Gervinho dan (Persoalan) Visa yang Menjadi Laten

Cerita

by Randy Aprialdi

Randy Aprialdi

Pemerhati kultur dan subkultur tribun sepakbola. Italian football enthusiast. Punk and madness from @Panditfootball. Wanna mad with me? please contact Randynteng@gmail.com or follow @Randynteng!

Gervinho dan (Persoalan) Visa yang Menjadi Laten

Dunia sepakbola, terutama penggemar AS Roma, sempat dikejutkan berita keinginan Gervinho mendapat fasilitas helikopter, pantai pribadi, apartemen mewah dan lainnya sebagai syarat kepindahan ke Al Jazira, kesebelasan dari Uni Emirat Arab, pada bursa transfer musim panas 2015. Kabarnya, Al Jazira sangat keberatan dengan permintaan itu dan akhirnya membatalkan transfer Gervinho. Ia pun akhirnya bertahan bersama Si Serigala (I Lupi), julukan Roma.

Tapi sepak terjang pemain berposisi penyerang sayap tersebut tidak hanya berhenti di situ. Pada lawatannya ke Indonesia dari Australia kembali menuai sorotan. Pesawat yang ditumpanginya saat itu memang berhasil mendarat di Bandara Internasional Soekarno-Hatta, Cengkareng, Tangerang. Namun ia cuma bisa sebentar menikmati kesemrawutan Indonesia.

Gervinho tidak diizinkan masuk ke Indonesia oleh pihak imigrasi terkait visa kunjungan (visa on arrival) yang dinilai bermasalah. Ketidakikutsertaan pria asal Pantai Gading itu juga menimpa rekan senegaranya, Seydou Doumbia, juga pemain lain seperti Adem Ljajic (Serbia), Antonio Sanabria (Paraguay;Ralat) dan Victor Ibarbo (Kolombia).

Visa kunjungan diberikan kepada Warga Negara Asing (WNA) yang bermaksud kunjungan ke indonesia. Gervinho dkk., dalam kasus ini, datang ke Indonesia dalam rangka olahraga profesional untuk mengikuti pertandingan eksebisi tur pra-musim di Gelora Bung Karno, Jakarta Indonesia, pada Sabtu (25/7) lalu.

Kunjungan AS Roma ke Indonesia tersebut merupakan kesempatan terakhir bagi rakyat Indonesia untuk mengkhidmati permainan Francesco Totti sebagai fantasista.

Sebetulnya untuk mengurus dokumen-dokumen visa kunjungan tidak terlalu sulit. Pertama WNA memiliki surat perjalanan atau paspor kebangsaan dengan masa berlaku minimal enam bulan. Selain itu WNA juga tidak terdaftar dalam panangkalan (cekal) dan membayar biaya sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Permohonan untuk memohon visa kunjungan diajukan oleh WNA yang bersangkutan atau sponsor yang mengundangnya. Permohonan visa kunjungan diajukan kepada Kepala Kantor Imigrasi yang membawahi tempat pemeriksaan di udara Indonesia.

Untuk urusan tersebut pihak Nine Sports Indonesia mengaku sudah mengurus visa sejak jauh-jauh hari. Akan tetapi dikatakan bahwa tidak tahu hal mendetail mengenai sulitnya mengurus visa Gervinho dari negara Pantai Gading tersebut.

"Saya tidak mau terlibat (polemik) lebih panjang lagi. Pastinya mereka (lima pemain) balik. Kalau mengurangi (antusias) pasti. Sebenarnya visa sudah diurus dari jauh-jauh hari,” ungkap Arif Wicaksono, Chief Executive Officer (CEO) Nine Sports Indonesia.

Kabar lain menyebutkan bahwa Gervinho dan empat rekannya tidak bisa masuk ke Indonesia karena negara asal mereka tidak terlibat perjanjian dengan Indonesia terkait pemberian via on arrival. Sehingga mereka tidak bisa begitu saja mengurus visa hanya di bandara Indonesia mana pun. Kasus semacam ini juga sempat menimpa Pahang FC yang gagal bertanding dengan Persipura di Piala AFC.

Urusan visa kunjungan Gervinho dan empat pemain lainnya yang terhambat pun memaksa seluruh skuat Roma harus menunggu lama sekitar dua jam di bandara. Padahal mereka baru saja menyelesaikan perjalanan Australia-Indonesia yang memakan waktu sekitar tujuh jam. Dengan alasan solidaritas, skuat Roma pun hampir membatalkan seluruh kegiatannya di Indonesia karena lebih memilih setia kawan dengan Gervinho, dkk.

IMG_3718


Soal masalah perizinan antar negara ini bukan barang baru bagi Gerviho. Pasalnya pemain bernomor 27 itu sampai sekarang terhitung sudah tiga kali terkendala dengan visa ketika hendak berlaga di negara lain.

Musim perdana bersama Arsenal gagal diikutinya ketika hendak tur Asia 2011 karena visa yang dimilikinya masih tertahan di Lille, kesebelasan asal Prancis yang diperkuatnya sebelum Arsenal. Gervinho harus menunggu sekitar satu minggu agar bisa mendapat visa kerja ke Inggris. Begitu juga ketika pertama kali didatangkan Roma pada 2013. Ia gagal mengikuti rekan-rekan barunya ke Amerika Serikat karena visanya ditolak negara terkait.

Persoalan visa telah menjadi hal laten bagi Gervinho, sepertinya.

Jangan lupa, Gervinho juga sempat tersandung kasus "penyelundupan" beberapa perempuan. November 2014, usai membela Pantai Gading di Piala Afrika, ia dijemput oleh AS Roma dengan pesawat pribadi. Tapi Gervinho membuat ulah. Ia memasukkan beberapa perempuan ke pesawat. Padahal mereka tidak ada dalam daftar manifest penumpang. Juga tidak memiliki izin visa untuk masuk Italia. Masalah makin serius karena Gervinho memasukkan mereka dengan menyuap petugas bandara.

Dampak dari kegagalan Gervinho dan empat rekannya masuk Indonesia adalah molornya waktu kedatangan AS Roma di Indonesia. Akibatnya, berbagai agenda pun dibatalkan. Konferensi pers pra-event AS Roma Day 2015 pun dipersingkat, sedangkan coaching clinic, meet and greet, konferensi pers pasca laga dan jumpa fans usai pertandingan pun dibatalkan. Tapi yang paling krusial tentunya membuat mood Francesco Totti dkk selama di Indonesia menjadi kurang sedap.

Sejak tiba hingga kembali hanya sedikit ramah tamah yang diberikan kepada para Romanisti, julukan penggemar Roma, di tanah air. Situasi yang sangat bisa dimengerti sebenarnya.

Baca juga : Saya dan AS Roma

Padahal sebelumnya Roma sangat antusias menunjungi Indonesia dengan memboyong semua pemain. "Situasi yang sulit di bandara karena lima pemain kamisedang dalam perjalanan pulang ke Roma," terang Italo Zanzi dalam konferensi pers singkat di Hotel Shangri-La Jakarta.

Urusan birokrasi sebetulnya tidak harus terjadi dalam pertandingan sepakbola internasional. Lihat saja dampak dari gelaran AS Roma Day 2015 yang sedikit meninggalkan kesan "bete" bagi Roma maupun para penggemarnya, kendati melihat Totti dkk berlaga langsung di lapangan depan mata sudah sangat terasa luar biasa bagi para Romanisti.

Foto oleh : Frasetya Vady Aditya

Komentar