Sengatan Kalajengking dan Ambisi Sepakbola Turki

Cerita

by Redaksi 38

Redaksi 38

Pandit Football Indonesia mengkhususkan pada analisis pertandingan sepakbola, statistik dan liga, juga sejarah perkembangan sepakbola dan evolusi taktiknya

Sengatan Kalajengking dan Ambisi Sepakbola Turki

Wajar jika orang hanya akrab dengan Galatasaray dan Fenerbahce saja jika ditanya soal liga sepakbola di Turki. Beberapa nama lain mungkin sempat terdengar seperti Besiktas, Trabzonspor, atau yang lainnya, namun masih samar di kepala. Maklum saja, Galatasaray dan Fenerbahce yang berada di satu kota namun terpisah lautan ini sudah lama dianggap sebagai simbol sepakbola Turki di Eropa.

Namun, akhir-akhir ini di muncul satu kesebelasan Turki yang menghebohkan media massa dunia. Ya, kesebelasan Antalyaspor Kulubu mencoba menghentak dunia dengan mendatangkan bintang flamboyan asal Kamerun, Samuel Eto’o.

Antalyaspor Kulubu berhasil mendapatkan jatah tiket ke Super Lig Turki setelah berhasil mengalahkan Samsunspor melalui babak adu penalti. Sebagai tim promosi, Antalyaspor Kulubu tidak ingin hanya menargetkan sekadar bertahan di kompetisi teratas di Turki. Mereka juga ingin mempromosikan diri mereka sendiri sebagai salah satu kekuatan sepakbola Turki di Eropa, nantinya.

Tim ini baru terbentuk pada 1966 setelah tiga kesebelasan asal Antalya melakukan merger. Ketiga kesebelasan tersebut adalah Yenikapi Suspor, ?lk I??kspor, dan Ferrokromspor. Antalyaspor Kulubu kemudian memiliki presiden dengan ambisi yang cukup gila. Ia adalah Gultekin Gencer yang sangat berambisi membawa Antalyaspor Kulubu menjadi tim besar di Eropa. Bahkan Gultekin Gencer sempat menyatakan bahwa ia memiliki ambisi untuk bisa mendatangkan Lionel Messi lima tahun mendatang.

Sebagai penduduk pribumi yang lahir dan besar di kawasan Antalya, Gultekin Gencer mengabdikan hidupnya pada bisnis dan sepakbola. Ia sendiri adalah pemilik dari GENPA Shopping Market Grup, salah satu perusahaan yang bergerak dalam dunia pemasaran di Turki. Maka tak heran ia memiliki strategi bisnis dan pemasaran yang cukup oke bagi kesebelasan yang berjuluk Akrepler—atau “si Kalajengking” dalam bahasa Indonesia – ini.

Meski perusahaannya sedang dalam proses pemulihan pasca krisis keuangan yang menimpanya akhir-akhir ini, Gultekin Gencer tak surut semangatnya untuk membangun kesebelasan yang ia banggakan sedari kecil. Bahkan, setelah Eto’o, dikabarkan Antalyaspor sudah melakukan negoisasi dengan mantan kiper Barcelona, Victor Valdes Arribas.

etoo_i_valdes
Eto''o & Valdes saat di Barcelona dulu. (sumber: fcbarcelona)

Untuk memuluskan langkahnya, Gencer sendiri-lah yang terbang ke Italia untuk menegosiasikan kedatangan Eto’o. Namun langkahnya tak selalu berjalan mulus. Ia sendiri yang menceritakan betapa sulitnya mendapatkan tempat untuk penerbangan privat menuju Italia karena waktunya juga berbenturan dengan bulan Ramadan. Namun, akhirnya ia teringat Mevlüt Çavu?o?lu, Menteri Luar Negeri Turki, yang juga berasal dari Antalya. Gencer meminta tolong kepada Çavu?o?lu dan akhirnya dikabulkanlah oleh sang menteri. Ia dipinjamkan pesawat oleh sang menteri hanya untuk mendaratkan Eto’o ke Antalya saat itu.

Baik Samuel Eto’o ataupun Victor Valdes memang kini bukan dalam performanya yang terbaik karena sudah termakan usia. Namun, kepopuleran dua mantan pemain Barcelona ini dipastikan akan mengangkat moral, popularitas dan finansial langsung maupun tidak langsung.

Sekarang, coba bayangkan jika kesebelasan medioker Turki –selain Antalyaspor, tentunya- berhadapan dengan Samuel Eto’o dan Valdes dalam satu lapangan? Dapat dipastikan pemain lawan akan menjadikan duo flamboyan ini bahan pembicaraan dan bisa saja mengganggu konsentrasi mereka saat bertanding.

Tidak hanya itu, keberadaan pemain-pemain top dunia ini tentu akan menarik minat tersendiri bagi para penonton. Beberapa orang akan tertarik untuk datang ke stadion untuk bisa menyaksikan Valdes dan Eto'o bermain. Hal ini tentu saja akan memberikan keuntungan finansial tersendiri bagi Antalyaspor Kulubu.

