"Semut Atom" dari MLS untuk Timnas Italia

PanditSharing

by Pandit Sharing

Pandit Sharing

Ingin menulis di PanditFootball.com? Kirimkan ke sharingpandit@gmail.com

1. Lengkapi dengan biodata singkat dan akun Twitter di bawah tulisan
2. Minimal 900 kata, ditulis pada file Ms. Word
3. Tulisan belum pernah dipublikasikan di media apapun (blog, website, forum, dll)
4. Tambahkan alamat lengkap dan nomor HP (tidak dipublikasikan)

Karya Vito Radityo


Ant-Man menjadi film terbaru yang dikeluarkan studio Marvel yang terkenal dengan cerita-cerita superheronya. Film yang disutradarai Payten Reed ini bercerita tentang pahlawan super yang bisa mengecil. Meski ukuranya mengecil, tapi bukan berarti lemah, namun justru menjadikannya bisa tak terlihat lawan sehingga mampu memberikan serangan dengan cepat dan tak terduga.

Major League Soccer (MLS), atau liga sepakbola di Amerika Serikat, juga mengenal pesepakbola yang mendapat julukan “semut” walau tidak mengenakan kostum super. Badanya memang kecil, hanya setinggi 5 kaki 5 inchi atau 164 cm. Namun, dirinya dibekali kelincahan, kreativitas, dan kemampuan dribble yang yahud. Itulah yang membuatnya dijuluki Atomic Ant, tokoh komik karangan Hanna-Barbera Production.

Dialah Sebastian Giovinco. Pemain kelahiran Turin, 26 januari 1987, ini memang bukan lahir dari keluarga yang menyukai fans AC Milan. Ia bergabung dengan akademi Juventus di usia sembilan tahun. Seba, panggilan akrabnya, cemerlang sepanjang berada di tim yunior Juventus, terutama setelah mengantar pasukan muda Nyonya Tua memenangi primavera di tahun 2006.

Terdegradasinya Juventus ke Serie B akibat skandal Calciopoli menjadi berkah tersendiri. Ia dipromosikan ke tim senior Juventus dan menjadi pelapis Alessandro Del Piero dan David Trezeguet. Pada Mei 2007, dia melakukan debut dan memberi sebuah asist cantik untuk Trezeguet.

Meski Juventus berhasil promosi kembali ke Serie A, Seba dipinjamkan ke Empoli di musim 2007-2008 bersama dengan Claudio Marchisio. Masa peminjamannya di Empoli dinilai sukses. Ia sempat mencicipi kompetisi Piala UEFA (sekarang Europa League) dan mencetak gol debut di Serie A. Tak ayal, ia dan Marchisio pun dipanggil kembali ke Juventus.

Pada saat bersamaan, Pierluigi Casiraghi memanggilnya untuk membela Italia U-21. Karirnya cukup sukses, ia membawa Gli Azzurrini lolos ke semifinal Piala Eropa U-21 2009 dan perempat final Olimpiade Beijing 2008. Selain itu, ia turut membawa Italia U-21 juara turnamen Colon pada 2008 dan dinobatkan sebagai pemain terbaik.

Sepanjang musim musim 2008 hingga 2010, karir Giovinco di Juventus bak roda kehidupan yang berputar. Kadang di atas, kadang di bawah. Kreativitas dan visinya yang bagus membuat Seba dinilai memiliki kemampuan sebagai fantasista. Sayangnya, saat itu di Juventus terdapat dua pemain senior yang mustahil digeser seorang pemain muda, Pavel Nedved dan Alessandro Del Piero.

Sepanjang musim 2008/2009 ia hanya bermain sebanyak 27 kali, kebanyakan sebagai pengganti, dan hanya mencetak tigal gol. Musim berikutnya, menit bermainya justru semakin berkurang. Ia hanya mencatatkan 15 penampilan dan satu gol.

Kurangnya menit bermain membuatnya hijrah ke Parma dengan status pinjaman dengan opsi membeli separuh hak milik. Dengan I Gialoblu, Seba seperti menemukan performa terbaiknya. Di musim debutnya di Parma, anak sulung dari dua bersaudara ini tampil sebanyak 32 kali. Seba juga membuat tujuh gol, termasuk dua gol saat mengantar Parma mengandaskan Juventus 4-1.

Musim berikutnya penampilan Seba semakin menjadi-jadi. Ia menjadi pencetak gol dan asist terbanyak di Parma dengan 15 gol dan 11 asist, serta mengantar Parma finis di posisi delapan. Presiden Parma kala itu, Tommaso Ghirardi, mengatakan harga jual Seba senilai 40 juta euro bila dilihat dari performanya.

Pada awal musim 2012/2013, Antonio Conte, pelatih Juventus kala itu, kepincut. Manajemen Juventus pun membeli separuh kepemilikan Seba dari Parma senilai 11 juta euro. Selama dua setengah musim membela panji I Bianconeri, Seba membawa Juventus juara Serie A dan Super Coppa Italia sebanyak dua kali dan bermain sebanyak 130 partai. Namun ia hanya mencetak 20 gol karena kebanyakan tampil sebagai pengganti.

