Fantastisnya Pendapatan Ketua Asosiasi Buruh Sepakbola Inggris

Berita

by Redaksi 46

Redaksi 46

Pandit Football Indonesia mengkhususkan pada analisis pertandingan sepakbola, statistik dan liga, juga sejarah perkembangan sepakbola dan evolusi taktiknya

Fantastisnya Pendapatan Ketua Asosiasi Buruh Sepakbola Inggris

Operator Liga Inggris, Premier League, dalam beberapa waktu ke depan akan bertemu dengan Asosiasi Pesepakbola Profesional Inggris, PFA. Tujuan dari pertemuan tersebut adalah untuk mendiskusikan aliran dana hak siar televisi yang akan digunakan PFA.

Selain dibagikan kepada 20 kesebelasan yang berlaga di Premier League, pendapatan hak siar juga mengalir ke PFA. Berdasarkan Dailymail, pertemuan tersebut tak lain karena Premier League ingin mengetahui lebih rinci apa yang dilakukan PFA atas uang tersebut. Ini tak lain karena santernya berita mengenai pendapatan Kepala Eksekutif PFA, Gordon Taylor, yang digadang-gadang mendapatkan hampir 3,4 juga pounds pada 2014 silam. Taylor disebut-sebut sebagai pejabat organisasi serikat buruh dengan bayaran terbesar di dunia.

Dailymail menyebut besaran bayaran CEO PFA tersebut sebagai salah satu skandal terbesar di sepakbola Inggris. Pasalnya, para pemain Liga Inggris hanya perlu membayar 20 dan 150 pounds setiap tahunnya untuk terdaftar sebagai anggota PFA. Biaya sebesar itu tentu tidak akan bisa menutup gaji sang CEO. Maka, sudah menjadi hal yang umum kalau PFA mengalokasikan alokasi pendapatan hak siar dari Premier League untuk menggaji CEO.

Taylor pernah bermain untuk Bolton Wanderers pada 1962-1970. Ia mengakhiri karirnya saat bermain untuk Bury FC pada 1978-1980. Usai pensiun sebagai pemain, Taylor mulai bekerja di PFA. Bekerja selama kurang lebih 35 tahun, ia menancapkan kekuasaannya di PFA. Ia memiliki banyak pendukung loyal yang menjaganya tetap menjabat posisi strategis di PFA.

Taylor pernah menjalani pemeriksaan setelah ia kedapatan memiliki utang judi yang hampir mencapai 100 ribu pounds. Padahal, Taylor-lah orang yang paling keras menyerukan “zero tolerance” kepada pesepakbola jika mereka terlibat dalam perjudian.

Mengundang Pertanyaan

Pada 2013, Taylor dikabarkan hanya mendapatkan 1,4 juta pounds dalam satu tahun. Artinya, terdapat peningkatan senilai hampir 2 juta pounds dalam nilai gajinya pada 2014. Dengan bayaran 3,4 juta pounds atau setara 71 miliar rupiah, Taylor melewati angka rata-rata gaji pesepakbola Premier League yang mencapai 2,2 juta pounds pertahun.

Dikutip dari Mirror, anggota dewan dari Partai Konservatif, Nigel Adams, mengecam besarnya pendapatan Taylor tersebut.

“Ini membuktikan betapa menggelikannya pencucian uang di sepakbola,” kata Adams, “Ini adalah gaji yang luar biasa untuk siapapun, apalagi untuk seorang kepala serikat buruh.”

Sejatinya, mengelola sebuah organisasi tidaklah masuk ke dalam pekerjaan. Kalaupun ada uang yang masuk, itu tak lebih sebagai bagian dari pengeluaran operasional organisasi. Mereka yang bekerja di organisasi olahraga macam FA, serta organisasi buruh sepert PFA, tidak selayaknya mencari uang di organisasi tersebut. Pasalnya, itu akan bertentangan dengan tujuan dari pendirian organisasi.

Organisasi berasal dari Bahasa Yunani “organon” yang berarti kelompok orang dalam satu wadah untuk tujuan bersama. PFA didirikan untuk membantu pesepakbola dalam memperjuangkan hak mereka. PFA membantu pesepakbola dalam masalah yang mereka miliki serta menjadi jembatan dengan mereka yang berkuasa.

“Tujuan dari PFA adalah untuk melindungi, mendukung, dan menegosiasikan persyaratan, hak, dan status atas semua pemain profesional berdasarkan kesepakatan dan persetujuan kolektif,” tulis PFA di laman situsnya.

Jika tujuannya untuk mencari keuntungan, semestinya dibentuk sebuah perkumpulan usaha yang bisa mulai dari CV, koperasi, hingga perseroan. Wajar jika Premier League mencari keuntungan yang sebesar-besarnya karena mereka merupakan badan usaha, yang mana sahamnya dipegang oleh 20 kesebelasan peserta Premier League.

Enggan Bicara

Soal besarnya pendapatan pejabat PFA, Taylor enggan bicara. Saat diwawancarai Standard pada 2010, Taylor menyatakan bahwa besarnya pendapatan pesepakbola tidak berarti uang akan keluar dari industri.

Soal gajinya, Taylor mengaku tak malu. Dalam wawancara dengan BBC pada 2011, Taylor mengaku tak mempermasalahkan gajinya tujuh kali lebih besar ketimbang gaji Perdana Menteri Inggris. Ia menganggap setiap pekerja layak atas apa yang mereka dapatkan.

Apa yang dilakukan Taylor—dan barangkali banyak orang lainnya—dengan menjadi CEO asosiasi buruh amatlah menggelikan. Bagaimana mungkin sebuah organisasi buruh dipimpin oleh pengangguran?

Memang, organisasi besar macam PFA memerlukan orang yang fokus untuk mengurusinya. Namun, sejatinya sebuah organisasi bukan cuma membutuhkan orang yang bisa "bekerja" tetapi yang berdedikasi.

Hal ini agaknya menjadi hal yang lumrah dalam kehidupan bermasyarakat dewasa ini. Tidak sedikit orang-orang yang menggantungkan hidupnya dengan mengurus organisasi, serta memanfaatkan sumber daya organisasi untuk kepentingannya sendiri.

Foto: Liverpoolecho.co.uk

Komentar