Menyikapi Rizal Ramli dalam Skuat Jokowi

Panditcamp

by Pandit Sharing

Pandit Sharing

Ingin menulis di PanditFootball.com? Kirimkan ke sharingpandit@gmail.com

1. Lengkapi dengan biodata singkat dan akun Twitter di bawah tulisan
2. Minimal 900 kata, ditulis pada file Ms. Word
3. Tulisan belum pernah dipublikasikan di media apapun (blog, website, forum, dll)
4. Tambahkan alamat lengkap dan nomor HP (tidak dipublikasikan)

Menyikapi Rizal Ramli dalam Skuat Jokowi

Ditulis oleh R.M Agung Bowo


Kabinet pemerintahan Jokowi-JK kembali dirongrong isu tak sedap. Pasca reshuffle kabinet, sudah sewajarnya publik menaruh harapan bagi kinerja yang lebih baik. Alih-alih mendapat berita positif, publik dihebohkan sikap Menko Kemaritiman yang dianggap tidak sejalan dengan pemerintah.

Kritik Rizal Ramli kepada Garuda yang berencana membeli Airbus A350 menjadi pemicu kehebohan. Disusul pendapat Rizal soal pembangunan pembangkit tenaga listrik. Isu pertama mengarah ke Rini Suwandi, isu kedua direspons keras terutama oleh Wakil Presiden, Jusuf Kalla.

Di satu sisi sebenarnya sah-sah saja Rizal berpendapat dan bahkan mengkritik. Agaknya metode penyampaian kritik Rizal yang menyertakan ruang publik sebagai perantara sulit diterima.

Ketika dirinya menjabat sebagai Menko Kemaritiman, tentu metode itu dirasa aneh sebab publik akan menganggap bahwa dalam Kabinet Kerja tidak ada harmonisasi. Presiden selaku orkestrator kabinet pun sampai harus menggelar sidang kabinet demi menyeleraskan kembali tugas pokok kabinetnya.

Sang Menko tidak sedang berpolemik dengan negara tetangga atau para wartawan, melainkan dengan sesama menteri sebagai rekan kerjanya di kabinet. Persis dengan sepakbola, perselisihan kerap terjadi tidak hanya dengan lawan, rekan setim pun berpotensi memicu konflik yang berimbas pada stabilitas tim.

Betapa skandal antara John Terry dengan mantan istri Wayne Bridge membuat timnas Inggris tak bisa memaksimalkan potensi mereka. Sejak skandal ini terkuak media, perjalanan pasukan The Three Lions tidak berjalan mulus. Langkah Inggris pun harus terhenti setelah digilas panser Jerman dengan skor 4-1. Padahal Inggris diprediksi mampu berbicara banyak sebab pemain-pemain seperti Lampard, Gerrard, Terry, Cole, Milner, dan Rooney tengah dalam performa puncak di usia emas. Meskipun banyak argumen yang menyalahkan taktik Capello, media lebih sepakat menyudutkan John Terry karena ulahnya membawa perpecahan dalam tubuh tim.

Peran Pelatih

Dewasa ini pelatih tidak hanya bertanggung jawab terhadap pemain di dalam lapangan, tingkah-polah pemain di luar lapangan juga tak lepas dari tanggung jawabnya. Hal itu pula yang terjadi pada Capello. Media Inggris lebih suka melontarkan pertanyaan seputar isu perpecahan akibat ulah Terry ketimbang menanyakan kesiapan tim jelang Piala Dunia.

Fabio Capello selaku penanggung jawab sebetulnya sudah bertindak dengan mencopot jabatan Terry sebagai kapten. Namun sayang tindakannya tidak memberi dampak yang signifikan bagi keseimbangan tim, alhasil ia dipecat. Mungkin jika Capello mampu menstabilkan ruang ganti, kembalinya trofi ke negeri Ratu Elizabeth bukan sebatas angan.

