Mimpi-mimpi Perempuan Thailand di Piala Dunia

Cerita

by Redaksi 38

Redaksi 38

Pandit Football Indonesia mengkhususkan pada analisis pertandingan sepakbola, statistik dan liga, juga sejarah perkembangan sepakbola dan evolusi taktiknya

Mimpi-mimpi Perempuan Thailand di Piala Dunia

Akhir pekan lalu, kita, bangsa Indonesia, harus kecewa -yang sebetulnya sudah terjadi berulang- karena tim nasional dihajar Thailand dengan skor 5-0 di babak semifinal sepakbola Sea Games 2015. Namun, kali ini, tidak akan berbicara tentang kedigdayaan Thailand di Sea Games atau Piala AFF, yang akar tunjangnya sudah terbangun belasan atau bahkan puluhan tahun lalu. Kali ini mari berbicara tentang lompatan tinggi tim nasional sepakbola perempuan Thailand.

21 Mei 2014 lalu akan dikenang sebagai hari bersejarah bagi bangsa dan sepakbola Thailand. Sepasang gol dari Kanjana Sung Ngoen ke gawang Vietnam memastikan satu tiket terakhir menuju ajang terebesar sepakbola perempuan di dunia, yaitu  Piala Dunia Perempuan 2015 yang digelar di Kanada.

Memang, yang lolos hanyalah sebatas sepakbola perempuan yang gaungnya kurang terdengar. Toh, tak mengapa, bagi Thailand ini adalah tinta emas mereka karena menjadi negara pertama Asia Tenggara yang mengecap Piala Dunia Perempuan sepanjang sejarah penyelenggaraannya.

Lagi pula, Piala Dunia tetap saja Piala Dunia. Tetap saja itu puncak perayaan sepakbola. Dalam hal sepakbola perempuan, puncaknya ya sama seperti laki-laki: Piala Dunia.

Jalan mereka terhitung tak mudah dan sekaligus tidak terduga. Menerobos masuk Piala Dunia Perempuan 2015 melalui fase play off dalam status sebagai peringkat tiga grup di AFC Women Asian Cup 2014 lalu, Thailand yang menjadi peringkat tiga di grup B harus berhadapan dengan tuan rumah AFC Women Asian Cup 2014 yaitu Vietnam yang juga peringkat tiga di grup A.

Tentu, dengan segala keuntungan yang didapatkan tuan rumah saat itu, Vietnam wajar jika lebih merasa percaya diri untuk meraih jatah terakhir menuju Kanada.

Tapi Thailand tak gentar. Di hadapan belasan ribu supporter Vietnam yang memadati stadion, Thailand bermain melawan kemustahilan. Rekor pertemuan keduanya yang selalu berpihak kepada Vietnam, dijadikan motivasi tambahan untuk menyingkirkan tuan rumah dari persaingan menuju Kanada.

Usaha mereka nyata, Nuengrutai Srathongvian, yang juga menjadi pelatih perempuan pertama Thailand sepanjang sejarah, berhasil meracik strategi anak asuhnya dengan bermain cepat mengandalkan umpan-umpan pendek untuk merusak pertahanan Vietnam. Ia sukses, skor tipis 1-2 cukup untuk menjadikan Thailand sebagai bagian dari sejarah sepakbola perempuan.

Norwegia, Pantai Gading dan Jerman menjadi rival satu grup di penyisihan grup bersama Thailand di Piala Dunia perempuan kali ini. Di atas kertas, Norwegia dan Jerman paling berpeluang untuk lolos dan berpeluang, juga bukan mustahil keduanya bisa menjadikan Thailand sebagai lumbung gol mereka. Tanpa mengurangi rasa hormat, mungkin hanya Pantai Gading yang bisa diangap setara, setidaknya bisa mengamankan satu poin saat melawan tim Afrika tsb.

Perjalanan pun dimulai. Norwegia yang juga salah satu raksasa sepakbola perempuan dan juara dunia satu kali ini menunjukkan tajinya di hadapan anak asuh Nuengrutai Srathongvia. Empat gol mereka sarangkan ke gawang Thailand tanpa balasan sebiji gol pun.

Sebagai debutan, pelatih Thailand memang akhirnya harus memaklumi hasil tersebut. Ia menuturkan bahwa mereka masih belajar bagaimana sepakbola perempuan dimainkan di level internasional. Mereka juga mengakui bahwa timnya mesti banyak dikembangkan lagi nantinya, sahut Nuengrutai Srathongvian sebagaimana dikutip dari laman Daily Mail.

orathai srimanee
Orathai Srimanee, pencetak dua gol Thailand ke gawang Pantai Gading (theguardian.com)

Di laga selanjutnya, Thailand bisa mencicipi laga yang lebih seimbang. Digelar di Lansdowne Stadium Ottawa, Pantai Gading bersua Thailand. Eksepetasi tentu takkan berlebih, skor imbang pasti akan menghiasi pertandingan ini. Namun, Thailand tahu bagaimana mengambil kesempatan satu-satunya untuk membuat harapan mereka tetap hidup di Piala Dunia pertamanya mengingat ada jatah empat slot di babak 16 besar dari peringkat tiga terbaik di penyisihan fase grup.

Pemain Pantai Gading, Ange Nguessan, sempat mengacaukan skema Thailand dengan mencuri gol ketika pertandingan baru berumur empat menit. Namun, reaksi cepat ditunjukkan Thailand. Melalui Orathai Srimanee, Thailand bisa bernafas lebih panjang lagi, dua golnya sebelum turun minum berhasil mengoyak jala Pantai Gading yang dijaga Thiamale.

Usai turun minum, Thanatta Chawong menambah keunggulan Thailand dan hanya dibalas satu gol dari Jose Nahi di penghujung pertandingan. Pertandingan ditutup dengan skor 3-2. Akhirnya, Thailand bisa meraih kemenangan... bukan di Sea Games atau Piala AFF, tapi di Piala Dunia.

Patut dicatat, Orathai Srimanee adalah kapten tim nasional futsal Thailand. Yap, anda tidak salah baca atau saya tidak sedang typo. Memang Srimanee ini adalah pemain futsal sebelum akhirnya dipanggil ke tim nasional sepakbola perempuan Thailand pada 2014 lalu. Ini hal yang tidak mengejutkan di negara yang sepakbola perempuannya baru mulai berkembang. Tim nasional sepakbola perempuan Indonesia pun sebagian pemainnya ada yang pernah berkarir atau bahkan merengkap menjadi pemain futsal terlebih dahulu.

Dengan sisa pertandingan hanya berhadapan dengan Jerman, tentu akan terasa sulit mengharapkan tiga angka. Peluang menuju 16 besar menjadi lebih sempit  jika mereka dibantai Jerman, karena selisih gol akan mempengaruhi perhitungan empat terbaik dari peringat tiga masing-masing grup.

Namun, jika pada akhirnya mereka harus pulang lebih cepat, mereka tak perlu malu. Toh, sampai empat tahun ke depan, setidaknya, mereka adalah satu-satunya tim Asia Tenggara yang bisa menginjakkan kakinya di Piala Dunia. Dan untuk sepanjang masa, mereka akan dikenal sebagai tim Asia Tenggara pertama yang bertanding di Piala Dunia.

Tulisan diolah dari berbagai sumber

Sumber gambar: https://www.theguardian.com/football/2015/jun/12/thailand-win-first-world-cup-game#img-1

Komentar