Tentang Lipstik 50 Ribuan Itu...

Editorial

by Redaksi 46

Redaksi 46

Pandit Football Indonesia mengkhususkan pada analisis pertandingan sepakbola, statistik dan liga, juga sejarah perkembangan sepakbola dan evolusi taktiknya

Tentang Lipstik 50 Ribuan Itu...

Mengapa perempuan perlu bekerja? Karena pria tidak bisa membedakan lipstik harga 50 ribu dan 500 ribu.  

Saat memutuskan menjadi penggemar sepakbola, sudah berapa banyak pertanyaan yang begitu kuat mengguncang iman Anda? Pertanyaan-pertanyaan radikal yang terkadang membuat jantung berdegup kencang, karena Anda sendiri tidak tahu jawabannya.

Pertanyaan-pertanyaan semacam “untuk apa menonton sepakbola, memangnya 22 pria di atas lapangan itu sebegitu miskinnya sampai-sampai harus rebutan sebuah bola?” atau “Untuk apa menonton sepakbola, toh katanya semua itu cuma rekayasa?”

Hmmm.. Jadi begini, mas...

Beberapa penggemar sepakbola sudah ditakdirkan untuk menjadi “Yang Percaya”. Mereka tak perlu doktrin hingga pencucian otak untuk percaya kalau sepakbola adalah jalan hidup mereka. Kesenangan dalam sepakbola bersifat metafisika. Bagi mereka “Yang Percaya”, kesenangan dalam sepakbola itu benarlah terasa. Namun, bagi mereka yang belum mendapatkan “hidayah” sepakbola itu cuma olahraga hura-hura.

Mengapa hura-hura? Karena jika diibaratkan sebagai kelompok radikal, sepakbola memiliki kemiripan dengan “Negara Islam Indonesia Komandemen Wilayah IX” yang sempat heboh kembali beberapa tahun silam. Sepakbola mengambil habis harta para pengikutnya tanpa perlu bertanya, “untuk apa?”.

Sudah banyak pengakuan bekas anggota NII yang muncul di media. Setelah dibaiat, anggota NII wajib hukumnya untuk berjihad di jalan NII, yang bentuknya bisa dalam mencari uang atau anggota baru--ya semacam MLM-lah.

Tidak sedikit pengakuan orang tua mereka yang harta bendanya habis karena dijual untuk menafkahi NII. Disadari atau tidak, hal yang sama juga berlaku bagi sebagian penggemar sepakbola. Tentu terbagi dalam sejumlah tingkatan mulai dari yang moderat sampai yang benar-benar radikal. Sebuah keniscayaan atas hal-hal yang dipercayai manusia akan begitu sulit untuk ditakar dengan uang.

Kostum Kesebelasan

Penggemar sepakbola pada umumnya memiliki kostum kesebelasan yang mereka cintai. Tidak peduli kualitasnya, toh kostum adalah simbol yang paling umum dari penggemar sepakbola. Sama halnya dengan sepatu, kostum memiliki ruang tersendiri di hati penggemar. Setiap musimnya, kesebelasan mengganti kostum mereka dengan tampilan baru. Setiap itu pula ada review terhadap kostum tersebut.

Hal yang jamak terjadi adalah saat orang-orang terdekat Anda tidak paham bedanya kostum match worn seharga dua juta rupiah, dengan kostum KW “Premium Vietnam” seharga 35 ribu rupiah. Hal-hal semcam ini umumnya memancing konflik dengan orang-orang terdekat Anda.

Orang tua Anda barangkali menginginkan uang sebesar tersebut dijadikan sebagai modal awal kredit rumah. Sementara itu, istri Anda ingin uang tersebut digunakan untuk biaya sekolah anak. Lain lagi dengan rekan-rekan Anda yang menyayangkan karena seharusnya kostum match worn tersebut dipajang di rumah, bukan untuk dipakai.

Di sisi lain, sepatu bola terkadang menjadi batu sandungan dalam bersosialisasi. Penulis tidak pernah diajak bicara soal jual beli sepatu bola. Pasalnya, sepatu bola paling mahal yang pernah penulis beli hanya seharga 180 ribu rupiah (baca: KW, karena lapangan sepakbola gratis sudah musnah di Bandung).

Lain halnya dengan dua rekan penulis yang bahkan sampai tahu perbedaan tingkat kerekatan lem yang digunakan Nike dan Adidas atau Specs dengan League. Jika diajak bicara soal sepatu bola, tujuh hari tujuh malah pun tidak akan beres. Mereka tahu benar perbedaan Nike Mercurial dengan Nike Hypervenom. Keduanya memiliki perbedaan dalam hal kecepatan, akurasi tendangan, dan kekuatan tendangan. Padahal, buat penulis kedua sepatu tersebut sama saja, tergantung orang yang memakainya.




Tiket Pertandingan

Hal lain yang berbeda jauh tetapi sulit untuk dibedakan adalah tiket pertandingan. Di Indonesia, umumnya harga tiket tribun barat dengan tribun timur berbeda. Padahal, menghadap ke arah lapangan yang sama, meski bersebrangan. Lain halnya dengan tribun selatan atau tribun utara yang berada di belakang gawang, sehingga pandangan menjadi lebih terbatas.

