Rencana Pep Guardiola untuk Joshua Kimmich

PanditSharing

by Pandit Sharing

Pandit Sharing

Ingin menulis di PanditFootball.com? Kirimkan ke sharingpandit@gmail.com

1. Lengkapi dengan biodata singkat dan akun Twitter di bawah tulisan
2. Minimal 900 kata, ditulis pada file Ms. Word
3. Tulisan belum pernah dipublikasikan di media apapun (blog, website, forum, dll)
4. Tambahkan alamat lengkap dan nomor HP (tidak dipublikasikan)

Rencana Pep Guardiola untuk Joshua Kimmich

Karya Vitto Radityo


Joshua Kimmich. Nama ini santer disebut-sebut menyusul kejadian adu mulut yang melibatkan Josep Guardiola, pelatih Bayern Muenchen, dengan gelandang Milan, Nigel De Jong. Kimmich harus ditarik keluar di babak pertama akibat tekel keras De Jong. Pep yang tidak suka, lantas menghardik De Jong di lorong ganti kala turun minum mempertanyakan dan mempersoalkan tindakan berbahayanya di lapangan tadi.

Walaupun bertajuk Piala Audi, turnamen ini hanya bagian dari pramusim dan menjadi arena para pelatih untuk berkreasi dan bereksperimen terhadap formasi dan permainan. Untungnya, hasil diagnosa dokter menyebutkan Kimmich hanya mengalami memar di pahanya dan hanya akan absen beberapa hari..

Tindakan dari Pep ini mengherankan saya. Faktanya, stok gelandang Bayern bisa dibilang mencukupi. Kepergian Bastian Schweinsteiger telah diganti Arturo Vidal. Douglas Costa pun didatangkan guna melapis duet Robbery (Robben dan Ribery) yang rapuh seperti kaca. Pep harusnya lebih khawatir di barisan penyerangan. Berakhirnya kontrak Claudio Pizarro hanya menyisakan Robert Lewandowski sebagai pemain tipe nomor sembilan. Sosok Thomas Muller dan Mario Gotze jelas berbeda dengannya.

Sepanjang musim 2014/2015, Pep gemar gonta-ganti formasi, dari 4-2-3-1, 4-3-3, dan yang paling sering 3-4-3 dan 4-1-4-1. Ragam formasi dicoba, namun pakem sentral gelandang nyari tak pernah berubah. Xabi Alonso menjadi penghuni tetap lini tengah. 37 penampilan di segala ajang, terbanyak di lini tengah Bayern, membuktikan hal itu. Jangan lupakan Phillip Lahm dan David Alaba, meskipun keduanya berposisi asli sebagai bek sayap, namun mereka kerap disulap Pep untuk menjadi gelandang sentral Bayern. Masih ada nama Sebastian Rode dan Gianluca Gaudino yang bisa dijadikan pelapis serta. Makanya, kehadiran Vidal dirasa sudah lebih dari cukup untuk menambal posisi gelandang sentral die roten.

Lantas apa yang membuat Pep terlihat sangat melindungi Kimmich?

Di luar argumentasi bahwa setiap pelatih sudah sangat sewajarnya melindungi para pemainnya, tapi agaknya ada faktor lain. Melihat statistik pra-musim Bayern hal ini rupanya bisa dibilang wajar. Dari enam pertandingan yang sudah dijalani Bayern, pemuda kelahiran Rottweil 20 tahun yang lalu ini nyaris bermain di tiap pertandingan. Pemuda didikan VFB Stuttgart ini menjadi langganan pilihan Pep Guardiola, entah sebagai starter maupun pengganti.

Joshua Kimmich bergabung musim panas ini setelah bermain dua musim di RB Leipzig, klub dari tingkat kedua dalam pridamida kompetisi di Jerman. Pada debutnya di musim 2013/2014, Kimmich mampu mengantar RB Leipzig promosi ke Bundesliga 2. Sepanjang musim ia mengemas 26 penampilan dan 1 gol. Catatan penampilan dan golnya meningkat musim berikutnya kala mengarungi Bundesliga 2. RB Leipzig nyaris dibawanya promosi ke Bundesliga, terpaut delapan angka dari Karlsruhrer yang masuk play-off di peringkat tiga.

