Brasil vs Kolombia di Copa America di Antara Sisa Cerita Piala Dunia 2014

Cerita

by Randy Aprialdi

Randy Aprialdi

Pemerhati kultur dan subkultur tribun sepakbola. Italian football enthusiast. Punk and madness from @Panditfootball. Wanna mad with me? please contact Randynteng@gmail.com or follow @Randynteng!

Brasil vs Kolombia di Copa America di Antara Sisa Cerita Piala Dunia 2014

Kiprah Uruguay di Copa America 2015 ini dirasa kurang greget tanpa kehadiran Luis Suarez. Penyerang Barcelona ini masih menjalani hukuman larangan sembilan pertandingan Internasional akibat menggigit punggung Giorgio Chiellini pada Piala Dunia 2014.

Alhasil ketergantungan Uruguay kepada Suarez, pasca pensiunnya Diego Forlan dari tim nasional, membuat kran gol pasukan arahan Oscar Tabarez tersebut merosot. Pada dua laga awal Copa America 2015, mereka baru mencetak satu gol saja ke gawang Jamaica. Itu pun dicetak Cristian Rodriguez, seorang pemain tengah. Lini serang Uruguay yang masih memiliki Edinson Cavani belum berhasil memperlihatkan kinerja yang memuaskan.

Ketergantungan Uruguay kepada Suarez agak mirip dengan yang terjadi dengan Brasil yang juga terus mengandalkan Neymar Santos. Hal tersebut sudah terlihat di Piala Dunia 2014 lalu. Fred hanya menjadi penyerang bayangan di lini depan Brasil. Sisanya, Neymar menjadi mesin penggerak kesebelasan negara berjuluk Selecao tersebut.

Neymar ditunjuk menjadi kapten Brasil oleh Dunga, pelatih Brasil saat ini, kendati penunjukkan itu  sempat memunculkan konflik. Selain itu banyak cerita menarik tentang Neymar lainnya yang bisa disimak di sini.

Ketergantungan Brasil kepada penyerang dari Barcelona tersebut terasa jelas ketika ia harus diangkut ke rumah sakit gara-gara partai 8 Besar Piala Dunia 2014. Tepatnya saat itu Thiago Silva dkk., sedang menghadapi Kolombia, lawannya yang akan dihadapi pada partai lanjutan Copa America 2015 besok, Kamis (18/6).

Pada babak 8 Besar Piala Dunia 2014 itu Neymar mesti keluar lapangan digotong dengan tandu setelah mengerang kesakitan pada menit ke-88. Punggungnya dihajar kaki Camilo Zuniga, bek sayap Kolombia. Pemain bernomor punggung 10 Brasil tersebut terpaksa digantikan Henrique, bek tengah. Beruntung saat itu kesebelasan yang masih dibesut Luis Felipe Scolari tersebut sudah unggul 2-1.

Akibat cedera Neymar maka Brasil harus menghadapi semifinal menghadapi Jerman dengan kekuatan yang nyaris lumpuh. Neymar absen, ringkih pula daya serang dan mentalitas Brasil. Aib pun terjadi: mereka dipermalukan Jerman dengan skor 7-1 di hadapan rakyatnya sendiri.

Ingatan tentang cedera Neymar itu, yang berdampak besar pada kegagalan Brasil di tanahnya sendiri, kembali hadir menjelang laga Brasil kontra Kolombia esok pagi dalam lanjutan Copa America 2015. Neymar kembali akan berhadapan dengan Zuniga, lawan yang membuatnya terkapar di Piala Dunia lalu.

Memang beredar kabar bahwa keduanya, tepatnya Neymar, sudah memaafkan insiden tersebut. Maaf itu, disebut-sebut, sudah terlontar selepas laga persahabatan Brasil melawan Kolombia di Miami, Amerika Serikat, pada September 2014 lalu. Jelang pertemuan pada Copa America 2015 besok pun Zuniga menegaskan tidak ada masalah dengan Neymar kendati dirinya pernah diancam dibunuh akibat terjangan lututnya ke punggung Neymar tersebut.

