Josep Bartomeu dan Dimensi Politik di Tubuh Barcelona

Cerita

by Redaksi 38

Redaksi 38

Pandit Football Indonesia mengkhususkan pada analisis pertandingan sepakbola, statistik dan liga, juga sejarah perkembangan sepakbola dan evolusi taktiknya

Josep Bartomeu dan Dimensi Politik di Tubuh Barcelona

Josep Maria Bartomeu telah resmi terpilih menjadi presiden kesebelasan Barcelona, salah satu kesebelasan terbesar di dunia yang masih memelihara tradisi unik yaitu pemilihan umum oleh para anggota socis-nya. Selain Barcelona, masih ada Real Madrid, Athletic Bilbao dan Osasuna yang masih merawat tradisi serupa.

Sebagai presiden terpilih Barcelona, Bartomeu bukanlah orang baru di jajaran direksi kepemimpinan Barcelona. Malah, saat awal-awal partisipasinya, ia adalah pendukung dan tim sukses dari Joan Laporta, salah satu presiden tersukses dalam sejarah klub.

Dukungannya bagi Laporta tidak sia-sia. Saat itu, Joan Laporta yang mencalonkan diri pada pemilihan presiden tahun 2003 pasca mundurnya Joan Gaspart, akhirnya merengkuh kesuksesan yang luar biasa. Bartoeu akhirnya diganjar jabatan sebagai Direktur Pembinaan Olahraga Cabang Bola Basket di Barcelona.

Sebagai catatan, Barcelona bukan hanya stuck dalam perihal persepakbolaan saja. Meski nama resmi klub adalah Futbol Club Barcelona yang identik dengan kata football yang berarti sepakbola dan cenderung dimainkan oleh para laki-laki, klub ini memiliki tim sepakbola perempuan dan cabang olahraga lainnya seperti futsal, bola tangan, basket, bahkan cabang olahraga hoki es-pun ada.

Selama mengemban jabatannya pada 2003 sampai 2005, tim basket di bawah arahan Bartomeu berhasil menjuarai Liga ACB dan Piala Super ACB. Namun sayang, kegemilangannya dalam membina olahraga ini harus berakhir karena ia berselisih faham dengan sang presiden saat itu, Joan Laporta. Ia akhirnya mengundurkan diri di bulan Juni 2005 sebagai dampak dari konflik itu.

Pengunduran diri Bartomeu ternyata tidak sendiri ia lakukan. Sandro Rosell, yang menjabat sebagai wakil presiden bidang keolahragaan, pun ikut mengundurkan diri. Anggota direksi yang lain seperti Jordi Mones, Jordi Moix dan Javier Faus pun turut serta dalam pengunduran diri tersebut. Hal ini dikarenakan mereka tak sejalan dengan kebijakan yang dibuat oleh sang presiden, Joan Laporta.

Orang-orang yang mengundurkan diri tersebutlah yang nantinya bakal menjadi oposisi kepemimpinan Joan Laporta. Mereka jugalah yang membuat perkumpulan untuk mendukung Sandro Rosell sebagai kandidat presiden FC Barcelona pada pemilihan umum tahun 2010 lalu.

***

Ketika buah jatuh tak jauh dari pohonnya, maka kita bisa ganti kata-kata dalam pepatah tersebut menjadi â??ketika presiden jatuh, tak jauh dari kawan-kawannyaâ? mungkin tepat menggambarkan situasi Sandro Rosell yang rezimnya berakhir karena kasus penggelapan dana transfer Neymar Jr.

Sandro Rosell dipaksa mundur dan diteror pembunuhan oleh sekelompok orang bersenjata tak dikenal. Akhirnya ia meletakkan kursi kepemimpinannya dan mengangkat Bartomeu sebagi presiden ke-40 dalam sejarah Barcelona tanpa harus mengadakan pemilihan ulang. Tentu pemilihan Bartomeu tanpa pemilihan umum ini mengundang kontroversi di sana-sini. Tak lupa, jajaran direksi Bartomeu dan Rosell sebelumnya mayoritas adalah pendukung dan kawan setia mereka sejak tahun 2005 lalu saat mereka bersepakat untuk mengundurkan diri pada rezim Laporta. Rossel dan Bartomeu adalah satu kongsi.

Rosell dan Barto Dua sahabat bagai kepompong (Rosell & Bartomeu). Sumber: esport360


Josep Bartomeu, sejatinya adalah pengusaha yang sukses di kota Barcelona, bahkan di negara Spanyol. Ia sendiri menjabat CEO perusahaan ADELTE yang bergerak dalam bidang rekayasa bandar udara. Belum lagi ia juga menjabat sebagi petinggi di perusahaan EFS yang bergerak dalam bidang elektromekanik.