Sadar dirinya hanya menjadi pilihan keempat di bawah Carlos Tevez, Fernando Llorente, dan Alvaro Morata, Seba mengisyaratkan hengkang. Hal ini memicu ketertarikan dari banyak kesebelasan Serie A hingga luar negeri, termasuk Arsenal. Namun, di akhir Januari 2015 dia menjatuhkan pilihannya kepada Toronto FC di MLS.

Pilihan ini sontak mengagetkan. Banyak yang menilai sosok Seba masih mampu bersaing di liga top Eropa. MLS yang lekat dengan julukan liga para pemain tua dirasa belum tepat untuk Seba yang baru berusia 28 tahun. Tidak banyak juga yang memandang negatif keputusan ini dengan cibiran mata duitan, sebab ia menerima gaji 7 juta dollar per musim. Gaji tertinggi kedua setelah Ricardo Kaka di Orlando City FC. Namun ia bersikap acuh terhadap cibiran tersebut.

"Saya merasa bahwa jika saya tetap tinggal di Italia, saya malah jadi punya beban tersendiri," katanya kepada MLSSoccer.com. "Saya sangat senang dengan sambutan yang diberikan Toronto bahkan sejak saat saya pertama tiba di bandara. Pastinya saya akan membalasnya dengan penampilan di atas lapangan. Target saya adalah membawa klub ini untuk dapat meraih prestasi lebih tinggi dari sebelumnya," tambahnya.

Ucapan Seba sendiri bukan omong kosong. Hanya dalam masa 7 bulan di musim debutnya di MLS, ia sudah menjadi buah bibir. Beberapa hari lalu, Seba kembali menjadi bahan pembicaraan setelah mencatatkan hattrick saat mengantar Toronto FC menang 4-1 atas Orlando City. Ketiga golnya diraih dengan cara berbeda dan fantastis. Gol pertama dicetak melalui penalti yang diawali dengan pergerakan cut insidenya yang dijegal di kotak penalti. Media gol kedunya tercipta dari tendangan bebas lengkung indah sejauh 25 meter. Gol pamungkasnya lebih indah lagi, setelah menerima bola lambung dari Benoit Cheyrou. Seba menyisir sisi kanan pertahanan, mengelabui seorang pemain lawan dan menceplokan bola di tiang jauh.

Tidak sekali saja ia menjadi buah bibir. Kala menghadapi New York City FC 12 Juli lalu, ia turut mencetak hattrick dan satu asist kalah bermain imbang 4-4. Selain terpilih menjadi man of the match, David Villa mengakui dirinya sebagai pemain kelas dunia.

Penampilanya turut dipuji-puji para pengamat dan selalu dinanti-nantikan pendukung Toronto FC. Sosok mungil yang mampu bermain sebagai penyerang ataupun trequarstista ini menjadi satu-satunya pencetak double-double dengan 16 gol dan 10 asist di MLS 2015. Catatan golnya membuat ia menjadi pencetak gol terbanyak sementara.

Seba juga dinilai sebagai pemain paling agresif. Ia memuncaki daftar penembak terbanyak  dengan 122 tembakan. Pemain bernomor punggung 10 ini juga menjadi pencatat tembakan ke gawang terbanyak dengan 52 tembakan tepat sasaran. Mengalahkan nama-nama tenar lainnya seperti David Villa dan Robbie Keane.

Rekan setimnya tak luput memuji penampilan pemain berjulukan Atomic Ant ini. “Badannya memang kecil, tapi ia tangguh. He’s the biggest little man i’ve ever seen,” ucap Jozy Altidore.

Greg Vanney, pelatih Toronto FC, tak henti-hentinya memuji Seba. “Sangat spesial setiap kali melihatnya bermain. Die pemain cerdas yang mampu menciptakan banyak hal hebat,” tukasnya.

Total 16 gol yang dibuatnya menjadi rekor baru untuk Toronto FC sebagai pencetak gol terbanyak dalam semusim. Ia mematahkan rekor Dwayne De Rosario di tahun 2010. Hebatnya, catatan ini dibuatnya dengan enam penampilan lebih sedikit dibanding De Rosario. Dengan MLS 2015 yang masih berjalan dan konsistensinya dalam bermain apik, bukan tidak mungkin rekening gol Seba akan bertambah.

Saya rasa sinar permainanya selama di MLS pantas untuk diganjar satu spot di timnas Italia. Perjalanan karirnya membuktikan bahwa ia pantas diberikan kepercayaan lebih yang bukan hanya sekadar pelapis. Buktinya sudah terjadi, kecermelanganya selama di Parma redup setelah hanya menjadi pilihan kesekian di Juventus. Saya percaya bahwa Giovinco patut diperhitungkan Antonio Conte untuk Piala Eropa 2016 nanti. Terlebih, timnas Italia saat ini mengalami krisis striker tajam.

Mahasiwa Jurnalistik Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran yang punya dua agama, salah satunya adalah sepakbola. Sering berkicau di akun twitter @vitalinho_.

Komentar