Menjadi Manusia-Pesepakbola yang Seutuhnya

PanditSharing

by Pandit Sharing

Pandit Sharing

Ingin menulis di PanditFootball.com? Kirimkan ke sharingpandit@gmail.com

1. Lengkapi dengan biodata singkat dan akun Twitter di bawah tulisan
2. Minimal 900 kata, ditulis pada file Ms. Word
3. Tulisan belum pernah dipublikasikan di media apapun (blog, website, forum, dll)
4. Tambahkan alamat lengkap dan nomor HP (tidak dipublikasikan)

Menjadi Manusia-Pesepakbola yang Seutuhnya

Oleh: Ajie Rahmansyah*

Bagaimana jadinya hidup tanpa rasa aman, tanpa kasih sayang? Pernahkah Anda mengalami hal demikian? Manusia selain mesti sehat secara fisik juga harus sehat secara psikologis. Kekurangan atau ketidakhadiran perasaan-perasaan semacam itu pada akhirnya membuat manusia tak nyaman dalam menjalani hidupnya.

Dalam ilmu psikologi dikenal teori aktualisasi diri yang membahas bahwa manusia adalah suatu ketunggalan yang mengalami, menghayati, dan pada dasarnya aktif, memiliki tujuan dan harga diri.

Teori aktualisasi diri dikembangkan oleh psikolog ternama berkebangsaan Amerika Serikat, Abraham Maslow. Pria kelahiran Brooklyn, New York, 1 April 1908 ini mendalami perilaku manusia, kesehatan mental, dan potensi manusia.

Maslow merupakan seorang profesor di Universitas Brandeis sejak 1951 hingga 1969. Ia pun menjabat sebagai ketua departemen psikologi di tempat yang sama selama hampir 10 tahun. Pada masa-masa tersebut ia bertemu dengan Kurt Goldstein yang kemudian mengenalkan ide aktualisasi diri.

Meski telah meninggal pada 1970, tapi teori aktualisasi diri yang ia kembangkan masih sering digunakan kebanyakan orang terutama psikolog untuk digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Dalam teorinya, Malsow percaya bahwa manusia memiliki kemampuan untuk memahami dan menerima dirinya sebisa mungkin.

Maslow pun mengenalkan Hierarchy of Needs atau “Hierarki Kebutuhan”. Terdapat lima tingkatan dalam “Hierarki Kebutuhan”: kebutuhan fisiologis, kebutuhan rasa aman, kebutuhan untuk dicintai dan disayangi, serta kebutuhan akan harga diri. Manusia yang mampu memenuhi empat tingkatan tersebut bisa melangkah ke tingkatan selanjutnya yang merupakan tingkatan tertinggi: aktualisasi diri.

Dua tingkatan pertama disebut sebagai basic needs atau kebutuhan dasar yang apabila tidak dipenuhi maka manusia tersebut akan kehilangan kendali. Manusia membutuhkan udara, makanan, serta minuman, yang masuk ke dalam kebutuhan fisiologis. Manusia pun membutuhkan jaminan keamanan, stabilitas, perlindungan, struktur, hingga keteraturan hidup dalam kebutuhan akan rasa aman.

Bagaimana dengan kebutuhan untuk dicintai dan disayangi serta kebutuhan akan harga diri? Keduanya tergolong sebagai kebutuhan psikologis    (psychological needs) yang mesti dipenuhi sebelum mencapai tingkat aktualisasi diri.

Aktualisasi diri memiliki 17 meta-kebutuhan yang saling mengisi, antara lain, kebenaran, kebaikan, keindahan, kesatuan, transedensi, berproses dalam kehidupan, keunikan, kesempurnaan, keniscayaan, penyelesaian, keadilan, keteraturan, kesederhanaan, kekayaan, santai, bermain, dan mencukupi diri sendiri.

Apabila ke-17 meta kebutuhan tersebut tidak terpenuhi, akan muncul yang disebut dengan apatisme, kebosanan, putus asa, tidak punya rasa humor, terasing, egois, dan kehilangan selera.

Bagaimana dengan para pesepakbola? Apakah mereka telah mampu memenuhi tingkatan kehidupan sebelum menjadi manusia (pesepakbola) yang seutuhnya? Ada pemain yang mampu mengaktualisasikan dirinya, tapi tak sedikit pula pemain yang masih kesulitan dalam memenuhi tingkatan piramida kebutuhan yang digagas Maslow.

