Penurunan Intensitas yang Hampir Membunuh Barcelona

Analisis

by Redaksi 38

Redaksi 38

Pandit Football Indonesia mengkhususkan pada analisis pertandingan sepakbola, statistik dan liga, juga sejarah perkembangan sepakbola dan evolusi taktiknya

Penurunan Intensitas yang Hampir Membunuh Barcelona

Betul memang Barcelona berhasil merengkuh trofi keempatnya di tahun 2015, namun mereka mesti banyak mengambil hikmah serta pelajaran dari gelaran Piala Super Eropa kali ini. Pasukan Blaugrana berhasil mengatasi perlawanan alot Sevilla sepanjang 120 menit dengan skor fantastis 5-4 berkat gol-gol Lionel Messi, Rafinha dan Luis Suarez bagi kubu Barcelona dan Ever Banega, Jose Reyes, Kevin Gamiro dan Yevhen Konoplyanka bagi Sevilla.

Sesuai perkiraan, bek kiri Barcelona yang ditinggalkan Jordi Alba karena cedera memang diisi posisinya oleh Jeremy Mathieu. Mantan pemain Valencia ini memang piawai memainkan posisi bek sayap ketika bermain untuk Valencia, namun jarang sekali bermain sebagai bek sayap untuk Barcelona karena lebih sering menjadi “twin tower” bersama Gerard Pique di posisi bek tengah.

Sedangkan di posisi yang ditinggalkan oleh Neymar, Luis Enrique memutuskan untuk menaruh Rafinha Alcantara ketimbang Pedro Rodriguez. Absennya Pedro dikonfirmasi sang pelatih karena ia sebetulnya mengalami cedera ringan di pahanya saat latihan dan lebih memercayakan Rafinha yang lebih fit untuk bermain. Sisanya, tak ada kejutan lagi dalam susunan pemain utama 4-3-3 a la Barca yang diturunkan oleh Luis Enrique.

Sedangkan di kubu Sevilla, Krohn-Dehli yang mengisi satu tempat di posisi poros ganda dalam formasi 4-2-3-1 yang biasa di tempati Krychowiak dan Ever Banega. Hal ini karena Krychowiak dipaksakan untuk dipasang sebagai menjadi bek tengah berpasangan dengan pemain baru mereka, Adil Rami. Selain itu, Kevin Gameiro yang biasa menjadi super-sub bagi Sevilla akhirnya bermain dari menit pertama. Sang pelatih, Unai Emery tak mau berjudi di lini depan dengan memasang langsung Ciro Immobile sedari menit pertama pertandingan.

Hukuman untuk Kelengahan Barcelona

Barcelona tentu ingat betul ketika mereka diimbangi dengan skor 2-2 di kancah liga musim lalu oleh Sevilla. Awalnya mereka unggul 0-2 terlebih dahulu namun akhirnya harus rela mendapat satu poin dari kandang Sevilla. Pelajaran tersebut menyiratkan bahwa dua gol saja tidak cukup untuk berleha-leha di depan kesebelasan Sevilla yang mampu membuat kejutan kapan pun sepanjang pertandingan. Jadilah, Barcelona tancap gas ulang sedari awal untuk mengejar gol keempat mereka di babak kedua.

Bermain dengan pressing tinggi dan melalukan penumpukan pemain untuk menutup ruang oper lawan, Barcelona mampu memaksa pemain Sevilla membuat kesalahan elementer yang berujung gol. Coba perhatikan gambar di bawah ini:

pressing gol suarez

Pemain Barcelona yang menutup ruang oper pemain di sepertiga zona penyerangan mereka membuat kikuk Tremoulinas saat ingin mengalirkan bola menuju Ever Banega.

Sergio Busquets yang melakukan pressing sampai zona sepertiga akhir lawan akhirnya mampu memotong operan tersebut dan menyodorkannya kepada Luis Suarez yang berdiri bebas di antara dua bek tengah Sevilla. Tanpa ampun Suarez menjebolkan gawang Beto dan mengubah skor menjadi 4-1.

Pasca margin skor mulai melebar dari dua gol menjadi tiga gol, Barcelona terlihat mengendurkan serangannya. Kegagalan penguasaan tempo bermain juga disinyalir sebagai alasan menurunnya intensitas serangan Barca. Ini juga dikarenakan Iniesta ditarik keluar karena sebelumnya ia sempat mengalami benturan di kakinya dan mendapatkan perawatan medis. Luis Enrique tampaknya tak ingin Iniesta bersakit-sakit di lapangan sepanjang pertandingan.

Dalam beberapa kesempatan, sisi bek kanan Barcelona ternyata mulai sering ditinggalkan sang empunya, Dani Alves. Bahkan dalam beberapa kesempatan, Sergio Busquets harus bermain sangat melebar di sisi kanan karena tertarik oleh upaya Vitolo, Konoplyanka dan Tremoulinas dalam mengeksploitasi kekosongan yang ditinggalkan Dani Alves.

Gol kedua dan ketiga dari Sevilla adalah bukti sisi bek kanan Barcelona benar-benar kosong dan membiarkan Vitolo mengirimkan umpan silang terukur yang berhasil disambar Reyes di gol kedua mereka.  Selanjutnya, gol ketiga Sevilla yang berasal dari titik putih pun itu adalah upaya Tremoulinas memberi umpan kepada Vitolo yang akhirnya dijatuhkan oleh Mathieu. Lihat persamaan dari skema gol kedua dan ketiga Sevilla.

gol2-3sevilla

Jika gol pertama terihat Mathieu dan Mascherano bertabrakan posisinya, maka di skema gol kedua, kordinasi man-to-man marking ketika ada umpan silang tampak sudah betul dan sudah rapi. Namun kecerobohan Mathieu menarik Vitolo membuat Sevilla dihadiahi penalti yang berujung gol ketiga mereka.

Untuk meminimalisir gol tambahan di sisa waktu pertandingan, Luis Enrique memasukkan Bartra (bek) dan menarik Rafinha (penyerang). Hal ini membuat Mascherano bergeser posisinya menjadi gelandang bertahan bersama Busquets.

Celakanya, Barca yang jarang sekali bermain dengan poros ganda membuat permainan mereka menjadi kelimpungan. Imbasnya, aliran bola menjadi sedikit bahkan lebih banyak menunggu untuk merebut bola yang dikuasai pemain Sevilla.

Tekanan untuk para bek Barcelona pun akhirnya berbuah gol ketika Bartra gagal mengontrol bola karena gugup yang akhirnya dikonversi oleh Immobile sebagai umpan silang mendatar menuju Konoplyanka yang berdiri bebas di depan gawang. Skor 4-4 menjadi skor akhir di waktu normal sekaligus menjadi skor imbang terbesar sepanjang sejarah penyelenggaraan partai final Piala Super Eropa.

Ketika pertandingan dilanjutkan menuju babak tambahan waktu, banyak peluang yang dihasilkan oleh kedua kesebelasan. Namun, keberuntungan masih menaungi Pedro Rodriguez yang masuk sebagai pemain pengganti malam itu. Ia memberi kado (perpisahan?) yang manis untuk Barcelona dengan membungkus gol kemenangan di menit 115 atau lima menit sebelum bubaran.

Komentar