20 Hari Sudah Cukup untuk Mario Micale

Cerita

by Randy Aprialdi

Randy Aprialdi

Pemerhati kultur dan subkultur tribun sepakbola. Italian football enthusiast. Punk and madness from @Panditfootball. Wanna mad with me? please contact Randynteng@gmail.com or follow @Randynteng!

20 Hari Sudah Cukup untuk Mario Micale

Brasil mengikuti ajang Piala Dunia U-20 dengan melewati babak kualifikasi Grup B wilayah Amerika Selatan. Di babak kualifikasi itu, Brasil U-20 berada di bawah Uruguay. Tapi walau peringkat Selecao Sub-U20, julukan Brasil U-20, berada di bawah Uruguay di babak kualifikasi, namun mereka berhasil memperlihatkan kelasnya di babak 16 besar Piala Dunia U-20 2015. Di laga tersebut mereka mampu mengkandaskan Uruguay melalui adu penalti.

Langkah Brasil pun seakan tak terhentikan lagi. Mereka terus melaju dan tibalah mereka di partai puncak Piala Dunia U-20. Di babak final yang digelar hari ini di Selandia Baru, Brasil akan menghadapi Serbia U-20.

Jika Brasil berhasil menjuarai ajang ini, mereka akan menyamai pencapaian Argentina. Dimulai sejak 1977 dengan nama FIFA World Youth Championship, dan mulai 2007 berubah nama menjadi FIFA u-20 World Cup, Argentina sudah mengoleksi enam gelar juara. Sementara Brasil baru mendapatkannya sebanyak lima kali.

Brasil dan Argentina merupakan dua rival dalam sepakbola Amerika Selatan. Kendati tidak sebergengsi Piala Dunia senior, atau mungkin juga tidak semoncer Copa America, rivalitas tetap saja rivalitas. Jelas sesuatu yang menyenangkan jika Brasil bisa menyamai pencapaian Argentina di Piala Dunia U-20 ini.

Tugas menyamai pencapain Argentina itu sebagian besar ada di pundak Mario Rogerio Reis Micale, pelatih Brasil U-20. Awalnya ia diragukan publik sepakbola Brasil. Apalagi ia ditunjuk dalam waktu yang relatif mepet, hanya 20 hari sebelum kick-off. Micale dikhawatirkan kurang mendapatkan waktu dan persiapan yang cukup untuk menukangi bakat-bakat muda Brasil ini.

Selain itu Micale juga sempat diguncang beberapa persoalan. Penyerang masa depan incaran Chelsea asal Fluminense, Robert Kenedy Nunes do Nascimento, harus absen karena operasi usus buntu. Dan itu terjadi sangat tiba-tiba. Pagi hari setelah kedatangan Brasil ke Australia, penyerang 18 tahun tersebut mengeluh sakit di daerah perut. Setelah didiagnosis ia ternyata menderita radang usus buntu. Alhasil ia terpaksa menjalani bedah sehingga harus absen.

Kenedy harus mendapatkan perawatan selama 10 hari di bawah pengawasan langsung departemen medis dari Brasil U-20. 10 hari bukan waktu yang pendek, belum menghitung masa pemuliah. Maka tidak ada pilihan lain bagi Micale selain mencari pengganti. Ia kemudian memutuskan memanggil penyerang Corinthians, Malcolm Filipe Silva de Oliveira, untuk menggantikan Kenedy. Micale juga kehilangan Matheus Biteco, gelandang bertahan Gremio, karena cedera sebelum berangkat ke Selandia Baru.

Kendati demikian Selecao Sub U-20 tetap mampu melenggang sampai ke final. Tinggal selangkah lagi menjadi juara jika mampu mengalahkan Serbia-U20 pada partai puncak Sabtu (20/6) mendatang di Stadion QBE North Shore Selandia Baru.

Mimpi Radamel Falcao tampil di Piala Dunia 2014 pun pernah kandas akibat menderita cedera ACL. Bagi yang pernah mengalami cedera engkel, bisa menyimak tips dari Yandi Sofyan, penyerang Persib Bandung. Selain itu menarik juga disimak cara Barcelona menangani cedera hamstring yang diderita para pemainnya.

