kapten sekaligus veteran kesebelasan Turki. Secara resmi, Hakan Sukur mengantongi rekor pencetak gol tercepat di ajang sebesar Piala Dunia.

Pertandingan yang didominasi oleh Turki tersebut akhirnya berakhir manis bagi Hakan Sukur dan kawan-kawan. Sebab, prestasi medali perunggu di kejuaran ini adalah hal yang sulit. Tak banyak negara yang mampu mencapai fase seperti Turki.





�"Gol saya di ajang (Piala Dunia) ini datang sangat terlambat dan saya harus menunggunya sampai hari ini (partai terakhir)�" ungkap Hakan Sukur.

�"Meski saya bermain di beberapa pertandingan Piala Dunia, saya tidak selalu beruntung dapat mencetak gol. Namun hari ini saya sangat bahagia�" lanjut Sukur seperti dikutip dari BBC.

Tak ketinggalan juga sang pelatih, Senol Gunes mengungkapkan kebahagiaannya. Ia berujar bahwa �"tim ini telah bermain sangat baik dan kami selalu bialng bahwa Turki datang (ke Piala Dunia) dengan rasa bangga dan kami kembali dari sana pun dengan kebanggan�".

***

Kini, meski Hakan Sukur sudah sekian lama gantung sepatu dan mulai menapaki dunia karir yang lain, akan tetapi ingatan tentang dirinya dari orang-orang yang pernah menyaksikan dirinya di lapangan sepakbola tak akan pernah hilang. Mudah saja untuk mengingat Hakan Sukur. Cukup memberi pertanyaan �"siapa pencetak gol tercepat di Piala Dunia�", dan serentak orang-orang pasti menjawab �"Hakan Sukur�".

Bagi saya, di hari ulang tahunnya ini, ingin menghaturkan maaf karena baju Turki pemberian ibu saya (baca: hasil merengek-rengek) itu kini telah raib entah di mana. Karena, yang terpenting, saya telah memakai kostum tersebut saat bermain bola di sore hari dengan rasa bangga karena tak ada lagi yang punya (kostum tersebut) di tempat bermain sore itu selain saya.

Foto: pixabay

Komentar