Mereka yang Telah Menjadi Manusia Seutuhnya

Thierry Henry adalah pesepakbola (atau mantan pesepakbola) yang telah mencapai tahap aktualisasi diri. Kebutuhan dasar Henry tidak terpenuhi di Juventus yang membuatnya memilih mengulang kehidupannya dari awal di London. Bersama Arsenal, Henry mendapat rasa aman dari Arsene Wenger yang memberinya tempat utama di lini depan.

Torehan gol serta gelar yang diantarkan Henry untuk Arsenal membuatnya dicintai dan disayangi penggemar Arsenal yang membuat harga diri dan kepercayaan dirinya pun kian tinggi. Jasa Henry pun diakui dan diabadikan lewat patung di area Stadion Emirates meskipun ia pernah memperkuat dua klub lain.

Contoh lain yang diberi penghargaan atau memiliki kehidupan sepakbola yang mirip dengan Henry antara lain Sir Alex Ferguson, Sir Matt Busby, Sir Tom Finney, Stanley Matthews, Tony Adams, dan lain-lain.

Pemain lain yang telah mencapai tahap ini di antaranya Ryan Giggs, Franco Baresi, Paolo Maldini, Francesco Totti, Giacinto Facchetti, dan Javier Zanetti. Status mereka yang begitu dibutuhkan di klub membuat mereka mendapatkan rasa aman, rasa cinta, dan harga diri hingga mereka diakui dan diabadikan dalam berbagai bentuk seperti diangkat menjadi asisten manager, duta tim, hingga dipensiunkannya nomor punggung yang bersangkutan.

Nicklas Bendtner adalah pemain yang sebenarnya mampu mengaktualisasi diri dengan baik. Bendtner sebenarnya sangat disayang oleh sejumlah pengguna internet di seluruh dunia melalui karya yang agak sedikit ngawur. Meskipun mendapatkan apresiasi berupa meme yang bertujuan mengolok-olok, akan tetapi penyerang Denmark tersebut tampaknya menganggap bahwa olok-olok itu hanya sebagai jembatan untuk berubah menjadi pemain yang lebih baik. Contoh terbaiknya adalah golnya di menit akhir dan eksekusi penaltinya ke gawang Bayern Munich yang memastikan Wolfsburg menjuarai Piala Super Jerman beberapa bulan lalu.

Mereka yang Masih Mencari

Akan tetapi, semua bentuk embel-embel teori di atas seperti sulit berlaku untuk seorang Iker Casillas. Ketika dia merasa sudah mendapatkan kebutuhan fisiologis dan rasa aman di Real Madrid sejak usia sembilan tahun, Santo Iker seperti tidak mendapatkan rasa cinta dan rasa sayang dari klubnya Real Madrid dan juga suporternya dalam beberapa musim terakhir ini. Dari cedera yang dialami, diturunkan pangkat menjadi kiper cadangan di dua era kepelatihan yang berbeda, sampai puncaknya adalah ketika mendapat olokan dan sorakan dari suporter Los Blancos membuat harga diri seorang Casillas hancur yang membuatnya memutuskan untuk membuka kehidupan baru di FC Porto. Kepindahan Casillas dengan air mata menjadi bukti bahwa Casillas masih cinta Madrid, tapi cintanya bertepuk sebelah tangan.

Pedro Rodriguez adalah contoh lain yang agak sedikit berbeda ketimbang Casillas. Pedro, yang meskipun mendapatkan rasa cinta dan sayang dari hampir segenap elemen di Barcelona, menganggap bahwa dirinya kurang mendapatkan rasa aman di Barca. Menit bermainnya terganggu dengan kehadiran Neymar dan Luis Suarez. Pedro pun menyerah dan memilih pelabuhan yang memberinya rasa aman yang bernama Chelsea. Kenyamanan itu pun berbuah satu gol dan satu assist dalam debutnya.

Masih banyak contoh pemain maupun individu-individu lain yang apabila dikorelasikan dengan teori aktualisasi diri memiliki hubungan yang begitu sesuai. Hal ini setidaknya membuktikan bahwa kehidupan seorang pesepakbola sama pula dengan kehidupan manusia pada umumnya. Mereka membutuhkan rasa aman serta keinginan dicintai dan disayangi sama seperti kita pada umumnya.

*Penulis merupakan peserta #panditcamp gelombang ketiga. Mahasiswa Psikologi dan berakun twitter @ajielito

Foto: wikipedia.com

Komentar