Kendati cuma memiliki waktu 20 hari untuk menyiapkan pasukan, tapi Micale berhasil memaksimalkan waktu yang singkat itu. Kata kunci dalam memaksimalkan waktu singkat itu adalah dengan menggunakan pendekatan persuasif kepada para pemainnya.

"Kita mendapatkan buah yang bermafaat dengan mengenal satu sama lain. Bagi saya untuk mengenal para pemain dan bagi mereka untuk memahami bagaimana saya bekerja," katanya seperti dikutup dari situs resmi FIFA.

Sementara dalam gaya permainan, Micale mengusung filosofi berbeda dengan rata-rata pelatih Brasil lainnya. Dirinya lebih menginstruksikan permainan bertahan.

Micale agaknya mencoba realitis. Ia tentu paham bahwa Brasil identik, dan kadang selalu dituntut, menampilkan permainan menyerang. Menyerang saja bahkan kadang tidak cukup bagi publik sepakbola Brasil, sebab selecao tidak jarang dituntut untuk  bermain indah, menarik dan menghibur. Tapi Micale tak punya banyak waktu untuk merancang skema atau pendekatan bermain menyerang yang serba agresif dan terbuka. Mencoba merancang pertahanan sebagai kekuatan utama ia pilih sebagai pilihan pragmatis.

Dan sejauh ini pilihan itu terbukti baik. Dengan pendekatan yang agak negatif itu, gawang yang dijaga Jean Paulo Fernandes Filho hingga babak semifinal cuma kebobolan tiga kali.

Ketika menyerang, Brasil sangat mengandalkan kecepatan para gelandang serang mereka, seperti Marcos Guilherme dan terutama Gabriel Boschilla untuk mengeksplorasi pertahanan lawan dan mencetak gol. Khusus bagi Boschilla, ia merupakan pemain berprospek cerah. Ia menjadi perbincangan para pemandu bakat yang memantau laga-laga di Piala Dunia U-20 kali ini. Pasalnya gelandang serang dari Sao Paulo tersebut bermain gemilang selama perhelatan Piala Dunia U-20. Dirinya tidak tergantikan sebagai motor serangan Brasil. Perannya sangat vital dan menentukan.

Tidak hanya mengandalkan para gelandang serangnya, kecenderungan serangan Selecao Sub U-20 sering dibangun melalui sisi kanan terutama melalui full-back kanan mereka yakni Joao Pedro, pemain Palmeiras. Bersama Jorge, pemain yang menempati sisi seberang di fullback kiri, Joeo mengaku pendekatan bertahan ala Micale sangat cocok bagi dirinya. "Full-back (di tim ini) bermain sangat tinggi (agresif menyerang), tapi saya harus mengatakan bahwa saya suka seperti itu," ungkap pengagum Cafu, full-back kanan legendari Brasil.

Sebetulnya masih ada seorang pemain lain yang diperkirakan bakal melejit di Piala Dunia U-20 ini bersama Brasil. Pemain tersebut tak lain adalah Andreas Pereira, pesepakbola muda Manchester United yang sedang gamang memutuskan masa depannya di Old Trafford.

Andreas-Pereira-and-Patrick-McNair

Andreas Pereira (kiri) bersama Paddy McNair (kanan) dalam sesi latihan Manchester United

Tapi sayangnya Pereria di bawah asuhan Micale tidak mendapatkan porsi cukup. Dirinya lebih sering diturunkan dari bangku cadangan. Micale lebih mempercayai Guilherme dan Gabriel Jesus pada posisi gelandang serang sayap dalam formasi 4-2-3-1.

Cara bermain yang dipraktikkan Micale akan diuji oleh Serbia U-20 yang sepanjang turnamen memperlihatkan pressing tinggi yang tanpa lelah mengejar bola. Sejauh ini,  ia percaya diri dengan permainan anak asuhnya. Ia yakin pemain-pemainnya tidak akan gentar menghadapi cara bermain Serbia yang spartan dan meledak-ledak itu.

"Saya sudah bisa memperkenalkan beberapa konsep yang ingin saya terapkan selama Piala Dunia U-20. Mudah-mudahan kita bisa menjaganya dengan kerja keras ini," katanya.

Tinggal disimak bagaimana permainan serta bakat para pesepakbola muda Brasil di tangah Micale, pelatih dadakan yang ditunjuk hanya 20 hari jelang turnamen.

Komentar