Bayern vs Bayer: Melawan Kekacauan Terorganisir

Taktik

by Redaksi 43

Redaksi 43

Pandit Football Indonesia mengkhususkan pada analisis pertandingan sepakbola, statistik dan liga, juga sejarah perkembangan sepakbola dan evolusi taktiknya

Bayern vs Bayer: Melawan Kekacauan Terorganisir

Bayer Leverkusen pernah hanya membutuhkan sembilan detik untuk mencetak gol. Bayern München pernah kebobolan sepersekian detik lebih lambat dari itu. Pekan ini, kedua kesebelasan akan bertanding melawan satu sama lain.

Hanya ada tiga kesebelasan yang selalu menang dalam dua pekan pertama Bundesliga musim ini. Borussia Dortmund, Bayern München, dan Bayer Leverkusen sama-sama memiliki enam angka; lebih banyak dari lima belas peserta lainnya. Sementara Dortmund bertamu ke Hertha Berlin pada Minggu (30/8), München dan Leverkusen akan berhadapan di Allianz Arena Sabtu malam (29/8) WIB. Artinya, salah satu dari keduanya (atau bisa jadi malah keduanya) tak akan mengantungi tiga angka di pekan ketiga.

Ada yang bilang kalau kekalahan penting untuk menjaga kerja keras sebuah kesebelasan. Agar mereka tidak terlena dan tetap menjejak bumi. Namun start yang baik adalah salah satu modal kuat menjadi juara. Baik München maupun Leverkusen pastinya akan sama-sama berusaha tetap menang di pekan ketiga. Ini saja sudah sebuah jaminan pertandingan seru. Alasan lain: pertandingan kali ini akan menjadi pertandingan pertama Arturo Vidal melawan Leverkusen. Bersama Leverkusen lah Vidal menjadi incaran banyak kesebelasan kelas satu Eropa.

Selama empat musim bermain untuk Leverkusen, Vidal berjumpa dengan München sebanyak sembilan kali. Delapan di antaranya terjadi di Bundesliga. Dalam kedelapan pertandingan tersebut, tak pernah sekali pun Vidal dan Leverkusen mengalahkan München. Dua gol dan satu assist­ Vidal tidak banyak membantu. Leverkusen hanya mampu mengantungi tiga angka dalam empat tahun.

Lantas bagaimana perasaan Leverkusen jika Vidal meraih kemenangan dalam pertandingan pertamanya melawan Leverkusen bersama Bayern, kesebelasan yang tidak pernah mampu ia kalahkan di Bundesliga selama membela Leverkusen?

Mungkin Leverkusen biasa saja. Toh sudah empat tahun berlalu sejak Vidal meninggalkan mereka. Bisa pula tidak. Ingat: salah satu alasan Leverkusen merelakan Vidal pergi ke Juventus adalah agar ia tidak bergabung ke München. Setelah empat tahun membela Juventus dan meraih tujuh piala selama rentang waktu tersebut, Vidal menemukan jalannya ke München. Lewat transfer Vidal, Die Bayern membuktikan bahwa kegagalan adalah keberhasilan yang tertunda.

Kehadiran Vidal memberi warna berbeda di München. Vidal sang penjegal menyeimbangkan München yang penuh dengan para pemikir. Ini pula yang berpotensi membuat fakta bahwa Vidal bermain untuk München menjadi lebih menyakitkan bagi Leverkusen. Dengan karakter bermainnya, Vidal sangat cocok bermain di Leverkusen. Dengan apa yang ia miliki, Vidal bisa membuat Leverkusen asuhan Roger Schmidt jauh lebih baik lagi.

Berbicara mengenai taktik, Pressmaschine (pressing machine) Schmidt akan berhadapan dengan penguasaan bola Josep Guardiola. Sebuah sistem yang kaku melawan kesatuan yang cair. Ketika dua taktik berbeda bertemu di satu lapangan yang sama, ada kecenderungan hasil akhir pertandingan menjadi acuan. Penguasaan bola akan muncul sebagai taktik yang lebih baik dari permainan menekan jika München menang. Jika Leverkusen yang menang, berlaku kebalikannya.

Namun sepakbola kan bukan suten. Tak selalu gunting menang melawan kertas. Selain taktik, ada banyak hal yang dapat mempengaruhi hasil akhir pertandingan. Salah satunya adalah pemain. Dalam hal ini, München unggul.

Di antara semua pemain München, Douglas Costa kemungkinan besar akan menjadi penentu kemenangan. Karena bermain menekan, Leverkusen akan menerapkan garis pertahanan tinggi. Mereka akan terus berlari. Mereka akan berusaha mencuri bola sedekat mungkin dengan gawang lawan. Mereka bahkan bisa saja dengan sengaja melepas penguasaan bola dengan harapan mampu merebutnya di posisi yang lebih menguntungkan.

“Taktik kami adalah sebuah kekacauan terorganisir yang dalam penerapannya bisa saja kami berspekulasi melepas bola agar dapat merebutnya kembali dengan cepat,” ujar Christoph Kramer. Jika memang Leverkusen akan tampil dengan organisiertes Chaos ini, mereka harus meminimalisir kemungkinan terjadinya kesalahan.

Jika Leverkusen melepas penguasaan bola di tempat dan waktu yang salah, para pemain München yang sudah sangat fasih menerima dan mengumpan bola akan dengan senang hati menempatkan Leverkusen dalam ancaman (baca: mengumpan bola kepada Douglas Costa). Dengan kecepatan dan kecerdasan yang ia miliki, Douglas Costa bisa menerima di antara gawang dan pemain belakang terdekat Leverkusen tanpa terjebak offside.

Bukan berarti Leverkusen menjadi satu-satunya kesebelasan yang dituntut sempurna. München pun sama. Area sepertiga pertama yang biasanya menjadi wilayah aman untuk bertukar umpan tak akan jadi milik mereka. Di mana bola berada, di situlah pemain Leverkusen bekerja. Leverkusen bukan Hoffenheim. Mereka tidak memerlukan kesalahan umpan yang fatal untuk menghukum München. Leverkusen tak akan membuat München lama menunggu datangnya hukuman. Mereka selalu memanfaatkan kesalahan terkecil untuk menemukan rute tercepat menuju gawang lawan.

Komentar