Soal perbedaan ini ada sejumlah alasan. Alasan teknisnya karena jika pertandingan digelar pada sore hari, tribun timur diterpa langsung oleh sinar matahari, karena matahari berada di belakang penonton dari tribun barat. Selain itu, umumnya tribun barat memiliki atap yang melindungi penonton dari panas dan hujan.

Alasan non teknis dari perbedaan tiket pertandingan adalah soal tradisi menonton bola masyarakat Indonesia. Kita tentu tahu kalau para pejabat pemerintahan sering mendapatkan jatah di tribun barat yang juga menjadi letak tribun VVIP. Selain itu, potensi kerusuhan di tribun barat jauh lebih kecil karena pengamanan yang jauh lebih ketat, serta homogennya penonton yang datang.

Perbedaan harga tiket ini kerap terasa saat misalnya istri Anda memilih tribun timur karena harganya lebih hemat, sementara Anda ingin nonton di tribun barat karena keselamatan anak dan istri jauh lebih terjamin. Ini juga merupakan salah satu jawaban mengapa Anda akan sering menemukan penonton keluarga—dan penononton tim lawan—di tribun barat pada stadion-stadion di Indonesia.

Soal tiket, seorang teman yang punya banyak uang lebih senang nonton di tribun utara yang harga tiketnya "cuma" 30 ribu. Bukan kenyamanan dan keamanan yang ia cari, tapi kebersamaan dengan rekan-rekan lain yang punya kesamaan dalam memberi dukungan. Perbedaan harga ini yang kemudian benar-benar sulit untuk dijawab. Panitia pertandingan sudah sedemikian rupa mengatur tiket pertandingan, sesuai dengan target ekonomi penggemar. Namun, ada saja yang "menyalahi" aturan tersebut.

Teman yang lain rela berhenti merokok selama seminggu jika kesebelasan yang ia dukung bermain kandang. Pasalnya, rekan-rekannya yang lain, sesama pekerja kantoran, kerap duduk di tribun barat yang paling mahal harganya ketimbang kategori yang lain. Mengapa ia bisa berhenti merokok dan menyisihkan uangnya untuk datang ke stadion, adalah pertanyaan yang sulit untuk bisa dijawab olehnya.

Soal Tulisan di Pandit Football

Apa yang membedakan Messi dan Ronaldo? Keduanya sama-sama hebat, bertalenta, pekerja keras, dan tampan. Tapi bagi pendukung Real Madrid atau Barcelona, ada salah satu di antara mereka yang harganya "tak lebih mahal dari 50 ribu", dan satu lagi berharga "500 ribu".

Perbedaan tersebut tergantung dari cara kita memandang. Seorang dosen jurnalistik pernah mengingatkan penulis soal istilah "subjektifitas" dan "objektifitas". Menurut dia, tidak ada yang salah dengan "subjektifitas" karena itu merupakan sudut pandang setiap orang. Orang banyak salah mengartikan kata "objektifitas" karena yang objektif itu bendanya, bukan kita sebagai manusia yang memandangnya.

Tulisan apapun tidak mungkin objektif karena kita sebagai manusia memandang dari sisi yang pastilah berbeda, tergantung dari pengalaman (experience) dan sumber rujukan (reference) yang pasti pula berbeda. Soal kepelatihan, penulis lebih senang dengan Tony Pulis ataupun Alan Pardew ketimbang Marcelo Bielsa, misalnya, yang biasa ditulis rekan penulis yang lain. Buat penulis barangkali Pulis dan Pardew bernilai "500 ribu" sedangkan Bielsa cuma "50 ribu", begitu pula sebaliknya.

Jadi, jangan heran kalau terdapat pemakaian kata-kata tertentu yang dianggap meninggikan atau merendahkan objek tertentu, karena setiap tulisan mengandung wacana di dalamnya. Misalnya penulis lain membuat kalimat seperti, "Marcelo Bielsa memperpanjang kontrak dengan Marseille", sedangkan penulis membuat kalimat, "Marcelo Bielsa, pelatih yang tak pernah mengangkat piala itu, memperpanjang kontrak dengan Marseille". Terlihat, kan, bedanya?

***


Ramainya postingan tentang lipstik diduga bermula dari akun twitter @falla_adinda pada 28 Juli lalu. Uniknya, sehari kemudian, Amerika "memeringati" National Lipstick Day. Di Amerika peringatan tersebut disambut dengan gegap gempita oleh produsen lipstik di Amerika Serikat. Mereka pada umumnya menawarkan promo-promo pada hari tersebut.

Untuk pria, lipstik 50 ribu ataupun 500 ribu warnanya tetap merahdan mampu membuat perempuan anggun dan berkelas. Berapapun harganya, toh rasanya* sama saja. Eh.

*Saat Anda gunakan di bibir. Iya kan?

Foto: olahan dari iumushimushi.tumblr.com, snsdfanofficial.wordpress.com, reddit.com

Komentar