Memimpin adalah seni. Ketika pelatih menjadi pemimpin bagi timnya, tentu banyak metode yang diterapkan. David Beckham kenal betul metode yang diterapkan Sir Alex demi mendisiplinkan anak asuhnya. Santer diberitakan insiden sepatu yang ditendang Sir Alex, adalah alasan Beckham hengkang dari Old Trafford. Tindakan Sir Alex semata-mata demi menjaga stabilitas karena Beckham dianggap sudah punya ambisi lain di luar sepakbola.

Kasus perselisihan antara pemain dengan pelatih pada sebuah tim yang sama banyak terjadi. Selain kasus antara Sir Alex dengan Beckham, perselisihan antara Andre Villas-Boas dengan beberapa pemain senior Chelsea menjadi contoh bahaya perselisihan bagi sebuah tim.

Pasca mendepak Ancelotti akibat nir gelar, Abramovich mengalihkan pandangan kepada sosok AVB. Media Inggris yang membanding-bandingkan dirinya dengan Jose Mourinho, membuat AVB semakin percaya diri. Alih-alih menjadi juru selamat bagi Chelsea, dirinya malah membawa tim dalam keterpurukan. Sikapnya di dalam dan di luar lapangan, tidak disukai oleh beberapa pemain senior seperti Terry, Lampard, dan Cole.

Konflik yang muncul disikapi AVB dengan dingin, ia tampak merawat bukan malah sesegera mungkin menyelesaikannya. Alhasil konflik tersebut berimbas pada peringkat Chelsea yang melorot sampai menyentuh angka 6 klasemen. Jika harus realistis, betapa sulit menyaksikan kesebelasan tampil cemerlang jika perselisihan dalam tubuh tim terus terjadi.

Selain sebagai peramu taktik, peran pelatih juga diharapkan mampu menstabilkan ruang ganti. Tiada satupun tim yang dapat merengkuh gelar juara jika beberapa elemen saling berselisih. Justru elemen-elemen itu harus bersatu padu menggalang kekuatan, lantas performa tim akan terangkat dengan sendirinya. Jika pelatih gagal mewujudkan hal itu, pasti ada yang salah dengan perannya.

Stabilitas Tim Harga Mati

Jokowi pun sudah menggelar sidang kabinet, tapi apakah perbedaan pendapat Rizal Ramli dengan rekan kerjanya sudah selesai? Memang tidak mungkin dalam lima tahun masa kerja pemerintahan Jokowi-JK akan selalu baik-baik saja. Ironi memang, sebab perselisihan harus menjadi konsumsi publik ketika publik sedang larut dalam euforia pasca reshuffle kabinet.

Rizal Ramli ibarat pemain baru dalam sebuah tim, akan tetapi tingkahnya langsung menjadi pembicaraan di antara skuat Jokowi. Apalagi Rizal Ramli tidak hanya berselisih paham dengan Menteri BUMN, Rini Soemarno. Rizal pun dengan gagah berani beradu argumen dengan Wapres, Jusuf Kalla, tentang rencana pembangunan pembangkit listrik 35.000 MW lagi-lagi lewat media. Ibarat pemain baru yang tak hanya berselisih dengan pemain lama, namun juga dengan staf pelatih!

Dalam sepakbola, jangankan pemain baru, pemain lama pun adalah tanggung jawab pelatih. Terlepas dari bagaimana intervensi selain pelatih dalam proses transfer sang pemain, ketika pemain baru resmi berkostum tim maka pelatih haram untuk angkat tangan. Itulah mengapa pelatih juga harus berkomunikasi dengan banyak pihak sebelum menambah pemain baru ke dalam skuatnya. Dari mulai kemampuan individu, riwayat kesehatan, bahkan latar belakang pemain harus dikuasai betul oleh pelatih. Terkait latar belakang ini cukup penting karena bertalian erat dengan watak dan kemampuan adaptasi sang pemain di klub barunya.

Jangan sampai pemain baru mengacaukan stabilitas tim yang sebelumnya sudah dibangun. Ingatlah sehebat apapun skill-nya di dalam lapangan, stabilitas tim harga mati!

 Penulis adalah peserta kelas menulis di #PanditCamp dengan akun Twitter @agungbowo26

foto detik.com

Komentar