Hal ini betul-betul disadari Gultekin Gencer. Kedatangan Valdes dan Eto’o seharusnya bisa mendongkrak pariwisata daerah Antalya yang termasuk dalam kawasan The Turkish Riviera atau area pantai selatan di Turki. Area ini memiliki pemandangan indah nan historis berhiaskan batuan karang hijau yang membentang di daerah tersebut. Dengan semakin dikenalnya daerah Antalya oleh masyarakat dunia, maka otomatis potensi wisata tersebut akan bisa dimanfaatkan oleh kota Antalya. Dan hal ini pula yang telah diperhitungkan oleh Gultekin Gencer dalam membangun klubnya.

Mimpi-mimpi gila yang ia bangun membutuhkan waktu yang panjang dan dibutuhkan kontinuitas dalam pelaksanaannya. Karena, jika sedikit saja ada kolaps, maka ambisi mereka hanya akan tertelan waktu dan berakhir di jurang pesakitan seperti para KBB -kesebelasan kaya baru- yang sudah-sudah.

Revisi Aturan Pemain yang Menggeliatkan Sepakbola Turki

Kedatangan Samuel Eto’o ke Antalyaspor, Lukas Podolski ke Galatasaray, dan Luis Nani ke Fenerbahce adalah sebagian kecil dari menggeliatnya sepakbola Turki yang diwakili oleh Super Lig Turki sebagai kompetisi tertinggi negera mereka. Belum lagi rumor kedatangan Robin Van Persie, Ronaldinho, dan Klas Jan Huntelaar yang juga mampu mengangkat pamor sepakbola Turki.

Setelah mengalami peningkatan saat Galatasaray berhasil menjadi juara UEFA Cup di tahun 2000 serta saat tim nasional mereka mencapai semifinal Piala Dunia 2002, sepakbola Turki memang mengalami pasang surut. Karena itu, kedatangan pemain-pemain bintang dunia ini diharapkan mampu mendongkrak kembali sepakbola negeri ini.

nani-fenerbahce--2015
Luis Nani saat menandatangani kotrak bersama Fenerbahce (sumber: sports.ndtv.com)

Namun, apa yang menyebabkan para-mantan-bintang sepakbola Eropa banyak yang berbondong-bondong ke Turki?

Ternyata selidik punya selidik, Federasi Sepakbola Turki telah merevisi peraturan mereka tentang kuota pemain asing yang bermain untuk kesebelasan di Turki. Awalnya, setiap kesebelasan Turki hanya boleh mengontrak delapan pemain asing dan membatasinya menjadi enam orang ketika masuk 18 orang terakhir di skuat yang didaftarkan untuk sebuah pertandingan.

Aturan itu kini direvisi menjadi total 14 pemain asing yang dibolehkan didatangkan setiap kesebelasan dan 11 di antaranya bisa masuk dalam 18 pemain yang didaftarkan untuk tiap pertandingannya. Penambahan ini juga memungkinan setiap kesebelasan memainkan sebelas pemain asing tersebut dalam waktu yang bersamaaan.

Revisi tersebut tentu dibarengi dengan catatan penting yaitu kesebelasan tersebut tidak memiliki catatan hutang, pajak yang menunggak, ataupun gaji pemain yang belum dibayar. Larangan juga berlaku bagi kesebelasan yang memiliki hutang deenda yang dijatuhkan oleh UEFA dan FIFA sebelumnya.

Sekilas, penambahan kuota ini memang merugikan bagi perkembangan pemain muda lokal Turki. Namun nyatanya, Yildirim Demiroren, selaku presiden federasi Sepakbola Turki, menegaskan bahwa ini justru akan berdampak baik bagi pemain muda lokal untuk bersaing dengan pemain asing dan akan menimbulkan keuntungan tersendiri bagi tim nasional. Demikian pernyataan Demiroren seperti dikutip dari laman hurriyet daily news.

Dalih tersebut memang masuk akal, namun gugatan tetap saja ada. Girak Bulak, salah satu mantan pelatih di Superlig, berujar: “Kita (Turki) memiliki 30 juta anak muda dalam seluruh populasi negara ini. Mengapa mereka (Federasi Turki) tidak mencoba membangun fasilitas sepakbola di lingkungan sekitar dan malah mempersilahkan pemain asing berbondong-bondong datang ke sini?”

Penerapan regulasi baru ini memang memiliki keuntungan dan kerugiannya tersendiri. Kekhawatiran seperti apa yang dialami oleh Liga Inggris mungkin bisa jadi acuan banyak orang di Turki. Bagaimana banjir pemain asing memang berhasil mengangkat pamor Liga Inggris, namun nyaris tak berdampak apa-apa terhadap prestasi tim nasionalnya.

Namun hal ini baru saja dimulai di Turki dan kita masih belum tahu apa yang akan terjadi ke depan. Sementara kita nikmati saja dulu sengatan kalajengking Antalyaspor sebagai bagian dari ambisi besar mengindustrikan sepakbola Turki.

Tulisan diolah dari: futebolcidade, turkish-football, hurriyet daily news dan daily sabah

Komentar