Bakatnya sudah diendus banyak orang, tidak terkecuali manajemen tim nasional kelompok yunior. Ia sudah bermain untuk tim yunior Jerman dari level U-17, U-18, U-19, dan terakhir U-21. Di Euro U-21 Juni kemarin, ia menjadi pasangan gelandang Liverpool, Emre Can.

Meski baru sebentar, Kimmich seolah sudah mengambil hati Pep. Gaya mainya menggambarkan filosofi bermain yang diinginkan bekas pelatih Barcelona itu. Mengusai permainan serta terus mengumpan dan mengalirkan bola untuk meminimalisir peluang kehilangan penguasaan bola. Saat bermain di Euro U-21 bulan lalu pun keberhasilan umpannya menyentuh angka 87%, meskipun Jerman kandas di semifinal oleh sang juara, Portugal. Kimmich seolah memiliki DNA yang cocok dengan gaya main yang akan dianut Bayern kedepannya.

Bleacherreport membandingkanya dengan pemain berbakat Bayern lainya Pierre Hojberg. Pemain Denmark ini tidak mendapat tempat karena dirasa lebih cocok sebagai gelandang di belakang penyerang. Posisi yang sudah penuh di tim jawara Jerman ini. Kimmich berbeda dengan Hojberg. Ia lebih suka bermain lebih ke belakang di depan garis pertahanan, seperti seorang regista di Italia. Kemampuanya ini persis dengan Xabi Alonso.

Mengingat Xabi sudah berusia 33 tahun, wajarlah bila Pep memikirkan transisi dari Xabi ke penggantinya. Dan agaknya Kimmich yang di masa mendatang sedang disiapkan Pep.

Dengan usia yang lebih muda 13 tahun dibanding Xabi, kehadiran Joshua Kimmich memberi suntikan tenaga ekstra di lini tengah Bayern saat mengarungi ketatnya kompetisi. Kaki tua Xabi Alonso rasanya akan kesulitan mengimbangi kemampuan gelandang-gelandang bertenaga tim kuat Eropa lainya. Saat bertahan, Xabi kelimpungan dengan kelincahan pergerakan mereka. Mantan pemain Real Madrid dan Liverpool ini kerap terpancing keluar posisi meninggalkan lubang menganga. Mungkin inilah yang membuat Bayern seolah tak berdaya kala menghadapi Barcelona di semifinal Liga Champions musim lalu.

Melihat pertandingan Milan vs Bayern, rasanya seperti melihat sosok metronom Italia, Andrea Pirlo. Aliran bola Bayern dari belakang sering berasal dari kaki pemain setinggi 176 cm ini. Meski kemampuan umpan jauhnya belum seoptimal Xabi, tapi kemampuan Kimmich untuk mendikte dan mengatur tempo permainan patut diberikan apresiasi. Adaptasinya dinilai cepat, ia seolah sudah tahu bagaimana menyesuaikan diri dengan gaya bermain yang diinginkan Pep. Tinggal dipoles di beberapa hal, seperti fisik dan mental, maka potensi terbaiknya sebagai dirijen permainan dapat muncul.

Kehadiran Joshua Kimmich bisa membuat Phillip Lahm atau David Alaba tidak lagi disulap bermain sebagai gelandang bertahan. Sosok Javi Martinez yang rentan cedera pun bisa saja dilupakan. Sementara Sebastian Rode dan rekrutan anyar, Arturo Vidal, dapat mengisi peran sebagai gelandang box to box. Keluar sebagai pinjaman maupun bukan bisa saja terjadi untuk Pierre Hojberg dan Gianluca Gaudino.

Masa pra-musim ini seolah menjadi masa orientasi bagi Kimmich agar tidak kaget dalam mengarungi musim yang akan datang. Ia mungkin memang hanya rekrutan baru dan masih muda, namun saya rasa, tempaan dari Pep serta pemain senior di sekitarnya dapat memberikan pengaruh terhadap pengembangan dirinya. Bukan tidak mungkin dalam jangka waktu tiga hingga empat tahun kedepan dirinya menjadi penghuni tetap gelandang sentral Bayern.

Sumber foto: allsports.com.gh

Mahasiwa Jurnalistik Fikom Unpad yang punya dua agama, salah satunya adalah sepakbola. Sering berkicau di akun twitter @vitalinho_.

Komentar