"Dengan Neymar begitu baik. Sekarang semuanya itu hanya masa lalu," ujarnya seperti dikutip Marca.

Keduanya dipastikan bertemu kembali pada laga esok hari nanti. Pasalnya pergerakan Neymar di lini depan kerap melebar ke berbagai sisi lapangan. Maka bukan tidak mungkin pertempurannya dengan Zuniga sebagai full-back kiri Kolombia bakal kembali terjadi.

Dendam yang lain bisa dikatakan juga sudah selesai bagi James Rodriguez. Masih ingat ketika Kolombia harus tersingkir pada babak 8 Besar Piala Dunia 2014? Ia seolah menjadi pria yang menangis paling kencang. Bukan tanpa alasan karena James merupakan bintang Los Cafeteros, julukan Kolombia, bahkan salah satu bintang yang paling cemerlang di turnamen Piala Dunia 2014 itu.

Dirinya menjadi bintang baru bagi kesebelasannya yang berlaga di Piala Dunia. Bahkan golnya ke gawang Uruguay di babak 16 Besar Piala Dunia 2014 disebut sebagai gol paling indah sepanjang 2014 karena diganjar Puskas Awards 2014. Puskas Award merupakan hadiah untuk gol terbaik yang diserahkan dan diumumkan bersamaan dengan pengumuman dan penganugerahan Ballon d'Or.

Biasanya di balik air mata tersimpan kemarahan yang mengerang di dalam batin. Apalagi selama menghadapi Brasil di babak 8 Besar Piala Dunia saat itu ia menjadi sasaran "kekerasan" pemain-pemain bertahan Brasil. Ia sampai dilanggar enam kali oleh pilar Selecao. Tapi jelang perjumpaannya lagi dengan Brasil ia mengaku sudah melupakan semuanya.

"Ini bukan balas dendam, itu salah satu pertandingan lagi dan saya pikir itu akan menjadi menarik," ujar James seperti dikutip dari Daily Mail.

Simak cerita lain tentang Copa America dari mulai sejarahnya yang memiliki arti perlawanan sampai di balik mewahnya pembukaan turnamen Amerika Latin tersebut di sini.

Antara James, Neymar dengan Zuniga merupakan setali tiga uang pada pertandingan esok hari. Neymar dengan James merupakan dua pesepakbola tergolong masih "segar" namun masih membutuhkan prestasi internasional.

Neymar sejauh ini baru membawa kesebelasan negara seniornya meraih Piala Konfederasi 2013. Kegagalan meraih juara Piala Dunia 2014 di negeri sendiri seperti membuat Copa America 2015 sebagai tonggak kebangkitan prestasi Brasil. Begitu juga dengan James, percuma gengsi bersama Real Madrid jika tidak bisa diimbangi dengan prestasi negaranya. Copa America, setidaknya, sedikit lebih mudah ketimbang Piala Dunia.

Sementara bagi Neymar, untuk pertandingan besok, ia mesti melewati rasa trauma dan dendam kepada Zuniga. Ya memang saling memafkan memuluskan harmonisasi keduanya, membuat satu sama lain bisa lebih rileks menyikapi masa lalu dan menyongsong masa depat.

Tapi, sebagaimana alegori yang dituliskan Eka Kurniawan di novel Seperti Dendam, Rindu Harus Dibayar Tuntas, saya membayangkan Neymar seperti burung yang akhirnya terbangun dan sehat dengan cara tidak terduga dan berkata bahwa ia akan menunggu dengan sabar, sesabar Ajo Kawir -- tokoh utama novel Eka tersebut-- yang menunggui "sang burung" agar bisa terbangun lagi.

Apakah kemudian dendam bisa terlupakan? Entah juga. karena atas nama rindu prestasi maka rasa sesal di dalam hati tetap diam tak mau pergi.

Komentar