Juanmi? Juan-who? Ah, Koeman Tahu Apa yang Harus Dilakukannya!

Berita

by Redaksi 38

Redaksi 38

Pandit Football Indonesia mengkhususkan pada analisis pertandingan sepakbola, statistik dan liga, juga sejarah perkembangan sepakbola dan evolusi taktiknya

Juanmi? Juan-who? Ah, Koeman Tahu Apa yang Harus Dilakukannya!

Dalam beberapa musim terakhir Southampton kerap memperlihatkan penampilan yang mengejutkan. Sementara untuk waktu-waktu yang lebih panjang, Southampton bahkan mendapatkan reputasi sebagai salah satu tempat terbaik mengasah bakat-bakat bermutu, di level akademinya maupun di kesebelasan senior. Kebijakan untuk merekrut pemain muda berbakat dengan harga yang tidak mahal-mahal amat sudah menjadi modus The Saints untuk bertahan dan mengarungi ganasnya persaingan sepakbola di Inggris.

Tentu anda tahu bagaimana Graziano Pelle atau Sadio Mane diboyong Ronald Koeman di musim lalu dan tiba-tiba mencuat sebagai pemain yang cukup menakutkan. Keduanya berhasil menggantikan posisi Pablo Osvaldo dan Ricky Lambert yang hengkang.

Padahal ketika Pelle atau Mane pertama kali diumumkan bergabung dengan Ronald Koeman, tidak banyak yang tahu siapa mereka. Saat itu, mungkin, kita dan sebagian besar pendukung The Saints akan mengernyitkan dahi sembari menggerutu: “Siapa sih, Pelle/Mane itu? Main di mana sebelumnya?”

Kini, Ronald Koeman lagi-lagi mendatangkan pemain muda. Kali ini mata jelinya mengarah jauh menuju selatan Spanyol, tepatnya di Malaga, Andalusia. Koeman tentu tak asing dengan permainan, gaya dan kultur (sepakbola) Spanyol karena ia pernah menghabiskan sebagian karirnya bersama FC Barcelona di bawah asuhan Johan Cruyff.

Lantas, siapa pemuda Malaga yang diincarnya? Apa spesialnya dia sampai klub Premier Inggris rela mendatangkannya?

Namanya: Juan Miguel Jimenez Lopez. Namanya begitu khas dengan aksen latin-Spanyol. Juanmi, begitu panggilannya, adalah seorang penyerang lubang dan gelandang serang yang siap membuat para pendukung The Saints mengerenyitkan dahinya lagi dan kembali menggerutu: “Juanmi? Juan-who?”

Musim ini adalah musim terbaiknya bermain sepakbola. Juanmi sudah melakukan debut tim nasional Spanyol pada saat umurnya baru 21 tahun. Tentu, dipilihnya Juanmi oleh Vicente del Bosque untuk membela La Furia Roja menjadi anugerah tersendiri baginya karena di saat yang bersamaan Diego Costa sedang absen karena cedera.  Kemungkinannya untuk tampil menjadi lebih besar.

Dan itulah yang terjadi. Saat Spanyol menghadapi Belanda di Amsterdam, akhir Maret 2015 lalu, Juani mencicipi laga pertamanya bersama Spanyol. Spanyol memang kalah di laga itu, dan laga itu toh hanya berstatus uji tanding, tapi tetap saja turun membela kesebelasan nasional senior pastilah menjadi hal berarti bagi pemuda ingusan seperti Juanmi.

Sebagai pemuda asli dan tumbuh besar di Malaga, tentu membela kesebelasan Malaga CF adalah cita-citanya sedari kecil. Lagipula, siapa yang tak bangga, misalkan, kalian lahir di Makassar/Bandung kemudian bisa membela PSM/Persib atau seorang yang lahir di Katalunya bisa membela FC Barcelona? Nah, beitulah kira-kira kebanggan seorang Juanmi yang juga merupakan hasil tempaan akademi Malaga CF ini.

Kontribusinya untuk Malaga musim ini bisa dibilang signifikan. Sebagai top skor Malaga di Divisi Primera La Liga musim 2014-15 lalu, torehan delapan gol dan dua assist di musim ini sangat krusial menolong Malaga untuk tetap di papan tengah dan selamat dari zona degradasi.  Salah satu momen terbaiknya musim ini tentu ketika gol semata wayangnya mengandaskan Barcelona di Camp Nou. Pasalnya, tak sembarang tim dan pemain yang mampu mencuri gol dan poin penuh di Camp Nou.

Menurut seorang jurnalis kenamaan Spanyol, Antonio Gallardo, dalam hasil korespondensinya selama memantau Malaga, ia mengungkapkan bahwa Juanmi telah berkembang sebagai pemain dan mempunyai tipikal permainan yang cepat dan mampu untuk melepaskan diri dari penjagaan ketat pemain bertahan lawan. Ia juga mampu bermain dalam tiga posisi di belakang penyerang tunggal (di belakangnya, di kanan atau kiri) dalam skema 4-2-3-1 yang sering diterapkan oleh Javi Gracia, pelatih Malaga musim ini.

Bahkan direktur sepakbola The Saints, Lee Reed, tak sungkan memuji Juanmi sebagai pemain muda yang menjanjikan dan pemain dengan tipikal menyerang yang akan cocok dengan skema Soton di musim depan.

Namun, sebagai pemain asing di tanah rantau, ia semestinya sudah mulai beradaptasi dengan cuaca Inggris yang lebih lembab dibanding cuaca Spanyol yang lebih hangat. Faktor budaya dan bahasa juga akan menjadi hambatan penting jika ia tak cepat menguasai bahasa Inggris. Faktor komunikasi kerap kali menjadi hambatan utama pemain asing jika bermain merantau di luar negeri, apalagi di skuad Southampton sekarang nyaris 90% pemain tak ada yang berbicara bahasa Spanyol. Mungkin hanya sang pelatih, Ronald Koeman, yang akan menjadi orang yang bisa diajak berkomunikasi dalam Spanyol. (Baca juga: Rakitic dan Arti penting Penguasaan Bahasa Asing)

Ronald Koeman tentu tahu apa dan siapa yang direkrutnya, juga sudah tahu akan diapakan rekrutan terbarunya ini. Terlebih lagi Southampton akan berlaga di empat kompetisi, dari Liga Primer, Piala FA dan Capital One hingga kompetisi Europa League. Kompetisi Inggris yang terkenal sangat padat tentu membutuhkan rotasi-rotasi seefisien mungkin agar kesebelasan tidak loyo di pertengahan musim.

Koeman sangat tahu betul hal itu. Ia sendiri mengalami langsung betapa keterbatasan skuat membuat musim lalu berjalan tidak semudah di awal. Dari awal musim hingga pertengahan musim, Soton bermain impresif, bahkan sempat bertengger di posisi tiga klasemen menjelang putaran I berakhir. Tapi keterbatasan skuat membuat penampilan Soton melorot dan akhirnya hanya bisa bertahan di zona Liga Eropa.

Juanmi, boleh jadi, adalah harapan Koeman untuk mengatasi keterbatasan skuat yang dialaminya musim lalu.

Simak infografis mengenai performa Juanmi dalam rupa infografis di bawah ini:

Statistik Juanmi Musim 2014-15
Statistik Juanmi Musim 2014-15




Tulisan dan infografis diolah dari berbagai sumber

Komentar