James Catton Bapak Jurnalisme Sepakbola Modern

Backpass

by Redaksi 38

Redaksi 38

Pandit Football Indonesia mengkhususkan pada analisis pertandingan sepakbola, statistik dan liga, juga sejarah perkembangan sepakbola dan evolusi taktiknya

James Catton Bapak Jurnalisme Sepakbola Modern

Tepat hari ini, 21 Agustus pada 79 tahun lalu, dunia sepakbola ditinggalkan selama-lamanya oleh James Catton. Pria asli Inggris ini bukanlah seorang pesepakbola, melainkan penulis sepakbola kenamaan yang disebut-sebut sebagai bapak jurnalistik sepakbola di era modern. Hampir separuh hidupnya ia abadikan pada dunia kepenulisan dan jurnalistik yang juga membesarkan namanya.

Awalnya Catton tidak bersinggungan langsung dengna dunia kepenulisan. Ia mengenyam pendidikan kedokteran khususnya obat-obatan. Ini tak lain karena desakan sang ayah yang juga berkecimpung di dunia kependidikan matematika dan sejarah.

Cattin pun memupus harapan ayahnya dengan menjadi seorang penulis di surat kabar yang kala itu tengah berkembang pesat di Inggris. Pada 1856 hingga 1880 jumlah surat kabar terus meningkat dari awalnya 15 melonjak menjadi 200-an.

Simak juga cerita tentang media massa dan jurnalistik lainnya dalam judul; "Sensasi Koran Kuning yang Diwariskan Rupert Murdoch"


Ia memulai karir kepenulisannya di tabloid yang terbit dua kali seminggu, Preston Herald. Catton saat itu memang bukan seorang penulis sepakbola; pun bukan pegawai tetap. Namun, ia tak ragu untuk mengabarkan kejadian yang ada di depan matanya.

Seperti pria yang tumbuh besar di Inggris, Catton mencintai sepakbola dan kriket. Kecintaannya tersebut akhirnya tertuang di Preston Herald. Ia kerap melaporkan pertandingan asal kota Preston, Preston North End. Lewat tulisannya itu, ia mulai dikenal oleh sekretaris klub PNE, Willian Sudel. Ia juga berkawan dengan sejumlah pemain PNE lain seperti John Goodall, Jimmy Ross, Nick Ross, John Graham, Samuel Thompson, George Drummond, Bob Holmes, Robert Howarth dan Fred Dewhurst.

Salah satu jasanya dalam dunia reportase sepakbola adalah adanya tempat khusus (saat ini berada di tribun) untuk para wartawan yang bekerja meliput pertandingan. Dulu, wartawan sepakbola cuma berdiri di belakang gawang atau tepat di pinggir lapangan. ??Tidak ada tempat persinggahan dan berteduh saat itu,? ucap Catton.

??Bahkan jika ada kiriman telegraf datang, kadang kala kertasnya sudah terlanjur basah jika Inggris sedang musim dingin dan saya pribadi sering kali meninggalkan lapangan pertandingan dengan baju yang basah kuyup dan kedinginan,? kenang Catton seperti dikutip Victorian Football.

Selain itu James Catton juga mengubah gaya tulisan dalam laporan pertandingan sepakbola yang awalnya membosankan dan lebih mengedepankan hasil akhir, menjadi sebuah tulisan yang lebih dramatis dan menyenangkan untuk dibaca.

Contohnya saat ia menuliskan laporan pertandingan PNE menghadapi Blackburn Rovers pada 1881. Dalam pertandingan yang berkesudahan 16-0 untuk PNE tersebut, ia menyajikan sejumal kosakata alternatif seperti ??the leather?, ??the sphere? ataupun ??the globe?. Ia juga mengganti ??a goal? dengan ??a point?.

Berikut kutipan tulisan dari James Catton saat itu:

The Rovers then exhibited some first-rate play passing with great dexterity. Dougtas soon contrived to gain another goat. After the leather had been taken up the field by Bateman and Cartmel, it was skilfully dribbled back again by Brown, who obtained another goal. M`lntyre soon sent the globe through the posts again.?

Catton juga sering menambahkan kalimat-kalimat puitis dalam tulisannya. Agaknya ia tak mau memaksa pembaca untuk menikmati sepakbola dengan cara yang kaku, misalnya terdapat pada baris berikut:

"... Cartmel and Bateman made several good runs, but not being properly supported, their isolated efforts were useless, and the rest of the team, as far as football is concerned, have yet to learn that unity is strength."


Ketika hasil akhir menjadi prioritas utama suatu laporan pertandingan, James Catton baru menmpilkan hasil 16-0 tersebut pada baris ke-55 dari 70 baris yang ia buat. Secara tidak langsung, Catton ingin memperkenalkan gaya penulisannya kepada para pembaca dan para penulis olahraga di surat kabar lain di Inggris.

Karir penulisan Catton tidak cuma di Preston Herald. Ia juga sempat menulis untuk Daily Guardian yang berbasis di Nottingham dan Sunday Chroncle di Manchester. Di Sunday Chronicle ia menjadi editor khusus tulisan olahraga pertama di media massa Inggris. Ia pun menduduki pos serupa di Atlantic News.

Fcattonbook (sumber: tdifh.blogspot.com)


Sebagai seorang editor, ia juga merangkap sebagai jurnalis bahkan ia menuliskan secara khusus pemikiran-pemikirannya lewat buku The Story of Association Football yang terbit pada 1926, yang juga membantu meningkatkan kepopuleran dari olahraga sepakbola di Britania Raya.

Akhirnya, sepuluh tahun kemudian, ??Sang Tityrus?, nama pena Catton, menghembuskan nafas terakhirnya pada usia 76. Karya-karyanya menginsprasi banyak penulis sepakbola di zamannya dan jasa-jasa sudah mestilah dikenang oleh siapapun yang terlibat dalam olahraga paling populer se-jagad raya ini.

Foto: Victorianfootball.com dari arsip harian Goal Post


Komentar