Maka tak heran jika ambisi bisnis Bartomeu dan kawannya Rosell sangat kental untuk Barcelona. Bahkan, sebagaian besar menilai bahwa dua orang tersebutlah yang menggiring Barcelona ke dunia bisnis yang lebih komersial dan jauh dari nilai-nilai luhur klub. Qatar Airways yang kini menjadi sponsor kostum kesebelasan Barcelona adalah andil dari mereka-mereka ini di dunia bisnis. Berbeda dengan Laporta yang masih memasang UNICEF di jersey kebanggaan Barcelona.

***

Perang politik dimulai. Ketika Bartomeu mengumumkan akan mengadakan pemilihan presiden pada bulan Januari 2015, situasi yang memanas pun mulai mereda. Kampanye-kampanye terselubung mulai digalakkan beberapa bakal calon baik di sosial media ataupun di dunia nyata.

Singkat cerita, Barcelona berhasil memenangkan treble winners untuk kedua kalinya sepanjang sejarah klub. Hal tersebut secara tidak langsung menguntungkan presiden petahanan, yaitu Josep Bartomeu, yang akan mencalonkan kembali. Ini bisa dimengerti karena prestasi treble winners bukan hal yang bisa diulang tiap tahunnya, oleh karena itu prestasi tersebut bisa menjadi magnet para voters untuk memilih Bartomeu.

Posisi di atas angin Bartomeu ini sebetulnya mendapat saingan yang cukup serius ketika Joan Laporta maju sebagi calon presiden kali ini. Tentu kita tidak lupa karena di bagian awal tulisan ini telah membahas bagaimana Bartomeu dan rekan-rekannya tak sepaham dengan Laporta di musim 2004-05 lalu.

Joan Laporta sebagai kandidat yang paling kuat kedua setelah Bartomeu, membawa janji-janji manis yang sebetulnya bias bagi para pendukung Barcelona. Kampanye-kampanye yang mengagungkan Pep Guardiola, Johan Cruyff dan janji menempatkan UNICEF di paling depan kostum adalah fokus Laporta selama masa kampanyenya.

Cara kampanye yang kurang visioner dari Laporta tersebut pada akhirnya kalah dengan kampanye efektif nan licik a la Bartomeu. Sebelum mencalonkan diri kembali, Bartomeu sudah mengamankan jasa seorang Aleix Vidal, Arda Turan dan memperpanjang kontrak sang pelatih Luis Enrique.

Ia juga secara cerdik meyakinkan Dani Alves untuk bertahan dan memperpanjang kotrak Jordi Alba dan Pedro yang statusnya pemain asli La Masia. Hal tersebut dilakukan disinyalir tak lain dan tak bukan sebagai salah satu senjata pencitraan dan poin penting saat kampanye nanti.

Target kampanye yang dijalani Bartomeu juga menyasar hati para anggota socios yang sudah uzur dan para socis wanita. Hal ini membuat ia unggul suara atas tiga pesaingnya dalam pemilihan presiden. Hasilnya tak main-main, ia berhasil meraup 54, 63% suara dan pesaing-pesaingnya hanya berakhir diangka 33,03% untuk Joan Laporta, 7, 16 % suara untuk Agusti Benedito dan hanya 3,7% suara saja untuk Toni Freixa. Bahkan jumlah suara yang diraih ketiga pesaing Bartomeu nyatanya masih tak cukup untuk mengungguli 54,63% suara milik Bartomeu.

***

Dengan kemenangannya di pemilihan presiden kali ini, Bartomeu secara resmi menjabat untuk masa bakti enam tahun ke depan. Ia mesti meyakinkan para pendukung di seluruh dunia, khususnya para anggota socis, untuk terus mendukung keputusan-keputusannya.

Menyelamatkan La Masia dari kemunduran, mencari atau memperbaharui deal sponsorship dengan selain perusahaan Qatar dan merenovasi Camp Nou dengan tajuk proyek Espai Barca adalah sebagian kecil dari pekerjaan rumah Bartomeu dalam enam tahun mendatang.

Jika tak baik-baik dalam mengerjakan pekerjaan rumahnya, maka tak heran jika nanti ada suara-suara sumbang di stadion untuk mundur sampai hantu ancaman pembunuhan seperti yang diterima koleganya, Sandro Rosell.

Tulisan diolah dari berbagai sumber (ESPNFC, Barca Blaugranes & Guardian)

Komentar